Gambar Salah Satu Masyarakat Kampung Durian Yang Berpenghasilan Dari Berdagang Mie Aceh |
Zawiyah News | Kampung Durian merupakan salah satu gampong yang ada di kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, provinsi Aceh, Indonesia. Kampung Durian kategori kampung menuju kedaerah perkotaan, jalan kampung Durian merupakan jalan lintas kecamatan dengan jarak tempuh kira-kira 15 menit.
Disaat aceh dilanda konflik yang berkepanjangan selama puluhan tahun. Saat itu kondisi rakyat Aceh sangat memprihatikan. Gerakan Aceh merdeka (GAM) adalah gerakan separatisme bersenjata di Aceh yang lahir dari konflik yang terjadi sejak tahun 1976 menelan banyak nyawa hampir 15.000 jiwa. Konflik yang terjadi di Aceh telah mengukir sejarah kelam dan pastinya membawa trauma tersendiri di suatu wilayah, begitu pula bagi masyarakat Desan durian.
Khusunya pada desa durian, pada masa konflik membuat ekonomi di desa durian menjadi lumpuh dan sangat bergantung pada bantuan sosial (BANSOS), sehingga masyarakat kampung durian kesulitan untuk mengembangkan usaha kuliner nya.
Setalah perdamaian aceh tahun 2005 membuat perubahan pada populasi masyarakat, pasca konflik banyak upaya yang di lakukan pemerintah untuk memulai kembali kondisi ekonomi. Kemudian, ditambah lagi dengan hasil perdamaian konflik aceh (GAM) menjadikan aceh senagai daerah istimewa dan mendapatkan dana otonomi khusus (OTSUS) yang di kucur setiap tahunnya. Kemudian, dalam upaya perbaikan perekonomian masyarakat juga di bantu oleh kekayaan alam yang melimpah di aceh. Aceh kaya akan gas alam, mineral dan tanah yang subur sehingga sangat membantu masyarakan untuk mandiri dalam mengembangkan atau meningkatkan kualitas perekonomiannya.
Mie aceh adalah kuliner yang sudah banyak tersedia di beberapa daerah. Biasa nya mie aceh dijual di kedai makanan khusus menjual mie aceh, tetapi setelah pasca konflik mie aceh banyak di jual dimana-mana, bukan hanya khusus di tukang jualan mie aceh saja, tapi di cafe-cafe, dan tempat pedagang mieso-bakso juga ada.
Tradisi kulinenr secara umum di aceh sebagai mana daerah-daerah lain di indonesia juga memiliki menu kahs. Itu juga sebagai warisan budaya nenek moyang kita yang harus di jaga dengan baik agar dapat lestari sampai pada anak cucu kita. Sebab arus globaisasi yang akan terus melanda ini bukan tidak mungkin warisan budaya seperti ini akan hilang. Gaya hidup yang serba instan saat ini memiliki kontribusi akan hilangnya warisan budaya seperti kuliner ini. Ini harus di antisipasi agar jati diri dari bangsa yang berlandaskan kultur yang khas tidak akan hilang, demikian juga dengan aceh
Gambar Mie Aceh Kak Ana |
Bisnis kuliner merupakan salah satu usaha binis yang memiliki banyak pesaing, karena memiliki hambatan yang besar jika ingin terjun dalam dunia bisnis. Mie Aceh merupakan salah satu kuliner yang dipertahankan oleh masyarakat Kampung Durian, Kabupaten Aceh Tamiang setelah konflik. Keberhasilan masyarakat, menjadikan kuliner Mie Aceh menjadi makanan khas Aceh yang paling terkenal dan sangat diminati oleh banyak orang. Kesuksesan usaha bisnis kuliner ini, ditentukan dengan bagaimana usaha kuliner Mie Aceh dapat bersaing untuk merebut hati konsumen. Dalam hal mempertahankan kuliner Mie Aceh ini, sudah tentu masyarakat Kampung Durian menggunakan strategi pemasaran yang efektif.
Mie ini berbentuk kuning tebal yang dilengkapi irisan daging dan atau seafood yang disajikan dengan kuah berjenis kari yang rasanya pedas dan gurih. Mie ini disajikan dalam dua jenis sajian, yaitu digoreng dan direbus. Mie khas Aceh saat ini telah menempati posisi sebagai salah satu kuliner nusantara, yang tidak hanya dapat dinikmati di Aceh saja namun juga banyak yang menjual makanan ini di provinsi lainnya di luar Aceh, bahkan di luar negeri. Tentunya hal ini semakin menambah daya tarik bagi makanan ini di mata para wisatawan yang mengunjungi Aceh. Sebagian besar dari mereka tentulah ingin mencicipi mie khas Aceh (yang mungkin pernah/ sering mereka cicipi di daerah asalnya) di daerah yang merupakan asal penciptaan makanan ini.
Pada masa konflik aceh, mie aceh yang dijual oleh para pedagan hanya lah mie aceh biasa, yang tidak di tambahan dengan toping-toping atau bahan-bahan seafood lainnya. Pasca konflik mie aceh memiliki aneka ragam menu, para pedagang menjual mie aceh dari menu yang biasa saya sampai yang istimewa, seperti; mie biasa, mie udang, mie cumi, mie kepiting, mie daging, dan mie special. Mie dibuat sendiri oleh restoran dengan menggunakan bahan baku pilihan, dan dibuat setiap hari sehingga kesegaran produk terjamin. Penyajian dilakukan dengan cukup menarik menggunakan piring yang dilapisi dengan daun pisang. Harga dipatok mulai dari Rp10.000 (mie biasa) sampai dengan Rp45.000 (mie special). Promosi yang dilakukan hanya melalui promosi penjualan yaitu berupa pemasangan baliho ukuran kecil di tokonya sendiri, dan mengandalkan penjualan personal lewat promosi dari mulut ke mulut.
Sebagai sebuah bisnis yang banyak permintaan dari pasar dan hambatan masuknya tidak sulit, tentulah Mie Aceh saat ini menghadapi banyak persaingan usaha. Dan bahkan Mie Aceh kini sudah berkembang ke berbagai penjuru Indonesia, contohnya saja nama usaha kuliner mie Aceh yang ada di Aceh yang juga muncul cukup sering adalah Mie Ayah Lhongraya, Mie Bardi, Mie Midi, Mie Aceh Simpang Lima, dan Mie Saleh. Persaingan yang terjadi tentunya adalah persoalan rasa dan kualitas. Namun, selain rasa dan kualitas (yang lebih merupakan selera pribadi masing-masing individu), persaingan juga terjadi pada harga, lokasi, promosi, dan sebagainya.
Pasca konflik mie aceh semakin mendunia, banyaknya varian mie aceh dan juga banyak pedagang sekarang menjual daganganya dengan cara mempromosikan melalui internet, facebook, instagram, marketplace, youtube, dan lain-lain, dan juga ada beberapa pedagang mie aceh yang menyediakan jasa delivery untuk memudah kan pelanggan. Medsos memiliki potensi untuk memberdayakan individu serta masyarakat, menciptakan peluang baru bagi sosial, ekonomi, dan pengembangan diri. Mempromosikan mie aceh dengan medsos akan membuat mie aceh semakin terkenal dimana-mana, karna sosial media memiliki cakupan yang luan (mendunia).
Bukan hanya masyarakat aceh saja yang ingin menikmati rasa nikmat atau rasa khas dari mie aceh ini, tetapi masyarakat yang diluar aceh juga ingin menikmati nya, karna mie goreng aceh pun mulai diperkenalkan kepada masyarakat indonesia bahkan ke manca negara, maka PT. Indofood yang meluncurkan varian rasa mie goreng aceh sebagai salah satu produk mie instan mereka. Dengan sajian mie instan yang mudah di dapatkan, bisa di jual dimana saja, dan bisa dikirimkan kemana saja bahkan ke pelosok negeri sekali pun. Untuk mempermudah masyarakat yang diluar aceh menikmati rasa khas dari mie aceh ini. Masyarakat aceh tentu bangga dengan produk ini, salah satu kuliner khas aceh kini bisa lebih dikenal lagi di indonesia.
Oleh : Nadya Murra’fad Aramida
Tidak ada komentar:
Posting Komentar