Essay- Aceh merupakan tempat pertama masuknya Islam di Indonesia. Aceh juga dikenal dengan kota Serambi Mekkah atau Seuramo Mekkah. Sejalan dengan Namanya “Serambi Mekkah” di negeri Aceh pastinya menjadi pusat penyebaran Agama Islam. Penyebaran Agama Islam ini melalui Lembaga-lembaga Pendidikan baik formal maupun non-formal. Salah satunya Pondok Pesantren atau Dayah yang tersebar hampir di setiap Kabupaten yang ada di Provinsi Aceh termasuk Aceh Tamiang. Aceh Tamiang merupakan daerah Strategis karena berbatasan langsung dengan Sumatera Utara. Namun, mayoritas penduduknya adalah Muslim. Aceh Tamiang sendiri mempunyai beberapa Pondok Pesantren. Satu diantaranya adalah Pondok Pesantren Fajrussalam yang terletak di Desa Menanggini. Bagi Masyarakat setempat, Pondok pesantren ini sangat Legendaris dan Kharismatik. Ditambah lagi dengan Histori dibalik Pembentukan Pondok Pesantren ini yang membuat hati tertegun dengan sosok seorang “baba”. Ya, begitulah sapaan para santri Kepada sosok Luar biasa ini.
Beliau adalah (Alm) Syekh Abdussalam Syah ibn Agam
Al-Asy’ari As-Syafi’i. Beliau juga pernah menjabat di MPU Kabupaten Aceh
Tamiang. (Alm) Syekh Abdussalam Syah adalah Pemuda yang tumbuh dalam beribadah
kepada Allah yang Maha Kuasa dan Agung. Hal ini terlihat jelas, Ketika masa
mudanya beliau benar-benar mempergunakannya dengan totalitas. Laksana Muhammad
Al-Fatih dan Usamah ibn Zaid yang sukses di masa mudanya, Termasuk kedalam
tujuh golongan yang mendapatkan naungan di sisi Allah pada hari kiamat kelak.
Pemuda yang memiliki semangat tinggi dan
kemauan yang luar biasa, begitu juga dengan semangat menuntut ilmu seorang
baba. (Alm) Syekh Abdussalam menetap di Mekkah al-Mukarramah untuk menimba ilmu
lebih kurang sekitar 10 tahun. Yang cukup menarik perhatian, Kabarnya (Alm)
Syekh Abdussalam berangkat ke Mekkah dengan menaiki sebuah Sepeda melalui
Malaysia melewati hutan dan Lautan serta menyinggahi beberapa Negara yakni
Thailand, Burma, Bangladesh, India, Pakistan, Iran, Palestina, Yordania di
Usianya yang dikatakan masih terbilang Remaja.
Setibanya di Mekkah (Alm) Syekh Abdussalam Syah
berguru kepada Syekh Al-Faqih Al-Muarrikh Al-Muhadits Al-Lughawi Al-Adib
Abdullah ibn Sa’id ibn Muhammad Al-Hadrami, Syekh Sayyid Muhammad ibn Alawi
Al-Maliki Al-Idrisi Al-Hasani, Syekh Muhammad Yasin ibn Isa Al-Fadani, Syekh
Abdul Qadir ibn Abdul Mutholib, Syekh Ibrahim bonjol. Singkat cerita, setelah
lama Menuntut ilmu, pada akhirnya Beliau kembali ke Tanah Aceh Tamiang tercinta
untuk mengamalkan dan mentransfer ilmu yang telah beliau dapatkan kepada
Muridnya. Saya membaca di laman akun facebook Ustadz Zakaria (Salah satu murid
dari (Alm) Syekh Abdussalam syah yang menyatakan bahwa Pesan beliau yang paling
membekas di hati ialah ”Lalu leh kemano engko endak, Asal engko jabek Kuek
Tauhid ko Asy’ari dan Mathuridi, Fiqh bermazhab Syafi’I, Tasawuf Junaid
Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali, InsyaAllah kemano peh engko lalu selamek”.
Yang artinya Pergilah kemanapun engkau mau, Asal engkau pegang kuat Tauhid
Asy’ari dan Mathuridi, Fiqh bermazhab Syafi’I, Tasawuf Junaid Al-Baghdadi dan
Imam Ghazali, InsyaAllah kemanapun engkau pergi selamat. Tak hanya itu, Ia juga
termasuk kedalam Ulama yang Mengharamkan Rokok dan Musik serta bersikeras agar
Ulama dan umat tidak menonton TV karena dampak yang ditimbulkan dapat membuat
diri menjadi lalai. Beliau juga merupakan salah satu orang yang menggagas
Perbaikkan Kiblat Masjid di Aceh Tamiang.
Di Pondok Pesantren Fajrussalam ini Pada mulanya (Alm)
Syekh Abdussalam syah hanya mengajar beberapa orang Penghafal Al-Qur’an yang
menetap, Kemudian ada kelas Diniyyah juga. Dan tentunya tidak dipungut biaya
apapun alias gratis. Dalam menjalankan Dakwahnya, baba tak lupa mendidik
anak-anaknya menjadi anak-anak yang cinta akan Agama Allah. Lambat laun seiring
dengan berjalannya waktu, anak-anak baba tumbuh menjadi anak-anak hebat yang
akan meneruskan Perjuangan sang baba. Saat ini Ada Ustadz Dr. Mustafa
Abdussalam Syah, M.Kom.I, Kemudian ada Ustadz Hasan Al-hafidz, Ustadz Fajrun
Al-hafidz dan Ustadz Muhsin, LC. Ustadz-ustadz inilah yang kini meneruskan
dakwah baba.
Pondok Pesantren Fajrussalam berkonsentrasi pada
Tahfidzul Qur’an. Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan Al-Qur’an itu sumber
kebahagiaan. Mulai dari Mengajarkannya, Membacanya, apalagi Menghafalnya.
Menghafal Qur’an adalah kegiatan yang sangat bermanfaat dan berlimpah pahala.
Al-Qur’an memberikan syafa’atnya di Dunia maupun di Akhirat. Dengan Al-Qur’an
semuanya menjadi mudah, Kalam Allah yang telah dihafal akan menjadi “Cahaya
terang” yaitu petunjuk jalan hidup dan Cahaya itu juga yang melindungi para
penghafal Al-Qur’an dari siksa Neraka. Cahaya itu adalah hati yang senantiasa
mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupannya.
“Kami juga belajar Boxing(bela diri), Fiqh, Bahasa
Arab, Kitab Matan taqrib, Kitab Bajuri dan masih banyak lagi” tutur Habib.
Kegiatan santri dimulai pada pukul 04.00 WIB yang
diawali dengan Shalat Tahajjud, Shalat Subuh, dzikir pagi, Lalu belajar Tafsir
Ibnu Natsir, selanjutnya bersih-bersih, kemudian sarapan pada Pukul 08.00 WIB.
Pondok Fajrussalam memiliki Konsep Pondok Tradisional, hal ini dapat terlihat
dari Kebersamaan sesama santri pada saat Khidmat. Misalnya pada waktu makan.
“Ya, di Pondok kami makan dengan menggunakan Talam yang
terbagi menjadi beberapa kelompok. Makan dengan cara seperti ini dapat membuat
kami menjadi lebih dekat.” Ujar Bintang.
Lalu pada Pukul
09.00 WIB Bel dibunyikan pertanda bahwa persiapan untuk kelas Tahfidz akan
segera dimulai. Para santri penghafal Al-Qur’an dapat menyetorkan hafalan yang
telah mereka hafalkan sebelum pukul 11.30 WIB kepada Ustadz penjaga halaqoh
yaitu Ustadz Muhsin, LC. Selanjutnya waktu Istirahat pun tiba, biasanya para
santri memanfaatkannya untuk Qailullah(tidur siang) hingga waktu menjelang
dzuhur. Selepas Shalat Dzuhur dilanjutkan dengan Ta’lim Kitab Fadhilah Amal.
Seusai Ta’lim, Dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an 1 orang 1 jun. Setelah itu
santri berkutat dengan kesibukannya masing-masing hingga tibanya waktu Shalat
Ashar. Dan ba’da Ashar hingga sekitaran pukul 17.30 WIB Para santri menyetor
Hafalan dan Membaca dzikir petang. Lalu pada pukul 18.00 WIB bel kembali
berbunyi menandakan kegiatan di sore hari telah berakhir. Tatkala itu,
santri-santri bersiap-siap untuk melaksanakan shalat Maghrib. Kemudian para
santri bergegas menuju masjid dan selepas Isya mereka merutinkan membaca Surah
Al-Waqi’ah.
Program keseharian santri pun membuahkan hasil. Pondok
Pesantren Fajrussalam berhasil mencetak Santri Berprestasi. Diantaranya Pada
Tahun 2019, Diastin Yuntika berhasil menorehkan prestasi di Ajang Musabaqoh
Hifdzil Qur’an ASEAN cabang 10 juz Al-Qur’an dengan meraih juara 1.
Hingga kini, Darah juang Cinta baba kepada Allah mengalir deras pada cucu baba. Yusuf Putra dari Putri baba juga Menghafal Kalam Allah ‘azza wa jalla. Sang bocah yang mewarisi semangat sang kakek, Pada usia 9 tahun ia mampu menghafal seluruh isi Al-Qur'an. Kini ia juga berhasil mengikuti Audisi Hafidz cilik Indonesia 2021.
Penulis : Dara Apriliana Chan Mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Ilmu dan Keguruan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar