Breaking News
recent

POTRET BUDAYA TAHFIDZ AL-QUR'AN DI DAYAH TAHFIDZ SYUHADA KARANG BARU ACEH TAMIANG

Zawiyahnews | Menghafal Al-Qur’an dianggap suatu hal yang sangat mustahil bagi orang yang mengatakan bahwa Ia sibuk, sehingga seolah ada pembenaran untuk tidak menghafal Al-Qur’an. Bahkan masih didapati pula orang yang mengatakan bahwa Ia tidak mempunyai waktu sama sekali untuk sekedar membaca bahkan menghafalkan Al-Qur’an.Tradisi menghafal Al-Qur’an merupakan bagian dalam diri umat Islam. Sebuah tradisi yang dilandasi oleh keimanan terhadap Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup utama. Sejak zaman Nabi Muhammad Saw hingga masa sekarang, lahir para penghafal Al-Qur’an yang sering disebut al-huffazh (jamak dari al-hafizh).

Al-Qur’an telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bermacam cara, misalnya dengan ditulis, dibaca, dan dihafal setiap saat. Karena kecintaan dari generasi ke generasi Muslim, Al-Qur’an dapat terjaga kemurniannya hingga saat ini hingga telah mewariskan berbagai metode dan cara menghafal Al-Qur’an, seperti dipraktikan oleh beberapa madrasah dan lembaga tahfizhul Qur’an lainnya dibanyak negara Islam, terrmasuk pada  di Dayah Tahfidz Syuhada  Karang Baru Aceh Tamiang. 

Tradisi menghafal (tahfîz) al-Qur’an dalam menghidupkan atau menghadirkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari hari dengan cara mengkhatamkannya, yang bisa ditemukan di  Dayah Tahfidz Syuhada  Karang Baru Aceh Tamiang, Dayah Tahfidz Syuhada  Karang Baru Aceh Tamiang merupakan lembaga keagaman sebagai suatu subkultural, lahir dan berkembang seiring dengan langkah kebutuhan masyarakat Islam akan pengajaran agama Islam, khususnya di kabupaten Aceh Tamiang. 

Di antara pola pendidikan yang identik dengan pengajaran keagamaan dinamakan dengan “dayah Tahfiz”. Dayah  ini bertujuan membimbing santri menghafal al-Qur’an serta mendalami ilmu-ilmunya, memiliki moralitas dan akhlaq Qur’ani dan sekaligus diharapkan dapat mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur’an dalam kehidupannya. Seorang santri dengan kecerdasan yang cukup, rata-rata dapat menghafal al-Qur’an antara 2 s/d 4 tahun. Biasanya, santri yang telah diperbolehkan ikut menghafal adalah adalah para santri yang telah selesai mengaji al-Qur’an dan dapat membaca al Qur’an dengan fasih. Selain itu juga haruslah mereka memiliki niatan kuat untuk menghafalkan dan mendalami al-Qur’an serta mau mengabdikan dirinya untuk al-Qur’an (menjaga hafalan).

Jadwal pelaksanaan pengkajian al-Qur’an ( setoran hafalan dan tadarrusan wajib) Jadwal pengkajian al-Qur’an pada dayah Tahfidz Syuhada  ini terbagi menjadi dua bagian, karena dalam pondok pesantren tersebut terdapat dua tipe penghafal alQur‟an, yaitu bagi yang bersekolah dan tidak bersekolah. (1) Ba‟da maghrib untuk tadarrus wajib, (2) Ba‟da isya‟ untuk setoran wajib. Untuk para Khuffadz yang tidak bersekolah mempunyai jadwal yang berbeda dengan yang bersekolah yaitu: (1) Pagi pukul. 09.00-10.30 adalah waktu untuk setoran dan tadarrus wajib, (2) Siang pukul 13.30-14.30 adalah waktu untuk setoran wajib (3) Petang ba‟da maghrib adalah waktu untuk tadarrus wajib.

 Bagi para penghafal setiap hari Jum‟at setelah ro‟an massal (piket bersama) diwajibkan tadarrus sebanyak 1 juz bagi setiap individu penghafal al-Qur‟an baik yang sekolah ataupun tidak sekolah, tadarrus itu betempat di aula Dayah Tahfidz Syuhada dengan menggunakan microfone yang disima‟ oleh teman-teman yang lain. Adapun waktu libur bagi santri yang bersekolah adalah hari Jum‟at, sedangkan waktu libur bagi yang tidak sekolah adalah malam Selasa dan malam Kamis.

Para santri memahami ayat al-Qur’an sebagai suatu pesan atau amanah bahwa alQur’an harus dijaga dan dihafalkan, jadi memberikan motivasi yang mendalam dan juga tanggung jawab yang besar pada diri sanrti tahfidz. Mengenai bagaimana cara mereka menghafal, ternyata sangat variatif sesuai dengan kemampuan atau kecerdasan masing-masing individu. 

Menghafal Al-Qur‟an memerlukan jiwa yang bersih termasuk niat dan tekad yang suci, karena hafal lafadz-lafadz Al-Qur‟an bukanlah tujuan satu-satunya, menghafal pun bukan hanya berbicara mengenai kecerdasan intelektual saja, namun juga tentang bagaimana ia bisa menggunakan kecerdasan emosional maupun kecerdasan spiritual dengan baik

Menghafal Al-Qur‟an dapat memperbaiki aktifitas ibadah penghafalnya, karena hakikatnya Al-Qur‟an dapat menerangi hati. ”Rasa tenang akan selalu menemani orang yang membaca Al-Qur‟an”. Ketika seorang hafidz dihadapkan dengan suatu masalah maka ia tidak akan mengeluh dan menyalahkan orang lain karena di dalam hati dan jiwa nya telah ada penawar. Pembetukan pribadi para penghafal Al-Qur‟an ini tentu tidak lepas dari adanya pengaruh pendidikan agama, dalam hal ini pendidikan Al-Qur‟an yang diterapkan dalam dirinya. Seseorang yang menghafal Al-Qur‟an diharapkan tidak hanya mahir menghafal Al-Qur‟an saja melainkan berkepribadian akhlak karimah. Kepribadian serta akhlak tersebut merupakan cara pengelolaan kecerdasan spiritual yang di dapat nya melalui menghafal Al Qur‟an.


Penulis: Riska Rangkuti (3012018053),  Mahasiswi IAIN Langsa, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam


Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.