Breaking News
recent

Kasihan Indonesia





Saya masih ingat, saat masih Sekolah Dasar dulu, Bapak dan Ibu Guru kerap mengajak kami bersenandung bersama lagu-lagu nasional dan perjuangan. Ada yang berjudul syukur, Indonesia Raya, Padamu negri, Maju tak gentar, Berkibarlah benderaku, dan lain sebagainya. Semuanya mengisyaratkan keindahan dan kedamaian sekaligus kebanggaan hidup di negeri tercinta ini yang bernama Indonesia. Seperti dengan nama sekolah kami SDN Seuriget Langsa.


Meski tak terasa kalau sebenarnya kala itu kita berada dalam sebuah tirani walau sudah lama kita merdeka katanya. Tapi cukuplah nyanyian-nyanyian itu menghibur kami untuk mencintai negeri ini dan menjadikan saya dan teman-teman menjadi bocah-bocah yang cinta Indonesia saat itu.

Kini setelah sekian tahun, Tampak benar wajah asli negeri ini sudah rusak di sana-sini, jerawatan, dekil, bahkan ada luka dan borok bersebaran dihampir seluruh bagiannya jijik barangkali sudah tak menarik lagi wajah Indonesia untuk dicintai, apalagi dibanggakan.

Sejak dulu Indonesia katanya terkenal kaya rayanya, kaya lautnya, kaya buminya, kaya hutannya kaya.Tapi sejak dulu sampai sekarang tak pernah bisa memakmurkan rakyatnya, Rakyat seolah sengaja dibuat semakin sengsara, Situasi sepertinya terbalik yang mestinya negeri ini berkewajiban menghidupi rakyatnya, menjadi rakyat harus  bersusah-payah untuk mencari ongkos dan biaya agar negeri ini tetap berdiri, apapun caranya Kasihan rakyat ini bagai sapi perah semakin sengsara saja. Mengharapkan kemakmuran hidup di Indonesia bagi sebagian besar orang adalah ibarat mimpi selamanya.

Memang ada yang sudah makmur, bahkan terlanjur sangat makmur, mau tahu siapa dia.
orang Indonesia yang berani curang, dengan segala macam topeng dan symbol dan atas nama kebenaran
atas nama agama
atas nama rakyat
atas nama, atas nama …..
sampai-sampai saya khawatir jangan-jangan ada kesimpulan sebagian orang yang mengatakan kalau ingin hidup makmur di Indonesia maka berbuat curanglah, dan beranilah mengatasnamakan apa saja Naudzubillah,

Kasihan Indonesia
Negeri ini susah payah dibangun oleh para pahlawan
tapi kini justru yang menikmati adalah para serakahwan
Negeri ini sudah cukup lama merdeka
tapi masih tidak terlalu banyak orang betul-betul menikmati kemerdekaan
Segelintir orang sangat beruntung menerima nasib hidup di tengah kota dalam kenyamanan dan kemewahan serta kemudahan fasilitas bahkan terlalu mewah
Sementara sebagian yang lain harus menerima nasib sangat tidak beruntung
hidup terseok-seok di pinggiran
jadi orang marjinal terabaikan
Jangankan menikmati hidup
mempertahankan hidup saja
mereka harus berjuang mati-matian
bukan karena mereka tak mau
tapi mereka memang kehilangan kesempatan
karena sudah habis atau sengaja sudah dirampas oleh para oknum ber uang.

Karena itu jangan terlalu harapkan senyum ceria dari wajah mereka orang yang apes itu
karena yang pasti kau temui adalah
dahi yang mengernyit sepanjang hari
tanda duka mendalam berkepanjangan
Kalau begini caranya apa bedanya hidup di alam merdeka
dengan zaman terjajah

Kasihan Indonesia
Memang di mana-mana di semua negara
pasti  ada yang miskin dan ada yang kaya.
tapi di negeri ini sungguh keterlaluan,
Antara yang miskin dan yang kaya kesenjangannya sungguh luar biasa
bagai bumi dan angkasa
Yang kaya, kayanya ruuarrr biasa
sampai berlebih-lebih bagai tak akan habis dimakan selama tiga dasa warsa
Yang miskin juga begitu, melarat dan sengsaranya ruuarr biasa
seolah besok sudah pasti mati dan tak bisa menghirup lagi udara
padahal kalau diamati
kepala negeri ini sudah beberapa kali diganti
kabinetnya juga sudah diubah-ubah
jamanpun sudah ganti reformasi katanya
tapi kok sampai kini tak ada hasil lebih baik
khawatir saya adalah
jangan-jangan yang namanya Indonesia memang
gak pernah ada bakat untuk tenang, nyaman dan makmur.
atau jangan-jangan pula
memang para pengurus negeri ini
bahkan kita semua  termasuk saya adalah masyarakat bodoh-bodoh
blo on-blo on
yang gak bisa mengelola negerinya sendiri
menjadi makmur dan maju

Kasihan Indonesia
Dulu sekali
negeri ini amat digjaya dan disegani
Belanda yang modern saja kalah
oleh senjata sederhana tak berharga ala Indonesia
Jepang yang bengispun terpaksa harus angkat kaki pulang ke rumah
tak tahan melawan pejuang pertiwi yang gagah tak kenal menyerah
Tapi lain dulu lain sekarang
Tiba-tiba saja bangsa ini seolah-olah tak punya sejarah
seolah-olah baru lahir kemarin lusa
tak punya karakter tak punya gairah

Saya tidak tahu apakah bangsa ini sedang menerapkan strategi ahimsa
tenang sementara waktu
untuk kemudian mengeluarkan jurus pamungkasnya diwaktu berikutnya
Atau memang bangsa ini sedang sakit parah
hanya bangga sebagai bangsa yang besar secara fisik semata
dari Timur sampai Barat, dari Aceh hingga Papua
dua ratus tiga puluh juta orang penduduknya bahkan sudah bertambah
luar biasa besar memang
tapi sudah tak punya nyali dan harga diri apalah artinya
Ibarat seorang lelaki dewasa
hanya badan dan otot saja yang dibanggakan
tapi sejatinya sudah tak lagi perkasa
oleh sebab impoten dan sahwatnya lemah

Ah kasihan Indonesia
Dulu bangsa ini adalah bangsa yang berkepribadian
katanya
Tapi kini sudah menjadi bangsa yang latah dan ikut-ikutan
Apa yang dari Eropa apalagi Amerika
adalah dianggap sangat baik adanya
bahkan sah-sah saja untuk dimakmumi
Maka lihatlah masyarakat kita
tidak pejabatnya, tidak warga sipilnya
tidak yang lelaki, tidak yang wanita
tidak yang anak-anak, tidak yang sudah dewasa
tidak yang kaya, tidak yang gak punya harta
tidak yang berpendidikan tinggi, tidak yang berpendidikan rendah
Mulai dari gaya hidup suka belanja
cara bicara maupun model busana
warna rambutpun diubah-ubah
anting-anting bila perlu dihidung tidak lagi ditelinga
dan lain sebagainya
Alasannya adalah karena memang sedang mode dan masanya
dan lagi efek globalisasi yang tak bisa dicegah

Baiklah, baiklah
katakanlah itu bisa diterima
tapi celakanya mengapa
mengapa yang diadopsi oleh bangsa ini hanya seputar hal-hal tentang gaya rambut, busana, pola hidup doyan belanja dan hal-hal remeh lainnya
sementara nilai-nilai hidup, budaya yang santun dari luar tidak pernah  kita ambil dan terima
memang kita untuk adil tidak biasa
Bangsa asing suka sekali membaca
tapi kita tetap saja malas dan alergi membaca
Mereka terbiasa disiplin
kita masih tetap berantakan, norak, dan jam karet pula
Mereka sangat konsisten, konsekwen
kita terlanjur tidak jujur,
suka menipu diri sendiri dan orang lain
Mereka serius dan antusias, percaya diri
Kita sering kali lemah, main-main, tidak peraya diri dan mudah putus asa
Dan masih banyak lagi nilai-nilai positif lain yang kita biarkan saja lepas dari perhatian
Memang kita tidak terlalu pandai dalam hal mengambil hikmah dari pengalaman
Padahal nilai-nilai positif itu yang justru bisa membentuk bangsa dan negara ini menjadi bermartabat, berperadaban, berwibawa

Makanya tidak perlu heran
betapapun seringnya para pejabat kita berplesir ke luar negeri yang katanya dalam rangka studi bandingpun  tak akan banyak membawa perubahan bermakna
selama mereka belum bisa memegang amanah
dan tahu apa sesungguhnya yang sedang ditunggu oleh bangsa
Sehingga jadilah bangsa ini bangsa yang latah, ikut-ikutan secara membabi buta
Jadilah bangsa ini bangsa yang kemaruk kata orang jawa
Para remaja Indonesia jadi lebih amerika dari remaja amerika
Para orang dewasa Indonesia jadi lebih amerika dari orang dewasa amerika
Para anak Indonesia jadi lebih amerika dari anak amerika sendiri
Para orang tua Indonesia jadi lebih amerika dari orang tua amerika
Benar-benar sudah kehilangan karakter dan kepribadian bangsa

Kasihan Indonesia
Tapi saya lantas balik bertanya
Apa memang masih ada yang bisa diambil dari bangsa ini untuk mengembalikan rasa bangga terhadap bangsa sendiri?
Bukankah kita sejak lama terkenal sebagai bangsa yang ramah tamah?
Tapi jangan lupa masyarakat kita sekarang sudah gampang jadi pemarah
sikap anarkinya mudah tersulut dan pecah
apalagi kalau kalah sepakbola
wah yang satu ini malah bikin malu bangsa
Sudah cari sebelas orang saja yang pandai sepak bola diantara 230 juta orang Indonesia gak bisa,
Sudah main, malah seperti anak TK
gak meyakinkan, gak enak dilihat mata
padahal sudah dilatih sangat lama
juga mendatangkan pemain asing segala
masih gak pinter-pinter juga
tapi seringnya malah bikin kisruh saja
Dasar, sepak bola Indinesia
Bukankah Indonesia negara dengan jumlah muslimnya terbesar nomer satu?
Tapi jangan lupa  Indonesia juga terbesar nomer sekian jumlah koruptornya
belum lagi masalah teroris yang disudutkan kepada negara kita
Ah nampaknya memang sulit sudah
Mencari apalagi yang bisa mengembalikan kebanggaan pada bangsa
Terhapus oleh percikan-percikan noda yang sepertinya tak gampang hilang untuk beberapa waktu yang lama
Kini jangan lagi bertanya
soal nasionalisme pada warga
Barangkali
orang sudah merasa malu dan gerah
kalau harus terang-terangan mengaku bangsa Indonesia
maka, wajar saja sekarang
Sudah lama tak ada yang mendengar lagi di sekolah-sekolah
Senandung lagu-lagu nasional dan perjuangan seperti di waktu kecil dulu
Kalaupun masih ada
mungkin bagai lipstik belaka
kedengarannya sudah hambar, bahkan sudah parau, basi
ditelan oleh rasa kecewa mendalam luar biasa
entah pada siapa
karena  memang Indonesia sudah tak lagi indah seperti dulu
Indonesia sudah tak lagi nyaman di huni seperti dulu
Masyarakatnya sudah tak lagi seramah dulu
Ah benar-benar kasihan, BBM naik, harga sembakopun naik, angka kemiskinan pun naik.
Ah gk usah ditambah lagi cukuplah ini derita kita, indonesia.
kasihan Indonesia...Negeri Kaya tapi Rakyat Sengsara.

Oleh Ramadhana
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Cot Kala Langsa
Prodi Hukum Tata Negara
RAMA

RAMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.