Ilustrasi: Google |
Essay - Kota Langsa yang merupakan salah satu Kota di Provinsi Aceh yang dikenal dengan sebutan Kota perdagangan dan Kota industry. Selain itu, ternyata Kota Langsa memiliki banyak tempat wisata yang eksotis dan menyenangkan. Salah satu wilayah Kota Langsa yang memiliki destinasi wisata yang menarik yaitu berada dikawasan Pulau Telaga Tujoh atau nama lainnya yaitu Pulau Pusong.
Pulau Telaga Tujoh merupakan salah satu desa di Kecamatan Langsa Barat yang memiliki luas wilayah sebesar 250 hektar atau 3,68% dari total luas wilayah Kota Langsa dengan kondisi geografis desa adalah pantai. Jarak tempuh dari pusat Kota Langsa ke Pulau Telaga Tujoh adalah 17 Km yang diawali dengan perjalanan darat hingga ke pelabuhan Kota Langsa dan dilanjutkan dengan perjalanan menaiki perahu atau boat berukuran 10 GT sampai dengan 30 GT untuk sampai ke tujuan. Gampong Telaga Tujoh ini terdiri dari empat dusun yaitu dusun damai, dusun sentosa, dusun sejahtera dan dusun aman. Semua penduduk beragama Islam dan mayoritas penduduk adalah suku Aceh serta bahasa yang di gunakan merupakan bahasa Aceh.
Penamaan Pulau Telaga Tujoh disebabkan oleh cerita legenda terdahulu yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain melalui cerita dari mulut ke mulut. Menurut legenda terdahulu bahwa pulau ini merupakan pulau yang ditempati oleh tujuh Aulia. Dikatakan bahwa para Aulia ini dahulu terbiasa untuk mandi di telaga yang terdapat di pulau ini. Menurut legenda bahwa telaga tersebut hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang mempunyai sifat dan sikap yang baik tetapi tersesat di pulau tersebut. Akan tetapi, hingga saat ini, masyarakat ataupun pengunjung yang mendatangi pulau Telaga Tujoh belum pernah menemukan keberadaan telaga tersebut.
Berdasarkan legenda inilah sehingga pulau ini dinamakan dengan pulau Telaga Tujuh dengan tujuan untuk mengenang kisah para Aulia tersebut yang terkenal berhati baik, berjiwa mulia serta banyak memberikan kebaikan di pulau tersebut. Dengan diberikan penamaan pulau Telaga Tujuh ini maka legenda yang telah diwarisi sejak dahulu tidak hilang dan akan terus dikenang oleh setiap generasi kehidupan.
Perjalanan ke pulau Telaga Tujoh ini sangalah menarik dikarenakan sepanjang perjalanan, selain dapat melihat pemandangan laut yang indah tapi para pengunjung juga akan disuguhkan dengan pemandangan hutan bakau yang yang berdiri tegak di sebalah kiri dan kanan perjalanan. Di pulau ini juga, tidak seperti di desa-desa yang lain yang riuh akan suara kendaraan dikarenakan tidak ada kendaraan di pulau ini semua masyarakat hanya berjalan kaki atau menaiki sepeda sebagai alat transportasi didalam pulau.
Mayarakat yang tinggal di wilayah pesisir memilki lingkungan budaya yang berbeda dengan masyarakat perkotaan maupun masyarakat yang tinggal di wilayah pergunungan, system nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat pesisir terbentuk oleh factor alam geografis yang berbeda, juga ada terbentuk berdasarkan kesepakatan, seperti aturan-aturan khusus yang kemudian menjadi norma-norma sebagai pedoman dalam setiap interaksi antar sesama warganya.
Berdasarkan legenda inilah sehingga pulau ini dinamakan dengan pulau Telaga Tujuh dengan tujuan untuk mengenang kisah para Aulia tersebut yang terkenal berhati baik, berjiwa mulia serta banyak memberikan kebaikan di pulau tersebut. Dengan diberikan penamaan pulau Telaga Tujuh ini maka legenda yang telah diwarisi sejak dahulu tidak hilang dan akan terus dikenang oleh setiap generasi kehidupan.
Perjalanan ke pulau Telaga Tujoh ini sangalah menarik dikarenakan sepanjang perjalanan, selain dapat melihat pemandangan laut yang indah tapi para pengunjung juga akan disuguhkan dengan pemandangan hutan bakau yang yang berdiri tegak di sebalah kiri dan kanan perjalanan. Di pulau ini juga, tidak seperti di desa-desa yang lain yang riuh akan suara kendaraan dikarenakan tidak ada kendaraan di pulau ini semua masyarakat hanya berjalan kaki atau menaiki sepeda sebagai alat transportasi didalam pulau.
Mayarakat yang tinggal di wilayah pesisir memilki lingkungan budaya yang berbeda dengan masyarakat perkotaan maupun masyarakat yang tinggal di wilayah pergunungan, system nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat pesisir terbentuk oleh factor alam geografis yang berbeda, juga ada terbentuk berdasarkan kesepakatan, seperti aturan-aturan khusus yang kemudian menjadi norma-norma sebagai pedoman dalam setiap interaksi antar sesama warganya.
Masyarakat Gampong Telaga Tujoh merupakan masyakat yang di dominasi dengan kehidupan menjadi nelayan atau melaut. Meskipun dalam masyarakat Gampong Telaga Tujoh tidak semuanya mengantungkan hidupnya dengan menjadi nelayan atau menjadikan laut sebagai sumber mata pencahariannya, namun secara kultural mereka harus tunduk pada system social budaya Gampong Telaga Tujoh.
Jalinan hubungan social dan kerja sama antar masyarakat terjalin sangat kuat. Hubungan tersebut bukan hanya ketika berada dalam kawasan daratan (didalam perkampungan), akan tetapi hubungan erat tersebut juga terjalin ketika masyarakat melakukan kegiatan mencari mata pencaharian dengan menjadi nelayan. Bahkan, jalinan social dan kerja sama tersebut lebih terlihat dan maksimal ketika antar sesama masyarakat di laut dengan bekerja saling bekerja sama dan bertanggung jawab. Masing-masing nelayan telah memiliki tanggung jawab dan tugas sesuai dengan struktur di dalam sebuah kapal nelayan, sehingga mereka tidak saling menyalahkan satu sama lain ketika terjadi hal-hal yang dapat menganggu keselamatan mereka di laut saat sedang bekerja.
Dalam struktur kapal ikan ini, yang bertanggung jawab atas keselamatan di lautan adalah pawing laot. Pawing laot merupakan pemimpin Anak Buah Kapal (ABK) atau dalam bahasa Aceh disebut dengan aneuk bot. tanggung jawab lainnya yang harus diatasi oleh pawang laot adalah ketika terjadi perselisihan antar masyarakat di dalam kapal, pawing laot harus mampu meyelesaikan permasalahan tersebut sesuai dengan ataran-aturan kelautan yang telah disepakati oleh masyarakat Gampong Telaga Tujoh.
Dengan berbagai hal unik yang ada di Gampong Telaga Tujoh ini, akan tetapi tidak banyak orang luar yang mengunjungi kampong ini. Perjalanan perahu yang terjadi hanyalah sebuah perjalanan masyarakat local yang keluar masuk ke Kota Langsa. Dahulu terdapat 700 lebih Kepala Keluarga di Gampong Telaga Tujoh ini, akan tetapi hingga saat ini, jumlah penduduk semakin berkurang. Sebanyak kurang lebih 300 Kepala Keluarga yang telah mengungsi ke desa lainnya.
Bangunan yang terdapat di Gampong Telaga Tujoh di dominasi oleh bangunan yang terbuat dari kayu yang sudah terlihat usang dan kumuh. Hanya bangunan seperti masjid, puskesmas dan sekolah yang memiliki bangunan yang terbuat semi permanen. Energy listrik yang di peroleh di dapatkan dari mesin diesel milik PLN yang terletak di dekat dermaga. Akan tetapi, mesin diesel milik PLN ini belum mampu untuk mencukupi kebutuhan masyarakat akan energi listrik sehingga untuk menutupi kekurangan daya tersebut masyarakat memasang solar sel di rumah masing-masing. Ketersedian air bersih kini telah ada berkat alat yang di berikan oleh pemerintah yaitu berupa alat penyulingan air.
Gampong Telaga Tujoh termasuk ke dalam kawasan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) di Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) Kota Langsa. Penyusunan matriks Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ini ditujukan untuk mempermudah dan meningkatkan kegiatan revitalisasi dalam rangka mengisis dan mengantisispasi berbagai program pengembangan kawasan baik yang dibiayai oleh pemerintah maupun yang di biayai oleh pihak swasta, LSM atau bantuan berbagai Negara lainnya dalam rangka merevitalisasi berbagai sarana dan prasarana dasar serta kehidupan social masyarakat.
Selain itu, masyarakat Gampong Telaga Tujoh juga mendapatkan bantuan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dengan tujuan untuk relokasi rumah tidak layak huni di bantaran sungai sehingga mengurangi kawasan kumuh di daerah tersebut. Pembangunan rumah ini merupakan hasil kolaborasi atau kerja sama antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan Pemerintah Kota Langsa. Gampong Telaga Tujoh mendapatkan 10 unit rumah yang akan direnovasi dari total 103 unit yang akan di bangun di seluruh wilayah kumuh di Kota Langsa.
Penulis: Ade indriwani
Mahasiswa Prodi Ekonomi Syari`ah, Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (IAIN Langsa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar