penyuluhan dan pelatihan tentang nipah dan pengelolanya |
Essay- “Nipah” pernahkah anda mendengar nama tumbuhan ini sebelumnya? Saya yakin banyak di antara pembaca sekalian yang belum mengenal tumbuhan ini. Ya, tidak mengherankan memang karena tumbuhan nipah umumnya tumbuh di daerah rawa di lingkungan hutan bakau yang keberadaannya sering dijumpai di pedesaan yang didominasi dengan sungai-sungai dan laut. Tumbuhan dengan nama latin Nypa Fruticans Wurmb ini memiliki beberapa nama di berbagai daerah, diantaranya Aceh biasa menyebutnya dengan “Lipah”, Jawa dan Bali “Buyuk”, Sunda “Daonan”, Ternate, Manado, dan Tidore “Bobo”, Halmahera “Boboro”, Madura “Bhunyok”, Ambon “Pelean”, dan masih banyak lainnya.
Di Aceh sendiri, tumbuhan ini sangat mudah dijumpai. Namun, keberadaannya kurang mendapatkan perhatian lebih oleh masyarakat. Umumnya, orang-orang lebih mengutamakan daunnya saja daripada bagian yang lain yang digunakan untuk pembuatan atap rumah dan rokok tradisional. Padahal dari buahnya saja bisa menghasilkan beberapa sumber pangan atau produk, seperti tepung, nata, manisan, kue, dan lainnya yang bisa juga dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan.
Di hari berikutnya, warga Ulee Blang terutama anak-anak sangat antusias untuk mencari beberapa bonggol buah nipah yang cocok digunakan untuk pembuatan ketiga produk tersebut. Mereka langsung menuju ke area tambak yang memang komunitas nipah banyak terdapat di sana. Dari hasil pencarian, terdapat sekitar 5 bonggol buah nipah yang cocok digunakan dan siap diolah menjadi manisan, bolu, dan dodol buah nipah. Ada yang sudah matang dan ada juga yang sedikit masih berair. Namun, keduanya bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan atau resep yang sudah ditentukan.
Hari pengolahan pun tiba, saatnya mengolah untuk kemudian dipasarkan. Meskipun pada hari itu hujan, namun tidak memudarkan semangat ibu-ibu untuk dapat mempraktikkan langsung pengolahan buah nipah. Satu persatu mereka berdatangan dan langsung mengambil peran dalam pengolahan ketiga produk tersebut. Ada yang menangani bagian pembuatan bolu, manisan, dan ada juga di bagian pembuatan dodol. Meskipun pembuatan dodol nipah memerlukan waktu dan usaha lebih untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, justru yang menanganinya adalah para ibu-ibu yang terbilang sudah lanjut usia tapi masih memiliki tenaga yang mumpuni.
Satu persatu bahan dimasukkan dan dicampurkan dengan adonan lain. Sambil menunggu giliran, para ibu-ibu tidak lupa mengontrol dan mengecek prosedur kegiatan yang sedang dijalani. Ada yang bertugas memeriksa ketersediaan dan kecukupan bahan, ada yang mengontrol pengolahannya agar sesuai keinginan, dan ada juga bagian yang menyiapkan bahan makanan untuk makan siang, karena kegiatan ini diperkirakan selesai di siang hari.
Dan benar saja, kegiatan ini selesai sekitar jam 2 siang. Produk yang pertama selesai yaitu manisan buah nipah, karena pengolahannya juga tidak begitu sulit dan tidak memerlukan waktu yang lama. Kemudian disusul dengan produk kedua yaitu bolu buah nipah dengan jenis tampilan topingnya yang berbeda di setiap bolunya. Dan terakhir yaitu dodol buah nipah yang memang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan para ibu untuk mencicipinya. Masing-masing produk ini kemudian diberi lebel sesuai dengan nama jenis produk dan bahannya yang digabungkan atau disingkat menjadi kata, seperti “MANISAN NIPAH” untuk produk yang terbuat dari manisan buah nipah, “BOLNI” untuk produk bolu buah nipah, serta “DOLNIP” untuk dodol buah nipah. Ketiga nama lebel tersebut merupakan hasil diskusi dengan para ibu-ibu peserta dalam kegiatan pengolahan buah nipah pada hari itu.
Ada kelegaan dan kebanggaan tersendiri bagi warga Ulee Blang khususnya ibu-ibu rumah tangga menghasilkan produk olahan yang sebelumnya belum pernah mereka bayangkan. Salah satu peserta kegiatan, Bismiati, mengatakan bahwa program tersebut merupakan ide yang bagus karena mereka bisa belajar sesuatu yang baru yang sebelumnya belum terpikirkan oleh mereka. Kemudian Aminah juga menambahkan bahwa selain bagus, kegiatan ini juga membuka peluang bagi mereka untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah yang juga bisa membantu perekonomian keluarga. Beliau juga mengungkapkan bahwa program tersebut bisa menambah wawasan mereka dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki oleh desa Ulee Blang yang dalam hal ini yaitu tumbuhan nipah yang dulunya memang terabaikan. Terakhir beliau menyampaikan bahwa harapan ke depannya agar kegiatan ini bisa berlanjut, tidak hanya pada hari itu saja tetapi juga pada hari-hari berikutnya.
Dari sini kita belajar bahwa alam sebenarnya menyediakan begitu banyak potensi yang bisa dihasilkan oleh manusia, namun kembali lagi apakah manusia sadar atau tidak dalam memanfaatkannya. Peka dan kemauan yang tinggi merupakan kunci utama dalam peningkatan kualitas kehidupan. Oleh karena itu, manfaatkan semaksimal mungkin apa yang sudah alam berikan, dan ingat bahwa menjaga serta melestarikannya juga diperlukan agar alam terus terpelihara dengan baik.
Syukrina adalah Mahasiswi Prodi TBI (Tadris
Bahasa Inggris) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Langsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar