Breaking News
recent

MENDULANG EMAS HITAM MELALUI BUDIDAYA CACING AFRICAN NIGHT CRAWLE (ANC)

Zawiyahnews | Essay - Bagi sebagian orang, cacing merupakan hewan menjijikkan, hal ini karena bentuknya yang membuat geli  dan hidupnya di dalam tanah.Seperti yang banyak diketahui  cacing sangat baik dalam menyuburkan tanah, dan bagi yang hobi memancing  tentunya juga sering menggunakan cacing sebagai umpan untuk ikan. Tidak hanya itu ternyata  cacing tanah juga memiliki dampak baik untuk kesehatan tubuh manusia

Namun bagi Suwali, petani yang tinggal di desa Seuneubok Aceh Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh Tamiang, cacing memiliki potensi ekonomi yang  dapat dikembangkan.

Jenis cacing yang dibudidayakan oleh lek Suwali, begitu ia biasa disapa oleh penduduk setempat , bukanlah jenis cacing biasa. Suwali melakukan budidaya jenis cacing ANC atau African Night Crawler yang  berukuran dua kali lebih besar dari cacing tanah biasa.

Awal mula ia berbisnis cacing adalah karena terinspirasi dari facebook dan juga pernah melihat langsung tempat budidaya cacing jenis ANC ini di stabat sehingga membuat pria paruh baya ini tertarik untuk membudidayakannya. Selain  itu  juga pemasaran dari cacing ini memiliki nilai harga yang tinggi yaitu Rp 60.000 bahkan sampai Rp 100.000 perkilogram nya.

“Tidak perlu khawatir dengan pemasaran cacing afrika ini karena jika sudah waktunya panen tinggal hubungi agen dari Stabat yang menampungnya maka langsung datang ke lokasi untuk mengambilnya sehingga kita tidak perlu repot memikirkan harus untuk siapa di pasarkan dan juga mempermudah saya ”ungkap suwali.

Suwali merintis budidaya cacing ANC ini baru – baru saja, sejak awal bulan Oktober   2021, pria yang merupakan pendatang di kampong seuneubok aceh ini sejak tahun 90 an  mulai menggeluti bisnis ini  baru sekitar tiga bulan dengan alasan memilih budidaya cacing ANC  karena perawatannya yang tidak rumit  seperti budidaya lele dan juga modal yang di keluarkan untuk bibit hanya sekali beli saja sedangkan pembibitannya seterusnya tidak perlu untuk dibeli lagi sebab cacing yang sudah dewasa akan bertelur setiap 2-3 minggu sekali, jika sudah berumur 21 hari maka telur cacing tersebut akan menetas, sehingga induk dewasa akan di pindahkan ke kotak  lain  sebelum menetas dan telur cacing tersebut akan di biarkan di kotak  hingga menetas tanpa induknya,

Alasan induk cacing di pindahkan dari telur nya adalah karena jika telur- telur tersebut sudah menetas maka bayi –bayi cacing akan menempel pada induknya sehingga susah untuk di pindahkan jika sudah menetas.

Suwali menambahkan bahwa budidaya cacing ANC hanya membutuhkan bibit pada permulaan nya saja, sangat menghemat tempat, dari segi makanan pun lebih mudah dan lebih murah. Dan juga bisa kerjakan dengan sambilan

Mengenai perawatan serta media tempat tinggal cacing ini Lek Suwali menggunakan kompos jamur tirom yang di tuangakan ke kotak persegi yang sudah di persiapkan. Dan  mengenai pakan yang diberikan oleh lek suwali adalah ampas tahu yang di campur dengan molase. Molase adalah tetes tebu yang berwarna kecoklatan seperti warna mocca yang berguna untuk vitamin bagi cacing.

Ampas tahu yang dicampur dengan molase akan diberikan kepada cacing sebagai pakan satu hari sekali tepatnya  pada setiap sore saja, dengan cara menabur nya pada setiap wadah tempat tinggal cacing ANC tersebut.

Cacing juga akan diberikan vitamin yaitu dengan cara memberikan MA dan gula merah yang di rebus  lalu akan di siram  ke wadah tempat tinggal cacing yang dilakukan empat hari sekali, dengan maksud supaya tanah tetap lembab dan cacing pun akan sehat.

Untuk tempat tinggal cacing ini juga harus diberikan penerangan lampu karena jika gelap maka cacing tersebut akan naik ke permukaan tanah  dan menggeliat keluar dari wadah tempat tinggalnya, dan dikhawatirkan jika keluar dari wadah dan terjatuh ke tanah yang keras maka akan mati .

Walaupun usia budidaya cacing milik Lek suwali masih terhitung muda tetapi sudah bnyak mengundang pengunjung datang ke lokasi budidaya tersebut salah satu nya adalah jurnalis TVRI yang mengujungi langsung ke lokasi dan di damping oleh Kepala Desa  ( Pak Datok ) Seuneubok Aceh pada awal bulan Oktober 2020,  dan pastinya sudah pernah masuk tv siaran TVRI.

Tidak hanya itu saja bahkan anggota Dewan Dapil 4 juga ikut terjun langsung ke lapangan untuk melihat budidaya cacing ANC ini, dan tentunya mereka juga ikut tertarik dan berencana untuk membudidayakan nya juga yang akan di budidaya di Tenggulun tepatnya.

“Untuk daerah aceh ini adalah budidaya cacing afrika yang pertama ada dan masih bnyak yang belum mengetahuinya ungkap Suwali, tapiuntuk saat ini sudah ada dua teman saya yang membudidayakannya tepatnya berada di desa Matang Seping Tambahnya ”

Cacing Afrika ini bisa di panen ketika sudah berumur 4 bulan, dan menurut lek suwali cacing afrika yang di budidayakannya akan di panen pada awal bulan januari 2022 dan itu adalah panen pertama kalinya, di perkirakan akan mencapai ratusan kilo, di karenakan induknya semua akan di panen krena sudah bnayak bertelur dan bibit yang dihasilkan juga sudah banyak sehinnga tidak perlu khawatir dengan pembibitan selanjutnya.

Selain dari cacing ANC yang dapat menghasilkan uang ternyata media tempat tinggal cacing tersebut juga dapat di jadikan omzet, kompos jamur tiromyang dijadikan sebagai media tempat tinggal cacing akan diganti dengan yang baru jika sudah memenuhi empat kali panen, kemudian media tempat tinggal cacing ini akan dijual ke petani untuk dijadikan pupuk organik seharga Rp 50.000 perkarungnya.

Manfaat yang dihasilkan dari cacing ANC ini adalah bisa di gunakan sebagai obat terutama penyakit organ dalam selain itu juga Untuk pengkomposan (vermicomposting) atau lebih dikenal lagi dengan istilah pupuk kascing (Bekas Cacing) para petani memanfaatkan kotorannya untuk pemupukan dengan sistem kompos. jumlah makanan yang dimakan cacing afrika ini banyak, maka banyak pula mengeluarkan kotoran untuk diolah menjadi pupuk kompos. untuk menggemburkan tanah dan membuat pori-pori didalam tanah sehingga dapat mengembalikan kembali kesuburan tanah.

Penulis: Wardani Mahasiswi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Isalam (KPI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwan (FUAD) IAIN Langsa

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.