Breaking News
recent

Seberapa Penting Kesetaraan Gender di Masyarakat

Ilustrasi by : Google

“ Laki–laki gak paham beratnya jadi perempuan... ”

“ Perempuan mana paham beratnya jadi laki–laki... ”

Essay - Sepertinya kalimat itu sering terdengar ya...? Apa membandingkan gender sudah menjadi tren? Padahal gak ada gender yang lebih berat asal mau saling melengkapi sehingga membuat kehidupan di masyarakat menjadi seimbang.

Lalu apasih kesetaraan gender itu?

Menurut Wikipedia Kesetaraan Gender dikenal juga sebagai keadilan gender yang bermakna pandangan bahwa semua orang harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan identitas gender mereka yang bersifat kodrati.

Di desa Perdamaian Stabat  Sumatera Utara masih saya jumpai bahwa beberapa kelompok masyarakat menyerahkan tanggung jawab perawatan anak kepada perempuan dan laki–laki bertugas mencari nafkah dengan bekerja diluar rumah. Itulah yang terjadi yang bukan hanya di desa saya bahkan diwilayah lain. Pembedaan peran ini sering kali membuat laki-laki dan perempuan kurang memenuhi potensi dirinya.

Perempuan biasanya dianggap lemah dan terbebani dengan pekerjaan baik dalam kegiatan produktif maupun reproduksi. Padahal jika kesetaraan sudah terlaksana didalam keluarga dan masyarakat pasti akan tercipta rasa saling menghargai yang nantinya akan menghasilkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua anggota keluarga dan masyarakat.

Perbedaan peran gender ini pun terjadi pada anak-anak dilingkungan keluarga. Biasanya anak laki-laki dituntut membantu orang tuanya hanya pada pekerjaan tertentu saja, bahkan biasanya orang tua memberikan kebebasan untuk bermain. Sedangkan anak perempuan lebih dituntut untuk membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, membersihkan rumah, menyetrika dan pekerjaan rumah lainnya. Dari sini kita tahu bahwa membedakan peran gender sudah tertanam sejak dini. Padahal mengurus anak, bekerja, mengerjakan pekerjaan rumah merupakan peran yang bisa dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan, dengan demikian mereka bisa saling bertukar tempat tanpa menyalahi kodrat dan menjadikan kehidupan yang seimbang. Sehingga pekerjaan-pekerjaan tersebut bisa disebut sebagai peran gender. Ketika peran gender sudah dianggap bisa berubah dan bisa disesuaikan dengan kondisi seseorang, maka tidak akan ada lagi pandangan aneh jika seorang suami mengerjakan pekerjaan rumah, atau istri bekerja diluar rumah.

Bagaaimana kesetaraan gender dalam pandangan Islam?

Dalam Islam sendiri laki-laki dan perempuan memiliki kedudukan dan hak yang adil. Dalam surah Al- Hujurat ayat 13

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣

 

Yang berarti : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa manusia dimata Allah SWT adalah sama dan setara. Allah SWT tidak membenarkan jika adanya saling merendahkan satu dengan lainnya, karena yang membedakan hanya ketakwaan sesseorang. Allah SWT juga melarang segala bentuk tindakan kebencian kepada sesama manusia baik antar suku, agama, ras, gender dan lainnya.

Setara itu tidak benar-benar samadengan (=), setara itu adil, setara itu tidak menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Seperti misalnya, tentang memberikan seragam sekolah pada anak laki-laki dan anak perempuan. Seragam sekolah anak laki-laki menggunakan bawahan celana dan anak perempuan menggunakan bawahan rok, ini yang dinamakan setara.

Kesetaraan gender dalam pernikahan pula biasanya suami dan istri membuat prinsip bagaimana cara mereka mengasuh anak, bagaimana agar rumah tangga tidak keluar dari ajaran agama. Suami maupun istri tidak boleh menentukan sendiri, harus disepakati bersama, inilah kesetaraan. Istri boleh bekerja bukan berarti seaminya tidak cukup atau tidak menafkahinya. Bisa jadi hanya untuk mengembangkan bakat dan minatnya atau karna ingin membantu perekonomian rumah tangga, tentunya harus dengan izin suaminya. Istri juga bisa bekerja dirumah loh, tidak harus keluar rumah dan tentunya tidak boleh melupakan kewajiban sebagai seorang istri dan ibu.

Laki-laki maupun perempuan adalah hamba Allah yang mempunyai kewajiban yang setara sebagai seorang hamba, sama-sama berkewajiban menunaikan sholat, menutup aurat, menundukkan pandangan dan ibadah lainnya dan memiliki peluang yang setara untuk memasuki surga Allah SWT.

Ketidaksetaraan gender yang sering kita lihat dan sangat miris adalah kekerasan seksual. Saat dimana perempuan dianggap lemah, tak berdaia, dan tidak dihormati. Sering sekali rasanya mata ini melihat dah bahkan saya pernah merasakan dimana ada beberapa orang laki-laki mengganggu perempuan yang melintas dihadapan mereka dengan kalimat “hey cantik, mau kemana? Biar abang antar”, “kemana malam minggu? Open?” dan kalimat–kalimat lainnya.

Kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimanapun. Bisa saja terjadi dalam keluarga, sosial, dan ranah pribadi. Hubungan pacaran misalnya, pelaku menggunakan bujuk rayu seperti menjanjikan pernikahan sehingga dia mengatasnamakan ingin menikahinya bisa semaunya melakukan apa saja dan meminta lebih dari pasangannya dengan tujuan layanan seksual yang dapat dinikmati sepihak yang pada akhirnya perempuan itu tak kunjung dinikahi.

Lalu kekerasan sesksual lainnya ada pemerkosaan dan percobaan pemerkosan. Bentuk pemerkosaan bukan hanya dengan hubungan badan antara laki-laki dan perempuan, tetapi dengan berbagai bentuk pemaksaan hubungan seksual lainnya. Kemudian ada pelecehan seksual yang tindakannya bisa berupa fisik maupun non fisik yang diarahkan ke alat seksualitas perempuan dengan tujuan merendahkan perempuan. Dan banyak lagi bentuk kekerasan seksual lainnya yang bahkan terjadi di media sosial.

Kalau sudah begini salah siapa? Salah perempuan yang berpakaian terbuka, atau salah laki-laki yang tak menjaga pandangan? Salah penonton yang tidak bijak memilih tayangan, atau salah tayangannya yang menggunakan konten apa saja demi cari keuntungan?

Disituasi seperti ini perempuan yang biasanya disalahkan, sudah menjadi korban disalahkan pula. Mereka bilang karna cara berpakaian, bajunya kependekan, bajunya kurang bahan, bakai baju yang memancing dan berbagai alasan lainnya. Perempuan disuruh menutup aurat agar tak diperkosa, lalu laki-laki menutup apa agar tak memerkosa? Padahal faktanya korban pemerkosaan ada juga yang benar-benar menutup aurat dan tak menggunakan pakaian ketat, perempuan lansia, dan bahkan anak Sekolah Dasar.

Mereka bilang perempuan menikmati pelecehan, padahal pelecehan dan kekerasan seksual merupakan pengalaman yang mengerikan bagi mereka. Katanya perempuan yang menggunakan pakaian terbuka artinya meminta dilecehkan, padahal tidak satupun orang baik laki-laki maupun perempuan meminta dan boleh dilecehkan. Korban kekerasan seksual biasanya tidak mempunyai keberanian untuk mengadukan apa yang dialaminya. Jika kita mengetahui adanya tindakan dan korban  kekerasan seksual, jangan pernah berfikir korban yang salah sebaiknya berikan bantuan yang dibutuhkan.

Kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan tetapi juga pada laki-laki. Marilah saling bersolidaritas, baik bersama, jaga pakaian bersama, jaga hubungan bersama, jaga pikiran bersama, juga jaga pandangan bersama. Mari bangun kesetaraan gender dan ajarkan cara memperlakukan perempuan sejak dini.

Kami perempuan ingin dihormati karena kami manusia yang punya pikiran, martabat, dan nilai. Kami tidak ingin dihornati hanya karna kami dianggap kaum lemah yang harus dikasihani. Hormati kami karena kami layak dihormati, sebagaimana kami menghormatimu.

Penulis : Rizky Fajar Kinanti Mahasiswa Pendidikan Matematika

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.