(Docs.Ilustrasi Google) |
Zawiyah News | Opini -
Generasi milenial digunakan untuk menyebutkan generasi Y, yaitu kelompok
generasi muda berdasarkan usia dilahirkan sebelum generasi Z. Ini menunjukkan
bahwa generasi ini merupakan generasi peralihan dari generasi sebelumnya yang
dikenal dengan generasi X, yaitu generasi tua yang telah berusia empat puluh
tahun ke atas. Sesuai dengan kelompok usianya generasi milenial lahir di tengah
perkembangan arus teknologi informasi dan komunikasi modern sehingga pola
komunkasinya banyak memanfaatkan jaringan intenet khususnya media-media sosial
yang berkembang saat ini. Pengaruh komunikasi dalam jaringan ini sangat
berpengaruh terhadap pandangan mereka terhadap kehidupan sosial dan
ligkungannya yang cenderung lebih terbuka dan perhatiannya terhadap perubahan
kehidupan sosial, ekonomi dan politik lebih bersifat reaktif.
Berdasarkan identifikasi atau pengelompokan penduduk
berdasarkan usia, generasi milenial merupakan generasi muda yang berumur antara
19 sampai 40 tahun. Dengan kata lain generasi ini sangat dipengaruhi oleh arus
perkembangan kemajuan teknologi saat ini. Oleh karena itu, generasi ini sangat
berbeda generasi sebelumnya yang lebih banyak melakoni aktivitas yang bersifat
manual melalui kontak sosial secara lagsung. Generasi milennial ini merupakan
generasi tumbuh di tengah kemajuan teknologi terkini, oleh sebab itu mereka
lebih mengenal berbagai informasi dan seluk beluk kehidupan dunia luar.
Generasi ini diperkirakan pada tahun 2020 menempati sebagian besar dunia kerja,
bahkan diantara mereka sudah menduduki kememimpinan di tengah-tengah masyarakat.
Dalam mengamati penjelasan tersebut, generasi milenial merupakan generasi berusia produktif dan paling potensial untuk memajukan bangsa dan memegang estapet kepemimpinan serta penentu arah dalam pelestarian budaya bangsa ke depan. Ini artinya jika generasi milenial kehilangan arah dalam mempertahankan budaya warisan leluhur, dapat dipastikan suatu masyarakat akan kehilangan identitas asli sebagai bangsa Indonesia. Dalam hal ini, generasi X maupun generasi milenial awal harus mewariskan budaya dan sejarah bangsa kepada generasi milenial sebagai pemegang estapet penerus bangsa.
Salah satu aset bangsa dalam menjaga dan melestarikan budaya
warisan bangsa Indonesia di setiap daerah ialah melalui museum. Dimana museum
merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti sejarah perkembangan
masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial
atau kebudayaan.
Museum Gedung Balai Juang yang ada di Kota Langsa sebagai
salah satu warisan budaya yang sebelumnya bangunan ini bernama Het Kantoorgebouw Der Atjehsche
Handel-Maatschappij Te Langsar. Memiliki banyak nilain sejarah bahkan
dulunya punya peristiwa bersejarah dimana digedung ini pernah dicetaknya sebuah
bon kontan yaitu mata uang Indonesia sebagai alat tukar. Gedung Balai Juang
hingga saat ini menurut penilaian sebagian pengunjung masih belum terawat
dengan baik, baik dari sisi fisik koleksi material maupun dari sisi pelayanan
yang masih terbatas. Menurut Kepala Seksi Cagar Budaya dan Museum Dinas
Pendidikan dan Kebuadayaan (Disdikbud) Kota langsa, museum ini baru diresmikan
dan terbuka untuk umum pada 22 Januari 2019 yang lalu.
Meski baru dibuka, maka sudah selayaknya museum ini dijadikan tujuan masyarakat Kota Langsa secara umum dan terutamanya untuk kaum milenial dalam mengunjungi dan menjadikannya sebagai puasat kajian sejarah. Karena kelompok masyarakat yang dinilai paling potensial dalam pemanfaatan dan pelestarian museum Gedung Balai Juang ini adalah kalangan generasi milenial, sebab baik sisi usia dan maupun alasan pekerjaan saat ini mayoritas sudah diisi oleh generasi ini, sehingga tanpa keterlibatan generasi milenial, regenerasi kebudayaan dan identitas yang terkandung dari Museum Gedung Balai Juang akan terancam kehilangan identitas lokal untuk generasi berikutnya.
Dalam perjalanan sejarah, generasi muda (saat ini disebut generasi milenial) yang menjadi tombak dalam mengisi kemajuan zaman. Respon terhadap kemajuan zaman generasi muda seyogyanya berfikir untuk memajukan bangsa termasuk kemajuan kebudayaan sebagai warisan sejarah. Benda-benda museum merupakan hasil cipta, rasa karsa sebagai perwujudan budaya warisan leluhur. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh generasi muda dalam melestarikan budaya leluhur, salah satunya dengan ikut andil pelestarian museum sebagai lembaga yang mengoleksi budaya masyarakat pada masa lalu maupun saat ini.
Proses perubahan cara pandang mengenai benda museum ini dapat
dilakukan secara efektif dengan pendekatan modernisasi melalui dunia pendidikan
dan kegiatan yang sesuai dengan kegemaran generasi milenial. Tanpa keterlibatan
generasi milenial, keberlangsungan dalam pelestarian budaya dan nilai-nlai
kearifan lokal sebagai warisan leluhur di Kota Langsa akan terputus dan tidak
dapat diwariskan kepada generasi setelahnya. Oleh sebab itu generasi milenial
harus menjadi pelaku utama dalam mewariskan nilai-nilai kearifan yang terkandung
dalam pelestarian museum Gedung Balai Juang yang ada di Kota Langsa.
Museum Sebagai
Identitas Daerah
Usaha menuju pembentukan identitas kebudayaan pada suatu
museum harus diawali dengan menumbuhkan kesadaran dan tanggung jawab bersama
bahwa museum merupakan lembaga yang mengambil peran dalam pendidikan untuk
menguatkan dan mencerminkan corak identitas masyarakat. Identitas yang dimaksud
tentunya harus dapat terkomunikasikan kepada para pengunjung atau masyarakat,
karena salah satu fungsi museum adalah berkewajiban mempromosikan dan
mensosialisasikan kepada masyarakat luas, baik semata- mata melakukan fungsi
komunikasi melalui sebauah pameran maupun komunikasi untuk tujuan edukasi.
Identitas dianggap sebagai pembeda karakter individu atau masyarakat dengan individu atau masyarakat lainnya. Oleh sebab itu identitas suatu daerah merupakan representasi budaya masyarakat yang bersangkutan, sehingga politik identitas berkaitan erat dengan kehidupan manusia sebagai makhluk individu maupun manusia sebagai makhluk sosial yang bersifat majemuk.
Diskursus museum sebagai identitas daerah merupakan
pembahasan yang menarik untuk diangkat dalam kajian ilmiah, sebab selama ini
museum oleh sebagian masyarakat diidentikkan sebagai tempat penyimpanan
barang-barang kuno yang dianggap usang dan tidak begitu penting oleh sebagian
kalangan, bahkan sebagian masyarakat berpandangan bahwa museum hanya dibutuh
oleh para pelajar dan mahasiswa sebagai tempat studi di lapangan. Anggapan
seperti ini membentuk streotipe di tengah-tengah masyarakat bahwa museum bukan
bagian penting dari kebudayaan lokal yang ada. Sebagian besar masyarakat
akhirnya lebih senang berkunjung dan berekreasi ke mall-mall atau tempat wisata
yang tidak bernilai sejarah lainnya.
Generasi Milenial Sebagai
Penentu Arah Masa Depan Museum
Pembahasan generasi milenial sebagai arah penentu arah masa
depan museum bukan bermaksud untuk mengabaikan generasi pra-milenial atau
generasi X, melainkan didasari oleh suatu fakta bahwa generasi milenial sebagai
pelanjut kebudayaan berdasarkan faktor usia dan produktifitas . Dengan melihat
kembali definisi generasi sebagai sekelompok individu yang dipengaruhi oleh
kejadian- kejadian bersejarah dan fenomena budaya yang terjadi dan dialami pada
fase kehidupan mereka Lebih dari mengokohkan bahwa generasi milenial sebagai
sekelompok generasi yang dipengaruhi kebudayaan modern dalam bidang kemajuan
sistem informasi dan komunikasi. Sehingga selain generasi ini sebagai pemegang
tongkat estapet peralihan kebudayaan dari generasi sebelumnya, kalangan
milenial juga sebagai generasi yang saling terhubung lewat daring.
Generari milenial sebagai penerus sebuah kebudayaan, maka masa depan museum di Kota Langsa sangat ditentukan oleh generasi ini. Museum harus melakukan inovasi-inovasi baru sesuai dengan arah perkembangan zaman, teknologi dan kecenderungan generasi berikutnya. Oleh sebab itu muncul wacana-wacana dalam pengembangan museum masa depan berbeda jauh dengan pola pengembangan sebelumnya. Karena ke depan museum diharapkan tidak hanya menjalani fungsi- fungsi lama, melain harus mendekat kepada arus publik dari generasi yang dominan atau apa yang disebut dengan pangsa pasar. Konsep pengembangan museum model ini kenal dengan istilah new museum.
Untuk mewujudkan masa depan museum di Kota Langsa sebagai new museum yang digerakkan oleh generasi
milenial maka sangat penting adanya gerakan sadar museum yang dilakukan secara
masif dan terus menerus keruang publik yang melibatkan generasi milenial.
Selain itu pengelola museum juga di harapkan terus menerus melakukan penambahan
koleksi benda-benda materilal maupun non material dari kebudayaan masayarakat,
oleh sebab itu selain pengembangan museum yang sudah ada, juga dibutuhkan
penambahan museum baru yang dapat menjadi representasi masyarakat Kota Langsa.
Karena dengan cara inilah museum di Kota Langsa ke depan diharapkan betul-betul
dapat terwujud menjadi identitas kota yang menyimpan dan menceritakan kehidupan
Kota Langsa.
Penulis adalah Raju Syahputra, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Prodi Bimbingan dan Konseling Islam.
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.