Breaking News
recent

Mahasiswa Febi Work Camp Jilid II Ikut Serta Dalam Pembuatan Anyaman Tikar di Desa Batu Bedulang Guna Meningkatkan Kreativitas dan UMKM Desa

Ditulis Oleh : Desi Nadila, Rio Yolanda, Rifqi Fadlullah, Sri fajar

Mahasiswa  IAIN Langsa

Zawiyah News | Desa Batu Bedulang Kecamatan Bandar Pusaka, Kabupaten Aceh Tamiang memiliki banyak tanaman pandan berduri, baik yang tumbuh secara liar maupun sengaja ditanam. Warga sekitar memanfaatkan pandan berduri yang diginakan untuk membuat anyamaan  tikar dan bentuk kerajinan lainya yang memiliki nilai jual yang tinggi.

         Pada kesempatan kali ini, Mahasiswa dan Mahasiswi IAIN Langsa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sedang menjalankan Febi Work Camp Jilid II  di Desa  Batu Bedulang. Dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu proker (program kerja) yaitu meningkatkan UMKM  warga  Desa Batu Bedulang .

“Hal ini memicu perhatian kami sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) untuk turun langsung membantu proses dalam pembuatan tikar anyaman pandan berduri dan melihat proses pembuatan anyaman tikar pandan berduri yang baik dan benar serta dapat memajukan UMKM warga Desa Batu Bedulang, kecamatan Bandar Pusaka, kabupaten Aceh Tamiang.

Ditambah lagi, Warga setempat sangat ramah dan antusias menyambut kami serta mengajarkan kami dalam pembuatan tikar anyaman pandan berduri dengan baik dan benar. Sehingga kegiatan ini dapat  menjadi pengetahuan dan menambah wawasan bagi kami.

Sebagian besar warga sekitar sangat mahir membuat tikar pandan khususnya dikalangan ibu rumah tangga. Pembuatan tikar pandan itu dilakukan sendiri, mulai dari mengambil daun pandan, memisahkan durinya, sampai proses anyamanya.

Salah satu pengrajin yang masih menekuni anyaman tikar tradisional di desa Batu Bedulang  yakni ibu qamariah atau sering dikenal warga setempat dengan sebutan mak pian. Duduk di teras rumah, tangan ibu qamariah nampak cekatan menganyam helai demi helai daun pandan yang telah dikeringkan.

Ia mengaku sudah menggeluti anyaman tikar daun pandan ini sejak duduk di bangku sekolah Menengah Pertama. Ujar buk qamariah, pembuatan tikar tradisional merupakan pekerjaan sampingan tatkala tidak ada kesibukan .

Biasanya ia mengerjakan anyaman daun pandan saat siang, atau sore hari setelah mengurus pekerjaan rumah tangga. Dengan pengalaman selama puluhan tahun, ibu qamariah bisa menyelesaikan satu lembar anyaman tikar tradisional dalam waktu dua sampai tiga hari.

          "Kalau sehari biasanya bisa menyelesaikan satu hingga dua lembar tikar tergantung tingkat kesulitannya, semakin besar tikarnya maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menganyam”  ucapnya saat ditemui, Sabtu 29 Oktober 2022. Harga daun pandan per seratus lembarnya yaitu Rp20.000. dan untuk membuat satu tikar ini membutuhkan 80 lembar daun pandan duri. Dan untuk ukuran besar membutukan 250 lembar daun duri. 

Untuk membuat anyaman tikar ini kita membutuhkan alat dan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut : Bahan baku nya yaitu Daun Pandan berduri dan Pewarna Pakaian. Untuk alat yang digunakan seperti pisau atau parang, penjepit dari bambu, dan gunting atau cutter.

Langkah-langkah dalam membuat anyaman dari daun pandan ini yaitu dengan memotong bagian pada pangkal daun pandan duri menggunakan pisau atau parang. Pandan duri ini adalah sejenis pandan liar yang banyak tumbuh di hutan-hutan. Sesuai dengan namanya, pandan ini memiliki duri-duri pada sisinya, oleh karena itu berhati-hati pada saat memotongnya. 

Setelah daun pandan duri terkumpul, bersihkan dan buang durinya menggunakan pisau. Kemudian belah menjadi dua atau empat bagian, tergantung selera. Jemur daun pandan tersebut sampai kering. Adapun proses penjemuran dau pandan duri ini umumnya 2-4 hari. 

Kemudian daun pandan yang telah kering diluruskan dan dilembutkan dengan cara dijepit menggunakan penjepit dari bambu kemudian daun ditarik dari pangkal sampa ujungnya. Cara lain dapat juga dengan menggesekannya pada bilah kayu. 

Selanjutnya jika ingin dilakukan pewarnarnaan, maka daun tersebut dicelupkan  pada pewarna yang telah dilarutkan dalam air dan dipanaskan (direbus). Setelah pewarnaan, daun pandan duri dikeringkan lagi sebelum dianyam. Selanjutnya, anyam daun menjadi tikar sesuai dengan teknik dan pola anyaman yang dikuasai.

Harga anyaman tikar ini bervariasi antara puluhan hingga ratusan ribu rupiah tergantung tingkat kesulitan dari anyaman dan teknik pewarnaan yang dilakukan. Untuk  tikar tanpa pewarna ukuran 1 seta (1 meter) nya yaitu sebesar Rp50.000. dan untuk tikar berwarna ukuran 1 seta (1 meter) yaitu Rp100.000. Anyaman tikar ini biasanya digunakan untuk seserahan ataupun hantaran pernikahan dan juga oleh-oleh khas gayo.

Selain membuat anyaman tikar ibu qamariah  juga membuat anyaman lain seperti tempat beras atau orang gayo menyebutnya dengan tape. Tape atau tempat beras ini mampu menampung empat hingga lima mug beras.  untuk harga tape ini mulai dari dari Rp20.000 hingga Rp50.000.

Walaupun proses menganyam tergolong membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama, ibu qamariah mengatakan, kendala dalam pembuatan tikar tradisional ini adalah cuaca dan pewarna yang semakin sulit didapat lantaran pewarna ini sudah langka dikawasan Desa Batu Bedulang Tersebut. Sedangkan bahan baku berupa daun pandan duri, tidak menjadi persoalan. Mengingat daun pandan sangat mudah ditemui dan daun pandan duri ini juga ada yang menanam khusus untuk menganyam di sekitaran kawasan desa batu bedulang.

Sayangnya produksi tikar pandan semakin berkurang dari waktu ke waktu. Pengalaman ini setidaknya menjadi perhatian pihak terkait supaya kembali digalakkan agar anyaman tikar daun pandan ini tetap lestari dan tidak tergilas seiring perkembangan zaman. 

Kita mudah saja mendapatkan pandan tumbuh liar di perkampungan atau pinggir hutan. Lagi pula pembuatan tikar pandan ini tidak membutuhkan mesin maupun alat bantu lain sehingga mudah dikendalikan komoditinya. Penganyaman tikar pandan hanya membutuhkan keahlian dan pembiasaan. Semakin terbiasa maka semakin rapi tikar yang dihasilkan.

Warisan budaya ini memberikan nilai tambah kepada indonesia. Menjaga warisan budaya menjadi keharusan bagi setiap generasi. Anyaman tikar daun pandan duri ini dapat dipromosikan  melalui media sosial seperti facebook, instagram, dan lain-lain karena anyaman ini mempunyai nilai jual dan juga nilai seni yang tinggi sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas. 

Kita tidak pernah tahu sampai kapan tikar pandan dikenal oleh generasi muda. Kita juga tidak tahu berapa banyak generasi muda yang mampu menganyam tikar pandan dengan baik.

Masa boleh berganti, tetapi sesuatu yang berharga jangan pernah hilang dari ingatan kita. Benar demikian?

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.