Breaking News
recent

Wisata Kuliner Sebagai Wadah Kemandirian Ekonomi Bagi Generasi Milenial

Essay - Saat ini, kata-kata tentang generasi milenial sudah sanat sering terdengar. Istilah ini awalnya diciptakan oleh dua pakar sejarah sekaligus penulis dari wilayah Amerika, yaitu William Strauss dan Neil Howe. Generasi milenial, atau biasanya dapat juga disebut sebagai generasi Y merupakan generasi yang diberikan untuk mereka yang lahir pada tahun 1980 hingga tahun 2000. Generasi millennial merupakan generasi yang akan mengikuti gaya hidup dan juga teknologi. Mereka yang lahir di generasi ini cenderung lebih suka menghabiskan waktu di perangkat mobile mereka dan tak dapat lepas dari pengaruh internet. Kaum milenial terlahir saat dimana teknologi canggih mulai di perkenalkan di publik. Mereka memiliki karakeristik yang berbeda berdasarkan wilayah dan kondisi sosial ekonomi mereka. Generasi milenial dapat ditandai dengan peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. 

Generasi milenial sangat mengandalkan teknologi untuk mendapatkan informasi, terutama di media sosial sebagai platform berita utama. Sehingga, generasi milenial tak dapat lepas dari dunia maya. Sebagai generasi milenial, para pemuda ikut andil dalam membantu meningkatkan perekonomian negeri. Hal terkecil yang dapat dilakukan oleh para generasi milenial untuk mewuudkan hal tersebut adalah mematangkan diri mereka terlebih dahulu melalui kemandirian ekonomi. Jika mereka belum mampu mematangkan kemandirian ekonomi mereka, maka hampir mustahil untuk mereka membantu meningkatkan perekonomian bangsa. Karena, hal besar akan terwujud dari hal kecil yang berasal dari diri kita sendiri.

Salah satu cara yang dapat dilakukan bagi anak bangsa dalam mematangkan perekonomian mereka adalah dengan melalui kegiatan wisausaha dalam bidang kuliner. Kuliner adalah hasil masakan yang dapat berupa lauk pauk, snack, ataupun minuman. Kuliner dapat berupa makanan yang mewah ataupun sederhana. Saat ini, tren menikmati wisata kuliner biasanya dilakukan sambil menikmati suasana jalan-jalan, liburan, ataupun mengunggah foto-foto kuliner yang unik ke media sosialnya.

Seperti yang kita ketahui saat ini, kuliner memiliki peran yang penting dan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam hidup kita di masa sekarang. Saat ini, banyak anak muda yang memanfaatkan kuliner untuk memenuhi keinginan perutnya, gaya, lifestyle, podcast, fotografi, ataupun kebutuhan di media sosialnya. Ketertarikan orang orang terhadap kuliner yang unik dan memiliki estetika dapat dimanfaatkan oleh para generasi milenial untuk membuka suatu peluang. Para generasi milenial saat ini harus mampu menganalisa apa yang diinginkan masyarakat dan publik di bidang kuliner untuk dapat meraih peluang tersebut. Ide dan inovasi yang baik sekaligus pengembangannya dapat membantu meraih peluang tersebut.

Di kota Langsa saat ini, para anak anak muda sekaligus generasi milenial sudah mencoba untuk menjadikan kuliner sebagai wadah dalam meningkatkan kemandirian ekonomi mereka. Di kota ini, kita dapat menemukan berbagai macam kuliner unik dan nikmat di seputaran Lapangan Merdeka Kota Langsa yang sesuai dengan selera perut dan mata kita. Saat ini, kita dapat menemukan berbbagai macam kuliner seperti martabak Bangka, aneka gorengan, burger, roti bakar, bakso, nasi goreng, mie, ice cream, jus buah, pop ice, es kelapa muda, hingga empek empek Palembang. Kuliner dan jajanan tersebut dijual dengan harga yang relatif murah namun dengan rasa yang tak kalah hebatnya dengan rasa kuliner yang tersedia di retoran besar ataupun restoran fastfood. Hal ini membuat wisata kuliner diseputaran Lapangan Merdeka Kota Langsa cenderung sangat diminati oleh para generasi milenial di Kota Langsa. 

Kuliner dapat dijadikan sebagai wadah dalam meningkatkan kemandirian ekonomi bagi generasi milenial Kota Langsa. Jika banyak pihak yang lebih mengutamakan untuk berwirausaha, mereka akan lebih mandiri secara ekonomi dan tidak perlu bergantung untuk mencari lowongan kerja lain. Hal ini dikarenakan, saat ini sangat sulit untuk menemukan pekerjaan. Tingginya angka para pencari kerja tak sebanding dengan lowongan kerja yang tesedia. Jika banyak para pencari kerja yang tak dapat menemukan pekerjaannya, maka semakin tinggi pula angka pengangguran di Kota Langsa sehingga, tingkat kemiskinan di Kota Langsa akan meningkat pula.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, jumlah penduduk miskin di tanah rencong itu bertambah 19 ribu orang pada bulan September 2020 lalu. Sehingga, jumlah penduduk miskin di Aceh berjumlah 15,43% dari total seluruh penduduk. Hal ini menyebabkan Aceh menjadi provinsi dengan jumlah penduduk miskin paling banyak di Sumatera. Di daerah perkotaan, presentasi penduduk miskin di Aceh naik sebesar 0,47 poin atau 9,84 persen menjadi 10,31 persen. Sedangkan di daerah pedesaan Aceh naik 0,50 poin atau dari 17,46 persen menjadi 17,96 persen.

Menjadi provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Pulau Sumatera merupakan suatu hal yang sangat disayangkan. Padahal, daerah Aceh merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alamnya. Walaupun daerah Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah, optimalisasi dari sumber daya alam tersebut cenderung masih sangat rendah. Selain itu, sulitnya menemukan lowongan pekerjaan bagi para pemuda di Aceh menyebabkan semakin meningkat pula jumlah pengangguran yang ada di Provinsi Aceh. Saat ini, jumlah pencari kerja jauh lebih banyak daripada jumlah lowongan kerja yang tersedia. Jika jumlah pengangguran meningkat, maka jumlah kemiskinan di Aceh juga pasti akan meningkat pula. Hal ini di karenakan, pengangguran tidak akan mampu mematangkan perekonomian mereka ataupun membantu meningkatkan ekonomi keluarganya.

Karena hal inilah, para generasi milenial dapat membantu meringankan tugas pemerintah dalam mengurangi jumlah kemiskinan di Kota Langsa dengan cara yang paling sederhana, yaitu mematangkan kemandirian ekonomi mereka sendiri terlebih dahulu melalui kewirausahaan di bidang kuliner. Ketika usaha tersebut sudah maju dan perekonomian mereka sendiri sudah matang, maka mereka dapat memperbesar usaha mereka dan mencari karyawan yang dapat membantu usaha mereka. Dengan begitu, si pengusaha yang merupakan generasi milenial dapat memberi pekerjaan bagi mereka yang belum memiliki pekerjaan. Sehingga generasi milenial dapat menjadi kontributor dalam membangun negeri bumi pertiwi ini dengan cara memberikan pekerjaan dan membantu mengurangi jumlah pengangguran di Kota Langsa. Karena hal yang besar, dapat dimulai dari hal kecil melalui diri kita sendiri.

Penulis : Vira Julia Molida dan Husnul Nisa Mahasiswi Prodi EKS dan Mahasiswi Prodi PIAUD IAIN Langsa. 

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.