Memilih itu fardhu 'ain. Menurut Quraisy Shihab org yg gak milih itu akan turut mendapat azab.
Wanita bukanlah kelas dua dalam pemilukada. Suara mereka sama dengan pria, tak ada bedanya, sama-sama satu suara. Justru wanita harus bangga, jumlah mereka lebih banyak dari pada pria. Namun hegemoni sebagaimana kata Gramsci terkadang membuat wanita terkungkung dalam ritunitas rumah tangga: sumur, dapur, dan kasur, setiap hari dengan rutinitas yang sama. Seolah mereka kehilangan hak asasi untuk memikirkan masa depan bangsa dan negara. Padahal, di balik pria berkuasa ada wanita yang bersuara, bijaksana, dan perkasa. Karenanya, pemilukada tahun Ini tidak boleh kita lewatkan tanpa makna.
Satu suara wanita yang berhati mulia akan membuat negara, kota, dan bangsa lebih maju-berjaya, makmur-sentosa, dan adil sejahtera. Apalagi di tanah rencong tempat kita tumbuh dewasa, yang mencatat sejarah perjuangan berdarah dan melenyapkan nyawa untuk merebut otonomi istimewa, apakah keistimewaan itu kita biarkan tanpa muara? Tidak, kita semua harus bergerak bersama, terutama kaum wanita. 15 pebruari bukanlah waktu yang lama, hanya tinggal satu bulan lebih saja.
Gunakanlah waktu yang singkat ini untuk menentukan pemimpin yang cerdas, amanah, dan terpercaya sehingga mampu membawa Aceh menjadi kiblat peradaban nusantara. Sebaliknya, manakala apatisme telah merasuki para wanita, maka peluang kaum hipokrit dan fasik akan lebih besar untuk memimpin kita. Kalau mereka yg memimpin kita, maka terjadilah apa yang Umar bin khattab katakan: "Suatu negeri akan hancur meskipun negeri itu makmur, jika para penghianat menjadi petinggi dan harta dikuasai oleh orang2 fasik".
Akhirnya, seperti kata Bung Karno, perempuan harus menyempurnakan "keperempuannya". Sebab kata Lenin, jikalau tidak dgn wanita kemenangan tidak mungkin kita capai.
Penulis adalah Dosen Tarbiyah;
Mustarmar Iqbal Siregar, MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar