Essay- Peran ganda adalah dua peran atau lebih yang di jalankan dalam waktu yang bersamaan, dalam hal ini peran yang dimaksud adalah peran seorang perempuan sebagai istri bagi suaminya, ibu bagi anak-anaknya, perempuan yang memiliki pekerjaan diluar rumah dan perempuan sebagai ibu sekaligus ayah untuk anak-anaknya. Pada dasarnya Al-Quran tidak pernah melarang perempuan untuk bekerja, karena melakukan pekerjaan apapun yang masih termasuk dalam tataran amal shaleh boleh bagi laki-laki maupun perempuan, bahkan dalam Al-Quran Allah menjanjikan keduanya dengan penghidupan yang baik. Seperti salah satu ayat yang menyebutkan bahwa “Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al-Nahl:97).
Di
Desa Dalam tepatnya di dusun damai banyak sekali seorang ibu rumah tangga yang
memiliki peran ganda, bermacam-macam peran ganda yang dimilki oleh ibu-ibu yang
berada disekitaran dusun damai, mulai dari berkebun, buruh rumah tangga,
pedagang dan lain-lain. Seperti yang dilakukan oleh ibu Masinem atau biasa
dikenal dengan nama populernya di desa wak Inem kue yang berumur tidak lagi muda
yakni 60 tahun, siapa yang tidak kenal dengan wak inem seorang penjual kue
legend yang tinggal di gang kerupuk dusun damai Desa Dalam.
Beliau
merupakan salah satu ibu rumah tangga dan seorang janda, suaminya sudah
meninggal 10 tahun yang lalu. Semenjak suaminya meninggal wak Inem lah yang
melanjutkan mencari nafkah untuk anak-anaknya, dan harus menghidupi tiga orang
anak, dari anaknya masih sekolah sampai sekarang sudah ada yang bekerja. beliau
menghidupi anaknya dengan cara bekerja menjadi penjual kue baskom selama kurang
lebih sepuluh tahun, berjalan kaki mengelilingi Desa Dalam dan kadang wak inem
juga berjualan disekitar kantoran yang berada dekat dengan Desa Dalam, jarak
tempuh wak Inem perhari saat bekerja minimal empat kilo meter. Wak inem mempunyai cara yang unik saat
berjualan yakni dengan teriak menggunakan suara yang sedikit keras sambil
mengatakan “kue-Kue” agar menarik simpati pembelinya.
Selain
menjadi seorang ibu dan ayah wak inem juga banyak membantu perekonomian warga
Dusun Damai, dengan cara menampung segala macam jenis kue yang dibuat oleh
ibu-ibu yang berada di lingkungan rumahnya, wak inem hanya mengambil keuntungan
200-300 perbungkus kue, dalam sehari wak inem mampu menghabiskan minimal 100
bungkus kue. Beragam kue tradisional
yang dijual wak inem mulai dari kue dadar, risol, donat, kemplang ubi, kemplang
pulut, mie pecel, dan nasi gurih dan lain-lain.
wak
inem berjualan kue dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang lalu lanjut jualan lagi
dari jam 4 sore sampai jam 6 sore. Waktu istirahat yang hanya beberapa jam itu
digunakannya untuk mengurus segala urusan rumah tangga dan anaknya. Waktu yang
sangat sedikit dia pergunakan dengan sebaik mungkin untuk melakukan segala
aktivitas baik bekerja maupun menjadi seorang ibu dengan tidak menomorduakan
anaknya. Sekarang dua anaknya sudah bekerja dan yang satu masih menjadi
tanggungan wak Inem, Belum terlintas difikirannya untuk menikah lagi karena dia
hanya fokus pada masa depan anak-anaknya, karena untuknya seorang anak yang
sukses lahir dari seorang ibu yang kuat, sungguh perjuangan yang sangat luar
biasa. Selama bertahun-tahun menjadi tulang punggung keluarga dan selama itu
juga menjalankan peran ganda dengan baik sampai anaknya sekarang bisa
mendapatkan pekerjaan dengan bagus, itu semua berkat usaha dan kerja kerasnya
selama bertahun-tahun. Tak ada kebahagiaan seorang ibu selain melihat
anak-anaknya sukses karena hasil kerja kerasnya, tak hanya sukses di dunia
pekerjaan tetapi juga sukses karena akhlak dan sopan santun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar