Breaking News
recent

STRATEGI PEMERINTAH ACEH DALAM MENJAGA PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN DITENGAH PANDEMI COVID-19

Zawiyahnews | Pandemi virus Corona (Covid jadi momok yang paling ditakuti di seluruh dunia, ­19) kini masih mentak terkecuali Aceh. Penyebaran wabah yang sangat cepat bukan hanya berdampak pada dunia kesehatan, namun sektor­sektor lain seperti pariwisata, perdagangan, dan pertanian. Khusus untuk sektor pertanian terutama menyangkut dengan upaya pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat, dibutuhkan kerja keras dari semua stakeholder terkait agar dapat tersedia. Sama seperti daerah lain di Indonesia, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) juga terus melakukan berbagai upaya agar produksi komoditas pangan tetap terjaga. Penjagaan tersebut diprioritaskan pada padi (beras), bawang merah, dan cabai merah. Distanbun Aceh memetakan masalah ketiga jenis komoditas yang paling banyak dibutuhkan masyarakat ini dan kemudian dicarikan solusinya. Sehingga, ketersediaan tetap ada meski di masa pandemi seperti sekarang.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organi tion of the United Nations (FAO) memperingatkan bahwa dunia dalam ancam krisis pangan global. Rantai pasokan pangan dunia terancam karena kebijakan negara­negara dalam menekan penyebaran virus Corona, seperti pemberlakuan karantina wilayah (lockdown), pembatasan sosial, dan larangan perjalanan. Peringatan FAO itu disampaikan melalui Global Report on Food Crisis yang dikeluarkan April 2020 lalu.

Kebijakan masing­masing negara dalam mencegah penyebaran Covid­19 turut berimplikasi pada kebijakan pangan maupun kemampuan produksi mereka. Negara­negara yang memiliki ketergantungan impor pangan dan pengelolaan pangan buruk akan terdampak berat dalam situasi saat ini.

Dalam banyak krisis ekonomi dan sosial, ternyata sektor pertanian dalam pengertian yang sangat luas menjadi sektor penyangga ekonomi dan andalan kehidupan masyarakat. Krisis yang disebabkan pandemi Covid­19, menjadi alat konfirmasi betapa pentingnya sektor pertanian di Indonesia. Sejauh ini, sektor pertanian tetap berjalan baik, menyerap lapangan kerja yang cukup banyak, menghindari masyarakat dari kekurangan pangan dan banyak peran lainnya yang dimainkan sektor pertanian.

Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, menyebutkan, untuk beras, permasalahan yang dihadapi antara lain, areal swah yang dapat diairi hanya 124.085 hektare (Ha) dari luas baku sawah Aceh 213.997 Ha, terjadinya alih fungsi lahan rata­rata 1.300 Ha per tahun dan dampak pembangunan jalan tol seluas 5.000 Ha, mengalirnya gabah Aceh ke Sumatera Utara (Sumut) akibat tidak cukup tersedianya gudang, dryer (pengering gabah) dan modal pembelian gabah oleh kilang padi, serta pupuk bersubsidi masih sulit diperoleh tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat sasaran. Adapun upaya yang dilakukan pihaknya, sebut Nova, menyalurkan benih padi gratis untuk petani untuk lahan seluas 71.393 Ha yang bersumber dari APBN seluas 49.100 Ha, APBA seluas 14.700 Ha, dan cadangan beras daerah (CBD) seluas 7.200 Ha.

Di Aceh sendiri, semua sub­sektor pertanian nyaris tidak ada gangguan yang berarti baik dari segi proses pengolahan lahan, dukungan sarana produksi dan penyerapan pasar produksi pertanian. Sehingga di daerah pedesaaan, tidak begitu terasa krisis ekonomi. Kehidupan sepertinya berjalan normal. Oleh sebab itu, melihat begitu besarnya peran sektor pertanian terhadap kehidupan masyarakat dan menjadi salah satu sektor penyangga ekonomi dalam berbagai krisis, maka pihak pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Aceh, akan terus mengembangkan sektor pertanian secara lebih baik.

Hal yang perlu kita syukuri, ketahanan pangan Indonesia terus meningkat sehingga kita dalam posisi yang baik dalam menghadapi peperangan melawan Covid­19 ini. Laporan FAO dan diikuti beberapa lembaga dunia menjelaskan bahwa jutaan manusia di dunia dan banyak negara sangat tergantung ketahanan pangannya dari perdagangan internasional. Perlu diminimalisir dampak dari pandemi ini bagi negara­negara tersebut. Dari beberapa laporan yang dikeluarkan lembaga dunia ini, Indonesia bukan termasuk negara yang disoroti akan mengalami krisis pangan.

Ke depan, kita berharap, sektor pertanian bukan sekadar penyangga terhadap krisis dan andalan ekonomi daerah dan nasional dalam menyerap lapangan kerja, tetapi sektor pertanian juga kita harapkan berperan sebagai penyumbang terbesar tumbuhnya sektor industri. Kolaborasi dua sektor ini menjadikan ekonomi Aceh dan nasional menjadi cukup kuat. Kita mampu menghemat devisa dengan mengurangi impor bahan pangan dan bahan baku untuk industri yang berasal dari produk pertanian. Kita juga mampu menciptakan nilai tambah dari proses pengolahan produk­produk pertanian. Bahkan, produk­produk pertanian yang telah diolah dan memiliki standar yang baik bisa kita ekspor ke banyak negara di dunia.

Di Aceh luas panen padi pada 2020 sebesar 317,87 ribu hektar, mengalami kenaikan sebanyak 7,86 ribu hektar atau 2,53 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 310,01 ribu hektar. Produksi padi pada 2020 sebesar 1,76 juta ton gabah kering giling (GKG), mengalami kenaikan sebanyak 42,88 ribu ton atau 2,50 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 1,71 juta ton GKG. Jika dilihat menurut subround, terjadi peningkatan produksi padi pada subround Januari-April dan September-Desember 2020, yaitu masing-masing sebesar 1,44 ribu ton GKG (0,18 persen) dan 91,71 ribu ton GKG (18,17 persen) dibandingkan 2019. Penurunan hanya terjadi pada subround Mei-Agustus, yakni sebesar 50,28 ribu ton GKG (12,24 persen).

Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 sebesar 1,01 juta ton, mengalami kenaikan sebanyak 24,58 ribu ton atau 2,50 persen dibandingkan 2019 yang sebesar 982,57 ribu ton. Potensi produksi padi pada subround Januari-April 2021 diperkirakan sebesar 790,43 ribu ton GKG, mengalami penurunan sebanyak 9,72 ribu ton atau 1,21 persen dibandingkan subround yang sama pada 2020 yang sebesar 800,15 ribu ton GKG.

Semua proses ini akan memberikan dampak yang sangat besar bagi ekonomi dan kehidupan sebagian besar masyarakat kita. Kita mengambil hikmah, pandemi Covid­19

menumbuhkan kesadaran kita, bahwa sektor pertanian begitu penting dan begitu besar perannya dalam membantu masyarakat. Saatnya pulalah kita menjadikan sektor pertanian menjadi andalan ekspor atau sumber devisa. Produk pertanian yang kita ekspor adalah yang telah mengalami proses pengolahan menjadi produk industri. Produk industri pertanian (agro industri) bukan hanya tahan lama, tetapi juga memiliki harga yang lebih stabil dan yang penting menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi serta membuka lapangan kerja yang lebih banyak.

Pandemi Covid­19 memang menyusahkan kita semua. Tapi, sekaligus juga membangun kesadaran dan kreativitas untuk tumbuh menjadi lebih baik, lebih efisien dan tentu saja lebih mensejahterakan rakyat Indonesia.

Penulis: Yuliana, Mahasiswa Jurusan KPI Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Langsa.


Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.