Illustrasi : Google.com |
Ibu
Tersenyumlah
Karena aku dan pembangunan adalah pemburu
Kami bersama membidik nafsu yang terdahulu
mencuri hidup kita
mencuri ayahku
menjelma namanya menjadi halimun tua yang gelap
Ibu
Berbahagialah
Sebab aku dan pembangunan adalah kesatria
Kami diam dalam pura pura
Menjerit dalam hening yang terbiasa
atau dibiasakan
Pembodohan merupa menjadi kabut hitam
Yang membuat engkau mereka wanita
menjadi korbannya
Pernah kau ingatkan aku suatu ketika
dimana aku harus menjadi kuat
meski kau selalu memanjakan aku
dalam nikmat hingga aku menjadi lena
hanyut dalam lembut usap tanganmu
aku menjadi engkau kita
Namun kini
Kutemukan sebuah dermaga
dengan kapal perang ditepinya
melambaikan hormat padaku
mengajak aku untuk berdansa
Meski merah
darah
inilah aku yang kau ciptakan menjadi
penantang para dewa
Ibu
jangan paksa aku menangis
karena airmataku sudah kering
untuk membasuh dahimu
ketika kerutnya torehkan luka
Atas fikirmu saat ayah pergi
atas kegalauanmu ketika bagaimana
membesarkan kami
Ibu
Panjatkan setitik doamu sebagai perisai bagi hatiku
Karena aku akan segera pergi
mengukir langit
Langit biru
Langit temaram
bahkan langit langit semu
sebagai bukti perjuangan
bahwa ini semua berkaitan
adanya
Apa kau lupa
Lelaki yang menancapkan panahnya padamu
adalah pembangunan
Pria yang mengusap peluhmu saat bercumbu
adalah pembangunan
yang hari ini membuatmu begitu takut akan dunia
dunia yang kujejak
dunia yang seharusnya menjadi tempat berlindung kita
Dia adalah pembangunan
Pembangunan yang bohong
pembangunan yang nestapa
pembangunan yang durjana
karena hari ini
Dia adalah pembangunan
dengan yang lainnya
Ibu
mari kita ingat kembali masa masa gemilang
saat kita menipu seratus pembangunan
menikmati hasilnya
namun
mereka tidak pernah terkalahkan
sebab mereka adalah guru
yang mengajarkan kita
untuk menjadi bagian dari kejahatan
mereka
tetaplah guru kita
guru hidup
guru yang membunuh nurani
yang membajakan hatiku
hatimu
Ibu
kumohon bangkitlah
kita harus terjaga dari tidur kita
karena saat kita tertidur
saat itulah dewa dewa leluasa
menggagahi pembangunan kita
Bangkitlah ibu
bangkit melawan peradaban lelap
nanti ketika aku terjatuh
bangunkan aku meski aku menangis perih
meski kecut itu sudah membatu dalam darah kita
biarkan ia tetap ada
namun kita terus menari
hingga kita lupa rasa
karena tarian kita akan menjadi kolaborasi sempurna
yang menampung kekuatan alam semesta
ini bukan genderang
ini gemuruh samudra
yang membangkitkan hatimu
aku dan pembangunan
Aku
bukan buah kegagalan
Aku adalah takdir tuhan
untuk merubah keadaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar