Zawiyahnews | Essay - Berbicara mengenai literasi dimasyarakat Indonesia rasanya masih terdengar asing, apalagi literasi hanya disandingkan dengan membaca buku. Dalam perkembangannya literasi selalu berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Pada masa jauh sebelum era melineal arti kata literasi adalah “melek huruf” atau dapat membaca berita dan menulis, sedangkan sekarang arti kata literasi adalah kemampuan untuk memahami, melibatkan, menggunakan, menganalisis dan mengubah atau memodifikasi teks.
Anak generasi saat ini pola pikirnya berbeda dengan generasi zaman dahulu, dimana dengan adanya kemajuan teknologi, anak semakin terbiasa untuk mengolah pikirannya. Pikirannya semakin berkembang, tetapi kelemahan generasi saat ini tidak bisa membiasakan untuk berliterasi. Sepertinya, untuk anak saat ini membaca adalah hal yang sulit dilakukan terutama membaca buku pelajaran, apalagi dalam kegiatan menulis tidak banyak yang melakukannya. Namun literasi tidak hanya sekedar kemampuan membaca dan menulis, tetapi literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikir kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar.
Pada
hakikatnya, membaca merupakan gudang ilmu atau jendela dunia. Karena dengan
banyak membaca, kita dapat mengetahui banyak hal yang tidak kita ketahui
sebelumnya. Semakin kita rajin membaca, maka dapat dipastikan kita akan semakin
banyak tahu dan banyak bisa. Ini artinya, jika seseorang memiliki banyak
pengetahuan, maka pengetahuan itu secara tidak sadar akan membantu dirinya
dalam melakukan banyak hal yang sebelumnya bahkan belum dikuasai. Pengaruh
rendahnya minat baca atau literasi yang terjadi di Indonesia ini juga
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu belum ada kebiasaan membaca sejak dini
dan fasilitas pendidikan yang masih minim.
Salah
satu tantangan di era digital ini adalah menumbuhkan minat baca masyarakat.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, bahwa
budaya membaca dan literasi masyarakat Indonesia tertinggal empat tahun
dibandingkan dengan negara maju. Membaca dan menulis merupakan kedua hal yang
saling bertautan sehingga tidak dapat dipisahkan. Artinya jika seseorang
membaca buku, maka pasti ada tulisan. Sebaliknya tulisan tidak akan bermakna
apa-apa jika tidak ada yang membacanya. Untuk meningkatkan minat baca
masyarakat, maka harus disiapkan berbagai sarana pendukung seperti buku bacaan,
majalah, akses internet, dan lain-lain.
Generasi
muda lebih memilih untuk bermain dengan gadget, nongrong berjam-jam, dan lebih
memilih untuk menghabiskan uang mereka untuk liburan dari pada menabung yang
bertujuan untuk berinvestasi. Mereka menganggap bahwa membaca itu biasa-biasa
saja, tidak ada gaya tarik di dalamnya terutama bagi generasi milineal. Apabila
kita sebagai generasi muda memiliki literasi yang rendah maka banyak dampak
yang akan kita alami, karena tingkat literasi rendah dapat mengakibatkan
kehilangan atau penurunan produktivitas, tingginya beban biaya kesehatan,
kehilangan proses pendidikan baik pada individu maupun pada tingkat sosial dan
terbatasnya advokasi akibat rendahnya partisipasi sosial dan politik
Oleh
karena itu, memperkenalkan literasi pada masyarakat Indonesia adalah salah satu
cara yang cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat
khususnya generasi muda. Membuat konten yang mendidik, memotivasi, menghibur
maupun hanya menyalurkan hobi dapat membuat milineal memiliki aktivitas yang
bermanfaat dan dapat menjadikan literasi sebagai budaya yang akan tetap terjaga
dan dilestarikan. Sebagai generasi penerus bangsa kaum muda harus bisa berkarya dengan
kemampuan dan kreativitas yang kita miliki agar tidak ketinggalan dengan Negara
berkembang lainnya, dan kita harus menjadi pelopor penggerak kaum muda untuk
berkreativitas dengan menjadikan literasi sebagai budaya.
Literasi menjadi salah satu hal penting bagi generasi milineal yang lahir di era teknologi, karena dengan adanya pendidikan literasi yang baik, generasi muda tidak terlena akan kemudahan teknologi dan memiliki daya pikir kritis. Langkah awal untuk mengenalkan dan membiasakan kembali literasi bagi generasi milineal dapat dilakukan dengan cara memilih topik bacaan yang digemari, menyesuaikan media literasi sesuai dengan kebutuhan zaman karena saat ini generasi muda enggan memegang buku dan gemar menggunakan telepon genggam serta berselancar di dunia maya. Sehingga agar literasi dapat menarik perhatian dapat melalui media lain seperti e-book, website, aplikasi, jurnal ataupun melalui berbagai media lain yang menunjang kegiatan literasi.
Naiknya minat literasi dapat membentuk generasi milineal yang cerdas, berdaya pikir kritis dan sebagai agen penangkal hoaks. Dengan pengenalan dan penggalakan literasi bagi generasi muda, dapat mengurangi tersebarnya berita hoax di masyarakat.
Dari
hasil wawancara dengan salah satu mahasiswa IAIN Langsa yang bernama Suriyanti
ia mengatakan bahwa “generasi milineal sekarang ini lebih terbiasa menggunakan
teknologi dalam kehidupan sehari-hari dari pada menulis dan membaca buku,
membuat para anak-anak bangsa menjadi kurang etika, kurangnya kreatifitas,
kurangnya wawasan dan keilmuan. Maka dari itu budaya literasi ini sangatlah
penting untuk kita terutama bagi para generasi penerus bangsa yang akan
bersaing lebih ketat di tahun-tahun yang akan datang”.
Hal
yang perlu diingat bahwa “buku adalah jendela dunia”, sudah tidak asing
ditelinga kita dan tentu ini menjadi inpirasi dan motivasi bagi seluruh lapisan
masyarakat. Mengapa demikian? Karena
lewat buku, kita dapat memperoleh banyak informasi dan pengetahuan yang dapat
menuntun kita menuju pada kehidupan yang lebih baik. Generasi muda harus siap
membangun bangsanya melalui keterampilan yang tercipta yaitu dengan cara
penguatan literasi.
Penulis: Nur Zaimah Mahasiswi Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar