Breaking News
recent

PERAN PEMUDA DALAM PENDIDIKAN POLITIK DI MASYARAKAT

Ilustrasi : Google.com
ZawiyahNews | Opini - Menjelang Pilkada 2017 banyak sekali calon kepala daerah yang ingin mengenalkan diri mereka kepada seluruh masyarakat dari semua lapisan, baik kalangan kelas atas, menegah, maupun kelas bawah. Untuk mendapatkan suara terbanyak baik dengan cara pencitraan, ataupun teknik propaganda yang biasa dilakukan oleh kalangan politisi dalam menyampaikan kampanye maupun berkomunikasi dengan masyarakat.

Calon kepala daerah melakukan komunikasi yang paling sering digunakan adalah dengan cara kampanye. Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang  bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, untuk pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye bisa dartikan dalam arti mempengaruhi, kampanye juga bisa dilakukan secara terbuka di suatu tempat ataupun blusukan. Biasanya kampanye yang blusukan itu, banyak juga dilakukan oleh para calon kepala daerah, dengan alasan untuk dapat langsung menyerap aspirasi masyarakat.

Namun kampanye yang blusukan itu biasanya sering disalah gunakan oleh para timses ataupun calon kepala daerah itu sendiri, karena mereka menggunakan politik uang (money politik) dengan alasan ingin mendapat suara terbanyak agar menjadi pemenang pilkada nantinya. Seperti ini masih sering terjadi di kalangan masyarakat awam, yang hanya diberikan uang yang berapa jumlahnya dengan memberi persyaratan untuk memilih calon kepala daerah tersebut.

Hal ini sangat memprihatinkan, karena secara tidak langsung masyarakat sudah mengajarkan kepada calon kepala daerah tersebut untuk korupsi, karena calon kepala daerah itu mengeluarkan jumlah uang yang banyak untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat untuk memilihnya, dan ketika calon kepala daerah itu terpilih maka ia akan mengambil kembali uang yang telah ia bagi-bagikan itu, ya dengan cara jalan korupsi. Misalnya masyarakat diberi uang Rp. 200.000/orang, kemudian calon kepala daerah ini terpilih lalu ia mengkorupsi sebanyak 200 juta, masyarakat hanya makan uang yang Rp. 200.000 itu selama 5 tahun, sedangkan kepala daerah ini terus memakan uang rakyat. Sehingga muncul anggapan kalau golput ataupun memilih kehidupan masyarakat tetap seperti ini saja tidak ada perubahan, itu juga termasuk efek dari money politik.

Tetapi ada cara untuk mengatasi money politik  yang dilakukan oleh calon kepala daerah, yaitu dengan cara pendidikan politik, dan disinilah para pemuda-pemuda yang mempunyai peran untuk menyadarkan masyarakat agar tidak terjerumus ke dalam money politik yang bisa merugikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukannya pendidikan politik untuk masyarakat agar tidak tabu dalam hal politik.

Pendidikan politik tidak hanya dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan saja yang mengajarkan bagaimana cara berpolitik, tetapi juga bisa dilakukan oleh masyarakat. pendidikan politik yanga artinya disini proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap warga negara, dan pendidikan politik ini bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi politik pada individu. Oleh karena itu pendidikan politik sangat diperlukan untuk membuat masyarakat berpatisipasi dalam politik agar tidak mudah terpengaruh terhadap apa yang disampaikan oleh para calon kepala daerah saat berkampanye terlebih lagi mudah tergiur dengan uang atau sesuatu yang telah diberikan.

Pemuda-pemuda melakukan pendidikan politik ini untuk membantu masyarakat dalam memilih calon kepala daerah yang baik dan benar dan berdasarkan hati nurani masing-masing tanpa adanya tekanan ataupun diskriminasi dari para calon kepala daerah tersebut. Inilah gunanya sistem demokrasi, masyarakat mempunyai hak suara untuk mengeluarkan pendapat dan berkewajiban untuk menghormati pendapat orang lain. Dengan adanya pendidikan politik atau sosialisasi politik kepada masyarakat, maka akan sedikit terbuka pemikiran masyarakat tentang politik. Bisa jadi masyarakat akan lebih mempertimbangkan kembali suaranya untuk memilih.

Pendidikan politik sangat penting bagi masyarakat, khususnya lagi masyarakat awam, yang tidak mengetahui tentang bagaimana cara memilih kepala daerah yang baik, karena biasanya money politik  sering dimainkan aktor politik kepada masyarakat awam akan politik. Oleh karena itu, peran pemuda sangat dibutuhkan untuk mengajarkan pendidikan politik yang sebagaimana mestinya.

Permasalahan masyarakat bukan hanya pada aktor politik yang memainkan money politik, tetapi tentang ketidaktahuan masyarakat untuk memilih calon kepala daerah yang benar. Masyarakat banyak yang tidak tau apa yang disampaikan oleh para calon-calon kepala daerah yang melakukan kampanye, sehingga masyarakat bingung untuk memilih kepala daerah yang baik dan benar. Oleh karena itu masyarakat jadi salah menggunakan hak pilihnya untuk menentukan masa depan masyarakat sendiri.

Kurangnya pendidikan politik yang ada dalam masyarakat terutama masyarakat awam, membuat calon kepala daerah bisa memanfaatkan mereka, dengan cara jalan mereka masing-masing bagaimana untuk mendapatkan suara terbanyak dan bisa menjadi pemenang dalam pilkada.

Dan inilah efek dari sistem pemerintahan demokrasi, dimana pemenang ditentukan oleh suara terbanyak masyarakat yang tidak tahu tentang apa itu politik lalu menjadi korban dari pada aktor politik yang menduduki kekuasaan. Permainan money politik yang masih sering di praktekkan, menganggap kalau suara rakyat bisa dibeli dengan uang yang jumlahnya tidak seberapa, dan jika suara rakyat dapat dibeli berarti suara rakyat sangat murah, padahal suara rakyat ini yang menentukan nasib bangsa kedepan.

Seperti ungkapan Ibnu Khaldun “Jika seseorang yang ingin menjadi pemimpin tetapi menggunakan uang untuk mendapatkan kekuasaaan, setelah ia menjadi pemimpin, maka uang tersebut akan memperbudah pemimpin tersebut”.
Note : Boleh ambil uangnya tapi jangan pilih orangnya


Ditulis Oleh Andini Maydayani Mahasiswa Fakultas Syariah Prodi Hukum Tata Negara IAIN ZCK Langsa
RAMA

RAMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.