Breaking News
recent

Nasib penjual Gula Merah di Desa Alur Manis yang Terdampak Pandemi Covid-19

 

(Doc.Istimewa)

Zawiyah News |Serba Serbi - Globalisasi merupakan era teknologi yang berkembang, dampak teknologi telah membawa perubahan di berbagai sektoral, khususnya perilaku manusia dalam menerapakan program kewirausahaan. Ketatnya persaingan berdampak terhadap beberapa penjual untuk membuat strategi sehingga dapat mencapai kegiatan pemasaran.Dampak Covid 19, telah berpengaruh terhadap sektor pemasaran. Perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja telah mengalami perubahan, dari konvensional menjadi belanja online. 

Menurut Mangkunegara (2003:22), mendiskripsikan tentang perilaku konsumen adalah tindakan yang dimiliki oleh setiap individu dalam proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan barang maupun jasa yang dipengaruhi lingkungan. Hal tersebut dilakukan dalam upaya mencegah penularan covid 19. 

Maraknya produsen beralih dari konvensional menjadi online adalah salah satu strategi untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi ini. Sedangkan menurut Setiadi (2004:19), menyatakan bahwa sebuah studi mengenai konsumen adalah sebuah pondasi yang penting untuk menerapakan manajemen pemasaran agar dapat menentukan segmen pasar. Adanya pendapat tersebut maka, konsumen merupakan perhatian sebuah pemasaran yang bertujuan untuk mengetahui aspek yang ada pada konsumen sehingga terwujud kebijakan pemasaran.

Dengan adanya pandemi covid19 ini tentunya kebutuhan konsumen terhadap produk – produk yang bisa mencegah dan melindungi diri mereka dari penularan covid19, diantaranya yaitu suplemen vitamin, minuman kesehatan, hand sanitiser dan masker.

Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelaku usaha melihat peluang pasar masker dan hand sanitiser, berdasarkan berita di kompas tanggal 9 April 2020 produsen masker jumlahnya meningkat drastis selama pandemi covid 19 di Indonesia. 

Kementerian Kesehatan mencatat angkanya melonjak hingga 200%. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Farmalkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Engko Sosialine Magdalene menjelaskan sebelum adanya wabah virus Corona, jumlah produsen masker hanya 26. Kini yang sudah mendapatkan izin menjadi 83 produsen. "Perizinan sudah dilakukan dan ini terbukti seperti produsen masker. 

Menkes juga mengungkapkan Di awal tahun hanya 26 produsen. Saat ini sudah berjumlah 83 produsen. Artinya terdapat peningkatan lebih dari 200%, adanya perizinan untuk produsen masker," kata dia dalam rapat kerja gabungan dengan Komisi VI, VII dan IX secara virtual, yang dikutip oleh detik finance.Berpijak pada latar belakang yang ada, maka penelitian ini fokus terhadap penjualan masker dan hand sinitizer. Dengan analisis kritis diharapkan penelitian ini mampu memberikan gambaran terhadap objek yang akan diteliti sehingga akan dijadikan pijakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Yuliana (2020:6) mengungkapkan bahwaCorona Virus Diseaseatau yang biasa disebut Covid-19 adalah suatu penyakit yang terinfeksi dari virus yang saja muncul hingga mengakibatkan 90.308 orang di penjuru dunia terinfeksi . Sejak tanggal 2 – 3-2020, covid 19 ini merupakan penyakit yang dapat menular dari seseorang yang telah terinfeksi yang menjadi penyebabnya yaitu sindrom pernapasan akut corona virus 2atau SARS-CoV-2. Penyakit covid19 ini pertama terjadi dikota Wuhan Negara China pada bulan Desember akhir tahun2019. Sejak itulah mulai menyebar ke negara negara lain di belahan dunia hingga mengakibatkan terjadinya pandemi global.

Gejala awal terinfeksi virus covid19ini adalah mulai timbulnya demam, panas tinggi, batuk, kesulitan bernafas, lemas hingga yang terparah tidak sadarkan diri. WHO menjelaskan bahwa , ketika seseorang menderita/ terinfeksi COVID-19 batuk batuk, bernapas ataupun mengeluarkan cairan dari hidung ataupun mulutnya , maka cairan atupun tetesan yang dikeluarkan tersebut mengandung virus covid19 yang dapat menular ke orang lain jika orang tersebut menyentuh tetesan atau cairan dari orang yang terinfeksi, kemudian seseorang itu memegang mulut, mata ataupun hidungnya, maka dia akan terinfeksi virus covid19, penularnnya melalui proses seperti itu.

Biasanya tetesan itu jatuh di permukaan suatu benda yang berada di dekatnya atau disekelilingnya misalnya terjatuh meja, kursi, peralatan makan, hanphone, komputer serta benda benda lainnya - benda yang lainnya. Jadi apabila sesorang yang terinfeksi virus covid19 berada didekat anda dengan jarak 1meter, maka kemungkinan anda tertular virus covid sangat besar jika, anda dapat tertular dari hembusan nafasnya ataupun tetesan cairan jika dia batuk.

Pandemi Corona memberikan dampak luar biasa terhadap sektor perekonomian. Salah satunya para pedagang gula merah di desa Alur Manis, Aceh Tamiang.

Selama Pandemi virus corona, para pedagang mengaku mengalami penurunan penjualan hingga 80%. Meskipun sudah ada pelonggaran beraktivitas selama pandemic, tak membuat pembelian gula berangsur pulih.

Pedagang gula merah desa Alur Manis, Suharjo (65) mengatakan, pembelian gula merah belum terlihat kenaikan sejak 5 bulan yang lalu. “Penjualan gula merah menurun hingga 80%. Biasanya dalam sebulan gula merah bias laku terjual hingga 50 Kilogram. Kalau sekarang tak tentu, dalam sehari paling banyak 8 Kilogram, saja, “jelas Suharjo, kepada penulis.

Sepinya penjualan gula merah, kata Suharjo, karena pasar utamanya seperti pedagang es dawet, penjual makanan, dan restoran serta langganan masak untuk pesta pernikahan banyak yang belum beroperasi .

Adapun, harga gula merah aren dijualnya seharga Rp18 ribu per kilogram. Sedangkan gula merah kelapa kualitas bagus dihargai Rp20 ribu per kilogram.

Sedikitnya pembeli membuat Suharjo membatasi persediaan gula merah di lapak miliknya. “Kalau dulu paling stok harus punya 35 kilogram gula merah yang di ambil melalui daerah Alur Manis. Sekarang tidak berani stok, menghabiskan persediaan yang ada saja,” ujarnya.

Hal serupa pun dirasakan pedagang gula merah lain. “Belum stabil penjualan, karena permintaan masih sedikit sekali. Dalam sehari paling laku terjual hanya sekitar 4 kilogram saja. Padahal dulu sebelum pandemi, gula merah bisa laku terjual hingga 80 kilogram perbulannya,” pungkasnya.

Penulis adalah Febi Yolanda Morisca, Mahasiswi FEBI Prodi Manajemen Keuangan Syariah IAIN Langsa

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.