Breaking News
recent

Memperingati hari pendidikan Nasional : Pendidikan dalam situasi pandemi Covid-19



Karya : Arifaldi Natalsya

Zawiyahnews|- Saat ini, dengan situasi yang memaksakan kita sebagai masyarakat pada hakikatnya di tuntut untuk mengetahui makna hidup. Hal ini di sebabkan dengan adanya pandemi Covid-19 yang masih menghantui kita. Oleh karenanya, hal itu memaksa kita untuk sejenak melihat kembali kehidupan, keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti yang sebenarnya. Kita sebagai manusia di paksa berhenti dari rutinitas kita sehari-hari, untuk memaknai hidup yang sebenarnya.

Negara kita Republik Indonesia memiliki tantangan besar dalam menghadapi Covid-19. Dari semua aspek yang menjadi tantangan, saya terfokus pada aspek pendidikan, berhubung hari ini Sabtu, 02 Mei 2020 adalah hari untuk kita memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Pendemi Covid-19 memaksa kita untuk mengikuti kebijakan physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Penerapan physical distancing sangat berdampak pada aspek pendidikan. Dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, pembelajaran daring/online dan disusul dengan peniadaan Ujian Nasional (UN) untuk tahun ini.

Namun keadaan dan mekanisme yang timbul secara tiba-tiba ini, justru tidak jarang membuat pendidik,siswa,mahasiswa bahkan orangtua kaget serta kebingungan.
Hal ini tidak bisa di pungkiri lagi karena kebijakan ini harus diterima dan kebijakan ini di upayakan untuk memutus mata rantai Covid-19 di tengah masyarakat.

Metode pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi yang diterapkan pemerintah dianggap sebagai tantangan tersendiri bagi kita yang masih dalam proses menjalankan pendidikan.

Pembelajaran secara online harusnya mendorong para pelajar untuk menjadi kreatif dengan mengakses sebanyak mungkin ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya. Bukan malah membebani mereka dengan tugas yang bertumpuk setiap hari sebagai mana yang di keluhkan banyak siswa dan para mahasiswa. Banyak faktor yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran daring ini, diantaranya :

1. Penguasaan teknologi yang masih rendah, harus diakui tidak semua guru menguasai teknologi terutama guru generasi 80-an yang pada masa mereka penggunaan teknologi belum begitu tampak. Keadaan hampir sama juga dialami oleh para siswa, tidak semua siswa terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan teknologi sehingga mereka harus rebutan dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran dan bahkan mereka tidak dikenalkan teknologi dalam pembelajaran.

2. Jaringan internet, pembelajaran online tidak lepas dari penghunaan jaringan internet, penggunaan jaringan seluler terkadang terkadang tidak stabil karena letak tempat tinggal yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.

3. Biaya, jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran daring menjadi masalah tersendiri. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak.

Kesenjangan ini  bisa kita lihat sendiri dengan melihat perbedaan kecepatan internet diberbagai daerah. Orang-orang dipusat kota sering menikmati internet yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah yang kurang berkembang.

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada siswa SD, SMP, dan SMA saja tapi juga berdampak pada Perguruan Tinggi. Mahasiswa, khususnya yang merantau, akan berada dalam kondisi kerentanan baik secara sosial maupun ekonomi. Mahasiswa perantau yang keluar dari daerah asalnya untuk menuntuk ilmu jumlahnya terbilang sangat besar.

Kebijakan pembelajaran sistem daring yang kini diterapkan sebenarnya membuka peluang mahasiswa belajar darimana pun, salah satunya dri rumah. Tampaknya tidak semua mahasiswa bisa pulang ke kampung halamannya, berbagai hal menjadi alasan bagi mahasiswa untuk tetap tinggal di daerah rantau tempat mereka menuntut ilmu.

Alasan pertama, pembatasan di daerah asal mereka , kebijakan tiap-tiap daerah untuk melakukan lockdown lokal menjadi hambatan bagi mahasiswa. Seperti mahasiswa batak yang berada di Jawa Tengah , mereka tidak bisa pulang kekampung halamannya.

Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah saat berkunjung memberikan bantuan kepada para mahasiswa tersebut. Apalagi bagi mereka yang kuliah di daerah zona merah Covid-19, peraturan ketat akan diterapkan bagi warganya yang datang dari zona merah tersebut, misalnya dari jakarta. Kedua, bagi mahasiswa yang berasal dari daerah pelosok, boleh jadi keterbatasan kualitas jaringan internet membuat mereka berpikir ulang untuk kembali ke kampung halamannya.

Selain itu, khusus dalam bidang pendidikan, kita  maupun para Stakeholder pendidikan perlu mempelajari literasi teknologi terutama dalam pemanfaatan media sebagai pembelajaran daring saat ini.

Dalam hal ini, saya ingin menambahkan sedikit Hal-hal yang perlu diketahui dan disadari oleh para stakeholder yang saya kutip dari tulisan (Agus Nana Nuryana, M. M. Pd.) Sumber : Kabar priangan 07 April 2020.
Hal-hal yang di maksud ialah :

1. Orang Tua
Pendidikan anak sejatinya adalah tanggung jawab orang tua. Kegiatan pembelajaran secara daring memaksa orang tua untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar para anak-anaknya. Orang tua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak mereka dalam belajar. Diharapkan setelah mendapatkan pengalaman ini, para orang tua mau belajar bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.

2.Guru
Pembelajaran daring harus menjadi penyadar bagi guru bahwa peran mereka saat ini sebagai guru yang hanya mentransfer pengetahuan bahwa suatu saat akan tergantikan oleh guru yang lebih canggih, yaitu guru mesin.
Guru mesin memiliki kelebihan yang lebih efektif dibanding manusia dalam mentransfer ilmu pengetahuan.
Peran ini harus di ambil guru manusia untuk mengimbangi guru mesin yang hanya bisa mentransfer pengetahuan tanpa ada filter, sebab mesin tidak mengetahui nilai baik dan buruk.
Sampai kapanpun, selagi manusia masih ada, maka guru manusia tidak akan tergantikan perannya oleh mesin. Sebab jika semuanya sudah digantikan oleh mesin, maka kehancuran dunia tidak bisa di bantah lagi.

3. Sekolah
Sekolah (wadah pendidikan) sebagai lembaga penyelenggara pendidikan harus bersiap siap mengantisipasi perubahan peradaban manusia saat ini. Situasi saat ini memberikan tantangan bagi dunia pendidikan, mengubah manajemen pengelolaan pendidikan sangat di perlukan untuk mengimbangi perubahan yang sangat cepat. Metode pembelajaran manual dan konvensional saat ini makin tergantikan dengan sistem digital daring tanpa di batasi ruang dan waktu. Dan kesan sekolah saat ini lebih dinamis.

4. Pemerintah
Peran pemerintah sangat penting dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional.
Dalam situasi darurat seperti saat ini karena adanya pandemi Covid-19, pemerintah dengan cepat mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan pembelajaran daring yang harus di lakukan oleh setiap lembaga pendidikan walaupun belum terikat.

Dengan situasi yang lain, kebijakan ini mungkin saja akan dilanjutkan dengan sudut pandang yang lain. Kemajuan teknologi yang memungkinkan untuk pelaksanaan pembelajaran daring juga harus melihat budaya masyarakat yang sudah melek teknologi. Tidak akan jadi mustahil kebijakan ini akan berlanjut dan menjadi ketetapan yang dibuat pemerintah untuk dilaksanakan.

Dengan demikian, mungkin inilah cara Tuhan untuk menuntun kita dalam menjalankan roda kehidupan di dunia. Semoga kita selaku makhluknya bisa senantiasa untuk menjalani kehidupan di akhir zaman.

-Selamat Hari Pendidikan Nasional-
02 Mei 2020.
Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.