Ilustrasi : dePlantation.com |
Zawiyah News | Serba Serbi - Apa yang terlintas dibenak anda saat mendengar kata modern? “terbaru, kekinian, mengikuti zaman, tidak kumuh dan masih banyak lagi hal lainnya. Iya, tentu saja hal-hal demikian yang berada difikiran kita saat mendengar kata modern. Begitulah gambaran kata modern yang seakan mengarahkan kita untuk mengikuti perkembangan zaman baik itu dari segi gaya, makanan, maupun tempat.
Namun
berbeda halnya dengan tempat atau warung kupi gampong yang berada di desa Bhom
Lama Kecamatan Ranto Peureulak Aceh Timur, atau yang sering dikenal dengan
warung kupi pak Nan. Warung kopi ini tidak usang dimakan waktu, di mana kita
biasa melihat tempat-tempat minum yang serba modern atau sering diistilahkan dengan
kekinian seperti kafe-kafe yang berada dimana-mana dan banyak kita jumpai sekarang
ini. Namun tempat ini adalah warung kupi gampong dengan nuansa tanpa unsur
modern.
jika
kita lihat sekilas mungkinkan warung kupi dengan gaya gampong masih bertahan di
era modern ini? namun nyatanya warung kopi yang sudah ada sejak lama ini masih
bertahan sampai dengan saat ini. Bahkan warung ini sekarang dikelola oleh anak
pemilik warung kupi gampong tersebut.
Meskipun
gayanya seperti warung-warung jaman, namun peminatnya tetap ramai tidak kalah
dengan warung-warung modern. Baik itu dari kalangan orang tua maupun yang masih
muda, hal ini menjadi alasan warung ini masih bertahan sampai saat ini.
Seperti
penuturan dari kak Ida pemilik warung kupi gampong mengatakan:
“Warung
kupi ini sudah berdiri sejak dari tahun 2005 yang di dirikan oleh ayah saya
pemilik warung kupi ini, yang pada awalnya hanya berupa tempat biasa yang
alakadar namun lama kelamaan mulai dikenal oleh masyarakat sekitar, peminatnya
mulai dari orang tua sampai pada orang yang masih muda. Namun sudah beberapa
tahun yang lalu, ayah saya tidak sanggup lagi mengelola warung ini, dikarenakan
sudah jatuh sakit, sehingga warung kupi ini sekarang saya yang mengelola,
meneruskan usaha milik orang tua saya.”
Selain
itu, warung kopi ini adalah salah satu tempat dijadikan untuk mencari rezeki
oleh keluarga pak Nan untuk biaya kehidupaan sehari-hari, dan juga warung ini
sudah berdiri sejak lama, sehingga memiliki banyak pelanggan, hal ini menjadi salah
satu alasan warung kupi ini tetap bertahan hingga sekarang ini.”
Warung
kopi ini sendiri menjual kopi hitam, atau kupi gampong dengan kualitas rasa
yang mantap, dimana kopi hitam yang disajikan secara kental membuat cita rasa
sebuah kupi gampong semakin terasa di lidah. Selain kupi gampong sendiri, warung
ini juga menjual minuman lain seperti kopi-kopi saset dan juga gorengan.
Untuk
harganya sendiri, kita tidak harus mengeluarkan banyak rupiah untuk menikmati
secangkir kupi gampong pada warung ini, cukup dengan uang Rp.5000 kita sudah
dapat menikmati kupi gampong pada warung pak Nan ini.
walaupun tempatnya sederhana, namun warung kupi gampong ini sangat memberikan ketenangan apabila kita menikmati kopi di siang atau sore hari karena letaknya yang dekat dengan lahan persawahan sehingga memberikan kesejukan hempasan angin yang asri sebuah nuansa desa. ditambah dengan desain meja tempat minum kopi yang terbuat dari batang-batang pohon yang diberi ukiran membuat kearifan lokal akan suatu desa menjadi lebih terlihat.
Gambar meja yang terbuat dari batang-batang pohon yang diberi ukiran. Foto (Doc.Istimewa)
Bahkan
menurut penuturan dari pemilik warung kupi gampong ini, ada beberapa masyarakat
yang datang ke warung bukan untuk membeli makanan atau minuman, tetapi memang sengaja
datang untuk sekedar duduk dan berbincang di siang atau sore hari dikarenakan
tempat yang sejuk dengan nuansa angin persawahan yang membuat seakan tidak bisa
beranjak dari tempat duduk.
Dibalik
kebertahanan warung kupi ini yang sudah lama ada, ternyata memang pemilik warung kupi ini
memiliki tips untuk bertahan, seperti penuturan kak ida pemilik warung kupi
gampong mengatakan “sebenarnya tidak ada tips khusus, namun memang ada cara yang sampai saat ini menjadi acuan saya
untuk bisa mempertahankan warung kupi milik orang tua saya, yaitu seperti
melakukan sesuatu berdasarkan batas kemampuan kita, artinya kita tidak perlu
iri atas pencapaian orang seperti warung orang yang lebih elit, ya kita
jalankan sesuai kemampuan, karena semua orang ingin maju, semua orang ingin
menjadi lebih baik, tetap semangat dan selalu optimis saja, karena setiap apa
yang dimiliki sudah seharusnya patut di syukuri.
melestarikan
dan mengambangkan apa yang telah ada pada sebuah desa adalah tanggungjawab kita
sebagai kaum muda, kita selaku anak muda atau kaum milenial yang tebiasa dengan
nuansa kekinian, terbiasa minum atau makan ditempat seperti cafe-cafe, tidak
ada salahnya sesekali mencoba untuk menikmati nuansa warung kampung,
hitung-hitung bisa menikmati kearifal lokal yang ada disekitar kita, dan juga
dapat membantu penjual agar bisa menambah pendapatannya dengan cara membeli
dagangannya.
Penulis adalah Ernita Zahara Mahasiswa IAIN Langsa Prodi Ekonomi Syariah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar