Breaking News
recent

HASIL DIBALIK PENGUSAHA TEMPE

Zawiyahnews | - Desa Jambo Labu desa yang subur dikelilingi hutan yang masih terjaga dengan baik. Luas desa Jambo Labu mencapai 7100 Ha, didalam desa isi terdapat kebun karet, kebun sawit, kebun pinang,kebun jeruk kebun pisang,kebun coklat,kebun cabai, kebun sayur dan persawahan.Untuk sampai ke desa ini harus melawati jalan yang mendaki dan berkelok, karena desa ini termasuk desa yang berada di dataran tinggi Kabupaten Aceh Timur, Aceh. 

Kebun karet yang berada didesa Jambo Labu merupakan milik pribadi masyarakat desa Jambo Labu dan sekitarnya. Mereka pergi setiap hari ke kebun karet untuk menyadap pohon karet satu persatu, cara penyadapannya yaitu mengiris dari bagian kiri atas dan dari kanan ke bawah dengan membentuk jalur aliran lateks dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Mereka mengutip karet setiap 1 minggu sekali dan menjual ke pengepul karet.

Salah satu dari warga Jambo Lambu memiliki usaha rumah yaitu usaha pembuatan tempe, yang berada di dusun Suka Makmur. Ibu Dini adalah salah satu pemilik usaha rumahan pembuatan tempe, usaha yang sudah dirintis lebih dari 5 tahun, usaha pembuatan tempe ini dikelola oleh keluarga sendiri. Dalam pembuatan tempe, Ibu Dini membeli kacang kedelai sebanyak 50 Kg dalam 3 hari, Setiap pembuatan nya dalam sehari Ibu Dini  menghabiskan 13 Kg kacang kedelai, dan penghasilan mencapai Rp. 350.000 perhari.

Tempe merupakan bahan pangan yang terbuat dari kacang kedelai dan bahan tambahan lainnya seperti ragi dan garam. Tempe dapat di jadikan sebagai lauk makanan atau sebagai cemilan. Dalam penyimpanan nya lebih baik tempe ini benar-benar disimpan ditempat yang terhindar dari matahari, tetapi ketika disimpan harus disusun dan di letakan pada tempat yang harus ada udara , agar tidak terpapar matahari. Ini yang membuat ketahanan tempe lebih lama, untuk ketahanan tempe dapat bertahan kurang lebih 3 hari setelah tempe jadi. 

Bahan yang diperlukan Ibu Dini ialah kacang kedelai kuning, air, garam, ragi, daun pisang dan kertas bungkus. Untuk mendapatkan daun pisang tersebut Ibu Dini harus membeli kepada pemilik kebun pisang, dan untuk bahan kertas bungkus Ibu Dini membeli dipasar, bisa jadi juga ada orang yang mengantar kertas bungkus tersebut.

Dalam menjalankan usahanya Ibu Dini tidak mengalami kendala apapun karena bahan yang diperlukan untuk pembuatan tempe tidak terlalu banyak. Hanya saja bahan baku yang digunakan untuk pembuatan tempe relatif naik, Ibu Dini mengatakan, “ Jika harga tempe dinaikan tidak mungkin bisa, terpaksa harus takaran isi dalam setiap bungkus nya dikurangkan”. Ibu Dini tidak hanyak menjual dirumah saja akan tetap Ibu Dini menitipkan usaha nya diwarung-warung, untuk harga jual ketika dititipkan diwarung-warung seharga Rp. 400 perbungkus dan warung dapat menjual dengan harga Rp. 500 per bungkus. Dalam setiap penitipan tempe Ibu Dini menitipkan 50 bungkus tempe, dalam 1 hari penitipan tempe diwarung selalu habis. Pemasaran tempe tidak hanya dititipkan diwarung-warung setempat akan tetapi ketika ada pesanan mereka juga menerima pesanan tersebut.

Dari hasil pendapatan penjualan tempe Ibu Dini dapat menyekolahkan anak-anak nya, salah satu nya hingga menjadi sarjana. 


Penulis: Dinda Ayu Andini, Mahasiswa Prodi Perbankan Syariah IAIN Langsa Semester Ganjil 2021, Termin II

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.