Breaking News
recent

Kuliner Cemilan Industri Rumahan Membantu UMKM di Desa Alue Dua Bakaran Batee

Zawiyah News | Langsa-Tempe di konsumsi hampir setiap hari oleh masyarakat karena tempe merupakan makanan yang murah dan meriah. Karena harganya yang murah maka tempe banyak di jumpai dalam setiap berbagai olahan masakan baik tradisional dan modern. Tempe kaya akan serat pangan,kalsium,vitamin B dan zat besi.

Kini tempe bisa diolah menjadi aneka cemilan yang gurih dan renyah. Salah satunya keripik tempe hasil produksi Ibu dedek (46 tahun),  ibu rumah tangga asal Desa Alue Dua Bakaran Batee, Kecamatan Langsa Baro, Pemko Langsa, Aceh. 

Usaha kuliner Keripik tempe yang dimiliki oleh Bu dedek ini sudah dirintis cukup lama yaitu awal tahun 2017 lalu hingga sekarang. Tak disangka sebelumnya, bisnis yang ia rintis hanya berawal dari coba-coba itu. Kini sudah mampu menghasilkan jutaan rupiah setiap bulannya. Dengan Berbekal ilmu yang ia peroleh dari Youtube, Bu dedek mulai melakukan percobaan berulang-ulang kali.

Awalnya keripik tempe "QIA-QIA" Buatan Bu dedek, beliau menawarkan hasil produk penjualannya di sebuah toko-toko grosir didesa alue dua bakaran batee. Dengan harga awal pertama dijual yaitu Rp 5.000/pcs. Dengan seiring waktu, bu dedek mencoba menjual produksi usaha kulinernya ke salah satu toko roti yang berada di langsa dengan harga dijual Rp. 13.000/Pcs. Kini Usaha kuliner Bu dedek sudah berkembang dan diproduksikan di Kota Langsa dan luar Kota yaitu Aceh Tamiang, dan Peurlak (Aceh Timur) yang dibantu oleh suaminya. Produk Keripik Tempe "Qia-Qia"  Bisa Kita jumpai di toko-toko grosir, warung bakso, minimarket, toko buah, dan toko roti. Dengan beragam ukuran dari harga Rp. 5.000,- sampai dengan Rp. 17.000/Pcs. 

Keripik tempe Qia-Qia produksi Bu dedek memiliki rasa yang enak, renyah, gurih, dan makanan yang mengandung kandungan protein yang tinggi dan menyehatkan. Dengan cita rasa yang lezat tanpa bahan pengawet dan pewarna makanan. 

Menurut Bu dedek, proses pembuatan keripik tempe sendiri tidaklah singkat. Mulai dari merebus kedelai mentah difermentasikan, dicuci hingga bersih, dipotong dengan manual menggunakan pisau hingga tipis, digoreng hingga akhirnya dikemas. Seluruh proses tersebut dapat memakan waktu dua hari.

   

                            

“Jadi proses pembuatan untuk keripik tempe ini 2 hari, bukan hanya sehari,” ujarnya.

Untuk memenuhi permintaan pasar yang kian banyak, dalam seminggu, ia mampu memproduksi sebanyak 20 kilogram keripik tempe. Menghabiskan bahan baku kedelai sebanyak 2 ½ kilogram, tepung kanji 5 kilogram dan minyak makan 10 Kilogram. Dalam seminggu bisa memproduksi 20 kilogram. Artinya omzet Bu dedek dalam seminggu bisa menembus Rp. 2,5 juta dan dalam sebulan mencapai jutaan rupiah.

Ada 2 karyawan dan anak-anak beserta suami Bu dedek yang setiap waktu membantu Bu dedek memproduksi keripik tempe di rumahnya.

 


Didalam dapur rumah Bu dedek, mereka terlihat sangat cekatan, dari mulai pembuatan tempe difermentasikan kemudian setelah itu mengiris tempe dengan manual menggunakan pisau, menggoreng, hingga mengemas kedalam plastik dan kardus-kardus besar untuk dikirim ke Kota Langsa, Aceh Tamiang, dan peurlak (Aceh Timur) oleh suami Bu dedek.   

                                                             

Dalam hal ini, Bu dedek mengaku bahwa kendala serta tantangan yang dihadapi dalam menjalankan usaha ini tidaklah sedikit. Salah satu hal yang kerap menjadi tantangan adalah harga dari bahan pokok yaitu kacang kedelai dan minyak makan. Sebagai bahan dasar dari tempe diolah menjadi keripik tempe, kenaikan harga kacang kedelai dan juga minyak makan untuk proses pengorengan keripik tempe turut meningkat biaya operasional. Hal ini pun sangat berimbas pada Bu dedek dan pebisnis usaha kuliner lainnya. 




Artikel : Oleh Intan Amalia (KKNT - Kinerja Sosial) NIM 1052018009 Mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Langsa, 2022.

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.