Breaking News
recent

Milenial Dalam Bayang-bayang Karya, Kaya dan Gaya

 

Hasil karya Putri Sapryana (Doc.Istimewa)

Zawiyah News | Serba Serbi - Milenial yang kaya akan gaya, tentu banyak terlihat selama ini. Namun Milenial yanga kaya akan karya, apakah masih ada ?

Kita sebagai anak milenial dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang dibarengi dengan kecanggihan teknologinya. Teknologi yang ada saat ini tentu saja membawa dampak pada perubahan perilaku maupun pola pikir kita sebagai manusia, apakah itu dampak yang positif atau negatif, semuanya dikembalikan kepada diri kita sendiri. Kemajuan teknologi juga mengharuskan kita untuk mengimbanginya dengan tidak terlena namun dapat mengoptimalkan peran fungsinya.

Di usia  muda, saat ini banyak yang melupakan bahwa ia haruslah berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri maupun orang lain guna menciptakan peluang baru atau ya sekedar untuk menyalurkan bakat saja. Salah satu yang dapat dijadikan alternatif memanfaatkan kecanggihan teknologi adalah untuk menyebarkan informasi seputar kegiatan harian kita baik yang sedang bekerja maupun dalam beraktivitas tentunya. Semuanya ini dikembalikan kepada kita sendiri dan mau dibawa kemana itu juga pilihan kita, karena setiap pilihan pasti ada konsekuensi yang mengikut didalamnya.

Sebagai generasi milenial, tentunya saya lebih memilih untuk mengembangkan potensi yang saya miliki dengan mengekspresikannya dalam suatu bentuk karya nyata. Meskipun karya nyata ini telah banyak dilakukan oleh orang lain, tetap saja saya memilihnya sebab ini adalah kemauan dan impian saya sedari kecil. Membuka usaha kecil-kecilan dengan harapan tidak ingin membebani orang tua merupakan cita-cita segelintir anak dan hanya secuil yang mampu mewujudkannya, termasuk didalamnya saya sendiri.

Putri Saprayana, itu lah nama lengkap saya. Saya anak kedua dari 4 bersaudara yang saat ini saya tengah menempuh pendidikan di kampus IAIN Langsa dan sudah mendekati tingkatan akhir. Ditahun 2015 Saya mulai merintis usaha pembuatan kue beraneka ragam bentuk dan ukuran dengan harapan bahwa dengan usaha ini saya dapat mengeksplorasikan keinginan dan kemampuan saya dalam suatu bentuk karya nyata dan tentu menghasilkan pundi-pundi rupiah juga. Lya Cake namanya, usaha rintisan yang bergerak dibidang pembuatan kue untuk berbagai keperluan seperti ulang tahun dan lain sebagainya. Selain membuat kue, saya juga mencoba hal lain yang masih dalam lajur makanan yaitu catering nasi ayam penyet dan nasi tumpeng, tentunya dengan resep kebanggaan keluarga saya.

Ada beberapa macam kue yang biasanya saya buat seperti kue tar, kue kering, berbagai macam bolu hingga donat. Dalam pembuatan kue ini saya dibantu oleh 2 orang karyawan. Beralamatkan di Gampong Alue Dua Kecamatan Langsa Baro, usaha ini perlahan tapi pasti mulai dikenal baik antar tetangga maupun dari luar Gampong. Untuk mendapatkan kue buatan rumahan ini, tentunya dapat memesan melalui kontak WhattsApp saya dan juga akun Instagram pribadi milik saya.

Alhamdulillah usaha ini berjalan, pesanan dari luar Gampong pun terus berdatangan hingga saya pun mencoba membuat promo menarik buat teman-teman dikampus yang dengan tangan terbuka menyambutnya. Banyak pesanan yang saya dapatkan hingga hampir kewalahan memenuhi pesanan tersebut. Salah satu layanan tambahan yang kami berikan adalah layanan delivery yang biasanya saya atau adik saya yang langsung mengantarkannya. Namun apabila pesanan datang dari tempat yang jauh, biasanya saya menggunakan layanan JnT maupun JNE, tentunya akan dikenakan biaya pengantaran.

Melalui teman-teman ini, usaha saya mulai dikenal dan sering mendapatkan pesanan jarak jauh. Untuk harga perporsi nasinya, biasanya kami jual dengan harga Rp. 10.000,- untuk nasi ayam penyet. Namun untuk pesanan khusus seperti misalnya acara maulid Nabi, Isra’ Mi’raj maupun acara keluarga lainnya, perporsi nasinya saya jual dengan harga Rp.15.000,- lengkap dengan air minum mini didalamnya.

Untuk nasi tumpeng sendiri, biasanya saya jual dengan harga Rp. 50.000,- untuk 3 Porsi, Rp. 90.000,- untuk 6 porsi dan Rp. 150.000,- untuk 10 porsinya. Biaya ini tentunya untuk seputaran Kecamatan Langsa Baro saja. Sedangkan untuk kecamatan lain di seputaran kota langsa, akan dikenakan biaya antar mulai dari Rp. 10.000,-. Sedangkan untuk wilayah Aceh Timur dan Aceh Tamiang, besaran biayanya disesuaikan dengan kesepatakan bersama. Hal ini dilakukan untuk menjalin keharmonisan, walaupun jarak memisahkan namun pesanan tetaplah harus diantarkan.

Nah, untuk jenis kuenya seperti kue bolu saya jual dengan harga mulai dari Rp. 25.000,- (tergantung besaran ukuran kue), untuk kue tar-nya sendiri saya jual dengan harga mulai Rp. 35.000,- serta kue tar yang berkarakter saya jual dengan harga mulai dari Rp. 50.000,-. Dan untuk kue yang pesanan khusus sesuai keinginan atau request saya jual dengan harga berkisar pada Rp.50.000,- hingga Rp. 80.000,-. Tentunya semua biaya ini sangat terjangkau bagi masyarakat, terlebih bahan-bahan yang saya gunakan juga terjamin kualitasnya.

Pembuatan kue nya sendiri, saya mengutamakan kehalalan dan kehigienisan dalam proses produksi hingga pengemasan. Untuk alat yang digunakan, sebelum proses pemanggangan kue semua peralatan dibersihkan terlebih dahulu begitu pula setelah proses produksi selesai agar tidak ada yang tersisa.

Untuk pembuatan nasi ayam penyet juga saya menggunakan bahan-bahan berkualitas mulai dari beras, minyak goreng hingga sayuran harus segar. Ayam yang digoreng juga ayam yang saya pilih sendiri dan di proses dalam pengawasan saya agar terhindar dari kesalahan pengolahan. Sebab, menjaga kepercayaan adalah hal yang paling sulit dan mesti teliti. Ini semua saya lakukan untuk menjaga kepercayaan pelanggan dan juga kehalalan produk yang digunakan.

Saat bulan Suci Ramadhan, pesanan kue meningkat dengan tajam. Untuk itu saya menambah karyawan menjadi 5 orang dan telah diberikan job desk masing-masing agar setiap pekerjaan menjadi terselesaikan tepat waktu. Biasanya pesanan kue saat bulan ramadhan datang dari pengurus masjid maupun kelompok masyarakat atau kelompok mahasiswa yang sedang mengadakan kegiatan berbuka bersama atau untuk acara keluarga.

Untuk pesanan nasi ayam penyet saat Bulan Ramadhan juga mengalami peningkatan hingga kami kewalahan. Biasanya, pesanan nasi kotak saat ramadhan berjumlah 100 – 150 box. Pesanan datang dari kelompok mahasiswa yang akan mengadakan berbuka puasa bersama dan kegiatan sosial lainnya. Ini juga bukan hanya dari langsa, melainkan ada dari beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Aceh Timur dan juga Aceh Tamiang. Alhamdulillah, semua pesanan dapat diselesaikan dan diantarkan tepat waktunya, dibantu oleh sang adik dan beberapa orang temannya yang khusus bagian pengantaran.

Milenial dalam bayang-bayang karya, kaya dan gaya ini merupakan refleksi diri saya sendiri. Sebab betapa banyak saat ini para milenial yang hura-hura dan foya-foya dengan kekayaan yang dimiliki orang tuanya, namun lupa bagaimana memanfaatkan kekayaan itu untuk menjadi sebuah karya yang tentunya menjadi gaya tersendiri. Bagi saya, milenial dalam bayang karya, kaya dan gaya ini menggambarkan bahwa diusia muda kita mesti terus berkarya. Jatuh bangun dalam memperbaiki diri itulah hal yang biasa yang memang sudah jalannya. Namun, ketika kita mampu untuk bangkit lagi, disitulah ujiannya terjawab.

Milenial yang kaya bukanlah berarti mewarisi harta kekayaan milik kedua orang tuanya, melainkan kaya dengan hasil karyanya sendiri yang nantinya akan diturunkan pula kepada generasi berikutnya. Bukan mewarisi kekayaan, melainkan mewarisi proses yang mesti dijalani untuk mencapai tujuan dari kekayaan hidup itu sendiri. Bagi saya, milenial yang kaya bukanlah yang memiliki harta berlimpah namun tak tau kemana mau diarahkan. Milenial yang kaya adalah milenial yang bermanfaat bagi sesama walaupun hanya mampu menciptakan lapangan kerja yang lingkupnya kecil, namun itulah salah satu kekayaan yang saat ini jarang dimiliki oleh milenial.

Milenial dengan gaya tentu saja saat ini milenial adalah sasaran dari produk  gaya itu sendiri. Namun, ketika kita menjadi sosok gaya tersebut, dapat dikatakan bahwa kita sedang merubah dunia dengan gaya yang dimiliki, bukan dunia merubah gaya kita sendiri. Milenial dalam bayang karya, kaya dan gaya sejatinya bukan dipandang dari segi keuntungan pribadi semata, namun lebih dari itu adalah untuk dapat bermanfaat bagi sesama serta menjadi berkah jika dilakukan secara bersama-sama.

Milenial dalam bayang karya, kaya dan gaya bukan mesti dari golongan yang berada, melainkan orang biasa yang mampu merubah kehidupannya dan kehidupan orang disekelilingnya. Maka dari itu, jadilah milenial yang berkarya agar menjadi kaya dan tentunya kaya itu jadikan sebagai gaya dalam artian yang positif serta bermanfaat untuk sesama.

Penulis adalah Putri Sapryana, Mahasiswi Prodi MKS, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.