Breaking News
recent

Petani JerukTerpuruk di Landa Covid 19

Essay- Saat ini, dunia sedang dihadapkan pada sebuah masalah yang menjangkit hingga ke seluruh lapisan dunia, masalah tersebut adalah pandemi covid-19. Pandemi ini disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 atau dapat juga dikenal dengan nama virus corona. Virus ini pertama kali di deteksi di kota Wuhan, Cina pada tanggal 1 Desember 2019 lalu ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020. Virus corona ini dapat berkembang dan menyebar dengan cepat. Pada bulan November 2020, lebih dari 53 juta orang telah dilaporkan terpapar virus corona dari 219 negara di seluruh dunia dan menyebabkan kematian pada lebih dari satu juta orang di seluruh dunia.

Wabah virus corona ini telah mempengaruhi sekaligus menghambat kinerja seluruh sektor, salah satunya adalah dalam bidang pertanian. Pandemi covid-19 ini telah memberikan efek samping yang cukup mendalam bagi petani jeruk di Desa Sekoci. Melihat permasalahan ini, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan kesejahteraan petani selama masa pandemi ini. Pemberian subsidi usaha dan bantuan kepada petani akan sangat dibutuhkan oleh keluarga petani jeruk di Desa Sekoci. Sebagaian besar petani di Desa Sekoci merupakan seorang kepala keluarga di rumahnya. Ketika pekerjaan mereka terhambat karena pengaruh covid-19, maka seluruh anggota keluarganya juga mendapat imbas dari kerugian tersebut. Keadaan ekonomi dan finansial keluarga mereka tentunya akan terganggu.

Pemaparan virus corona ini dapat disebabkan melalui percikan pernapasan seseorang seperti batuk ataupun bersin. Paparan virus ini juga terjadi ketika benda benda ikut terkontaminasi dengan percikan tersebut. Gejala yang ditimbulkan dari paparan virus corona ini dapat berupa demam, flu, batuk, hingga rasa sakit di bagian paru paru. Gelaja yang ditimbulkan oleh paparan virus corona biasanya mirip dengan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit pneumonia berat.

Menurut berita yang dirilis oleh situs oleh Badan Ketahanan Pangan Indonedia, Menteri  Pertanian, yaittu Syahrul Yasin Limpo, menegaskan bahwa pandemi covid-19 yang telah menyerang seluruh wilayah Negara Indonesia saat ini telah memberikan ancaman terhadap krisis ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Pandemi covid-19 memberikan efek yang cukup signifikan terhadap hasil produksi dan juga pendistribusian pangan. Hal ini menyebabkan, aktivitas dalam perkebunan dan pertanian menghambat. Dalam rangka mendukung mempertahankan ketahanan pangan di negara Indonesia, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo juga telah memutuskan untuk meningkatkan anggaran ketahanan pangan dari delapan puluh triliun di tahun 2020 menjadi seratus empat triliun di tahun 2021. Dana tersebut dialokasikan dengan tujuan untuk membantu program ketahhanan pangan serta memulihkan perekonomian negara Indonesia selama masa pandemi covid-19. Terhambatnya aktivitas perkebunan dan perttanian akan menyebabkan krisis ketahanan pangan yang ada di Indonesia meningkat. Dalam rangka untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kementrian Pertanian Negara Indonesia berinisiatif untuk memberikan bantuan kepada para petani perkebunan dan pertanian bberupa sarana produksi pertanian. Sarana produksi pertanian ini diberikan kepada para petani agar dapat tetap berproduksi pada masa pandemi covid-19 ini. Hal ini dilakukan dalam rangka mempertahankan kesejahteraan hidup para petani karena sumber penghasilan petani yang terbesar adalah berasal dari perkebunan dan pertanian. Keberlangsungan kesejahteraan hidup mereka bergantung pada keuntungan dari hasil panen yang dihasilkan.

Pandemi covid-19 ini juga mempengaruhi hasil panen kebun jeruk di Desa Sekoci. Para petani kebun jeruk merasa sangat dirugikan oleh wabah virus corona saat ini.  Salah satu petani kebun jeruk di Desa Sekoci, bapak Zeli menjelaskan, “Hasil penjualan jeruk selama satu tahun ini menurun drastis. Selama masa pandemic covid-19, keuntungan yang diperoleh oleh  petani kebun jeruk berkurang sebanyak lima puluh persen dari keuntungan biasanya. Jika pada masa sebelum ada virus corona, keuntungan yang didapat oleh para petani bisa mencapai hingga lima belas juta dalam sekali panen. Namun setelah muncul pandemi covid-19 ini, keuntungan yang didapat oleh petani jeruk hanya berkisaran sekitar empat juta rupiah saja”, tutur salah satu petani kebun jeruk dari Desa Sekoci itu. Beliau melanjutkan “Dulu, sebelum pandemi covid-19, harga penjualan jeruk peras adalah sebesar lima ribu rupiah per kilogramnya. Namun setelah masa pandemi ini, harga penjualan jeruk peras hanyala berkisar sekitar tiga ribu lima ratus rupiah hingga empat ribu rupiah per kilogramnya. Untuk jeruk masak, harga awal sebelum covid berkisar sekitar delapan ribu rupiah per kilogramnya, sedangkan pada masa pandemi corona ini, harga penjualan jeruk masak ini hanya terjual sebesar enam ribu rupiah per kilogramnya”, sambung bapak Zeli. Masa pandemi covid-19 ini telah memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil penjualan jeruk. Keuntungan yang diperoleh oleh petani kebun jeruk menurun drastic. Biasanya, para petani jeruk menjual hasil panennya ke beberapa wilayah seperti Batam, Aceh, Lampung, Medan, Jakarta, Bandung, Pekan Baru, Hingga ke Wilayah Malaysia.

Selama pandemi covid-19, hasil penjualan dan penghasilan petani kebun jeruk menurun drastis hingga 70 persen. Sebelum masa pandemi ini, harga penjualan jeruk peras biasanya dijual dengan harga lima ribu rupiah per kilogramnya. Ketika masa pandemi ini muncul, harga penjualan jeruk peras menurun menjadi tiga ribu lima ratus rupiah hingga empat ribu rupiah per kilogram. Sedangkan harga jeruk masak sebelum pandemi dibandrol dengan harga delapan ribu rupiah per kilogramnya, dan ketika virus corona mewabah, harga jeruk masak menurun menjadi seharga enam ribu rupiah per kilogramnya. Kerugian yang dialami oleh petani kebun jeruk di Desa Sekoci tergolong tinggi, jika biasanya petani jeruk mendapat keuntungan sebesar lima belas juta rupiah setiap kali panen, maka keuntungan selama masa pandemi ini hanyalah sekitar empat juta rupiah dalam sekali panen.

Dalam rangka mengatasi permasalahan ini, beberapa petani kebun jeruk mencari alternatif lain dalam menangani kerugian penjualan yang dialami selama masa pandemi covid-19. Sebagian dari petani kebun jeruk mulai mencoba untuk menanam tumbuhan lain selain jeruk di kebunnya, seperti kacang panjang, cabai, hingga berbagai macam jenis sayuran lainnya. Hal ini dilakukan dalam rangka menutupi kerugian dari penjualan jeruk selama masa corona. Dengan menanam aneka jenis sayur sayuran dan tumbuhan lain di kebunnya, para petani berharap hal itu dapat menutupi kerugian serta memberikan keuntungan yang lebih baik selama masa pandemi covid-19 ini.

Penulis : Dela Septianda, Mahasiswi IAIN LANGSA, Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan, KPM TEMATIK 2021. 


Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.