Breaking News
recent

Kemerosotan Literasi Mahasiswa

Photo Ilustrasi : Minat membaca yang berkurang 

Zawiyah News | Opini - Pada saat ini minat mahasiswa/i Indonesia terhadap membaca sangat rendah. Padahal salah satu fakor kesukesesan menjadi seorang mahasiswa/i adalah banyak membaca. Membaca bagi mahasiswa/i dapat meningkatkan kemampuan menulis.

Dengan membaca dapat membuka cakrawala wawasan yang luas dan mudah ketika menuangkan gagasan pada saat menulis. Dengan membaca buku kita akan kaya dengan kata dan pengetahuan. Sehingga apa yang ingin kita tulis memiliki arah dan gambaran. 

Namun amat disayangkan, kenyataannya pada saat ini minat membaca pada mahasiswa/i sangat minim. Rendahnya minat membaca ini padahal sangat merugikan untuk mahasiswa itu sendiri. Rendahnya minat membaca mahasiswa saat ini juga di dorong dengan kemanjuan teknologi di era 4.0 saat ini. 

Semua refensi untuk menyelesaikan tugas mudah saja di dapatkan dengan instan. Sehingga buku yang bentuk fisik nya terlihat tidak lagi di sentuh dan diminati oleh mahasiswa/i milenial saat ini. Di dalam tulisan ini akan di paparkan beberapa faktor penyebab menurunnya tingkat literasi mahasiswa/i saat ini.

Faktor yang pertama yakni, penggunaan gadget yang kian hari kian meningkat. Di era industri 4.0 saat ini penggunaan smartphone semakin meningkat. Untuk zaman secanggih sekarang ini mustahil setiap mahasiswa/i tidak memiliki gawai canggih tersebut.Sebagian memang penggunaan gadget/smartphone memiliki manfaat positif apabila dibawa ke jalan yang benar. 

Namun sebaliknya, pada saat ini mahasiswa/i sering salah guna. Terkadang mereka hanya menggunakan smartphone untuk sekedar chattingan ringan, ber-selfie, atau sekedar mengupload foto di social media. Ditambah lagi penggunaan smartphone saat ini menambah tingkat kemalasan mahasiswa untuk membaca buku. 

Mereka lebih memilih membaca quote-quote yang ada di media sosial dibandingkan membaca buku yang sudah jelas isi dan maknanya. Kecenderungan rasa malas pada mahasiswa/i di tunujjkan melalui contoh nyata ketika mengerjakan tugas makalah. Dikarenkan zaman yang canggih ini semua bisa didapatkan secara instan. Mungkin semua mahasiswa sudah mengenal istilah copy-paste.

Hal tersebut dilakukan mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian tugas mereka. Bahkan tindakan terebut di anggap lumrah. Yang lebih memperparah lagi, nyatanya dosen yang memberi tugas tersebut mengetahui bahwa hasil karya tulis makalah mahasiswa tersebut merupakan hasil jiplakan.

Namun sejauh ini masih jarang ditemui dosen yang menindak tegas perbuatan mahasiswa ini. Jika kita mampu lebih kritis lagi, dampaknya akan kita rasa ketika tugas akhir yakni dalam penulisan skripsi. 

Akibat malas membaca mereka akan cenderung kesulitan. Serta karya-karya tulis kripsi mahasiswa saat ini hanya sekedar untuk menyelesaikan tugas akhir semester mereka dan hanya untuk memenuhi persyaratan untuk mendapat gelar saja.

Selanjutnya rendahnya kunjungan mahasiswa ke perpustakaan. Ketika saya mencoba menilik kembali dan belajar dari pengalaman saya sendiri, penyebab rendahnya kunjungan mahasiswa ke perpustakaan di akibatkan oleh kecenderungan rasa malas. Lambat laun minat mahasiswa untuk berkunjung ke perpustakaan semakin sedikit.

Apalagi ditambah dengan kemajuan teknologi di era 4.0 saat ini. Banyak mahasiswa yang lebih memilih mencari referensi untuk menyelesaikan tugas mereka dengan mencari buku elektronik ataupun jurnal-jurnal melalui smartphone. Mencari referensi melalui internet mereka anggap lebih cepat dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Sehingga banyak mahasiswa lebih memilih mencari sumber referensi melalui internet di bandingkan harus mengeluarkan tenaga dan waktu untuk pergi ke perpustakaan.

Adapun faktor lain yang membuat tingkat literasi mahasiswa/i Indonesia saat ini rendah yakni mahasiswa/i yang malas dan enggan membeli buku. Dalam beberapa hasil survei dengan bertanya secara acak kepada teman sejawat saya, hasilnya dari jawaban mereka tidak jauh berbeda.

Di antara jawaban mereka yakni karena harga buku yang terlalu mahal. Mereka lebih memilih untuk membeli paket internet ataupun pulsa. Dan mereka juga menyatakan bahwa harga buku terlalu mahal. Benar saja, bila di perhatikan lagi memang nyatanya harga buku di Indonesia terlalu mahal. 

Sehingga mahasiswa/i enggan membelinya, terlebih mereka belum memiliki pekerjaan dan hanya mengandalkan uang pemberian orang tua. Seharusnya Indonesia belajar dari pada upaya yang dilalukan oleh pemerintah Mesir untuk meningkatkan minat membaca masyaratakat. 

Seperti Mesir awalnya juga merupakan negra yang memiliki minat rendah dalam membaca. Namun pemerintah di negara itu mencoba menyiasati dengan cara menjual buku-buku dengan harga murah. Alhasil pada saat ini Mesir masuk salah satu nominasi terbaik dalam sektor pendidikan di dunia.

Dalam kesimpulan, kita mengetahui bahwa kesadaran membaca dan tingkat literasi mahasiswa/i saat sangat merosok. Ditambah dengan kecanggihan zaman pada saat ini, mencari referensi dengan mudah dan cepat diporoleh melalui internet.

Mahasiswa/i menjadi malas untuk pergi ke perpustakaan. Alhasi hal tersebut berdampak pada hasil karya tulis mahasiswa yang tidak berkualitas. Dan karya-karya tulis mahasiswa sekarang kalah bersaing dengan negara tetangga. 

Rendahnya minat membacapun mengakibatkan mahasiswa menjadi kurang berfikir kritis. Jikalau bukan hari ini kapan lagi. 

Perubahan itu dimulai dari hal diri kita sendiri. Apalagi selaku mahasiswa yang merupkan Agent of Chenge. Bangunlah kesadaran dan tanamkan pada diri kita tentang pentingnya membaca.


Penulis : Lili Nurma Yanti

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.