Zawiyah News | Kuala Langsa merupakan desa pesisir yang terletak di Kota Langsa, tepatnya dibagian Barat Kota Langsa. Luas daratan ±1.545 ha atau 15.45 km2. Kuala Langsa memiliki beberapa tempat wisata, seperti Pelabuhan Kuala Langsa, Tanah Kuning, dan Hutan Mangrove. Karena adanya tempat wisata di desa Kuala Langsa maka tempat ini banyak dan sering dikunjungi oleh para pencinta alam baik dari dalam daerah maupun dari luar daerah.
Kuala Langsa dikenal akan tempat wisatanya yaitu yang bernama wisata hutan mangrove yang paling sering dikunjungi oeh para destinasi pariwisata. Namun selain dikenal dengan tempat wisata, kuala langsa juga dikenal akan penduduknya yang bekerja sebagai nelayan. Sumber pencarian para warga desa Kuala Langsa mayoritas nelayan, seperti mencari ikan, kepiting, rajungan, udang, kerang, tirom, dan lainnya. Tirom adalah salah satu makanan yang berasal dari laut yang banyak memiliki manfaat dan nutrisi penting bagi tubuh. Tapi, tirom lebih bernutrisi ketika dimakan mentah. Tirom yang diambil dari laut biasanya dalam keadaan hidup dengan cangkangnya yang masih tertutup.
Selain tirom, ada sebagian kecil warga yang sumber pencariannya ialah mencari kerang kapah. Namun kerang kapah ini sangat sulit untuk ditemukan karena ia hanya terdapat didasar laut, oleh sebab itu warga yang mencari kerang kapah ini hanya sedikit dikarenakan susah untuk mendapatkannya.
Dalam kunjungan pada hari jum’at tanggal 02 Desember 2022 kami mengunjungi salah satu warga desa Kuala Langsa yang bernama ibu Saidah. Pekerjaan ibu Saidah sehari-hari adalah mencari tiram. Karena ibu Saidah merupakan suku Aceh maka beliau sering menyebut Tiram ini dengan sebutan Tirom. Tiram termasuk salah satu sumber daya laut yang menjadi pekerjaan sehari-hari sebagian besar warga desa Kuala Langsa. Tirom merupakan jenis kerang-kerangan dengan cangkang berkapur dan relative pipih serta berkarang. Tiram memiliki kandungan vitamin dan mineral, tirom ini bisa dimakan mentah dan bisa dimakan setelah dimasak.
Mayoritas pencari tiram di Kuala Langsa ini dilakukan oleh ibu-ibu. Biasanya mereka pergi mencari tiram pada saat air laut mulai surut dan pulang ketika air laut mulai pasang. Salah satu masyarakat yang sudah lama mencari tiram yaitu ibu Saidah atau yang sering dipanggil dengan nama wak Dah. “saya sudah lama mencari tiram, biasanya saya mencari tirom mulai dari pukul 05.30 atau setelah shalat subuh sampai dengan jam 16.00 tergantung kondisi air”, ujar Saidah. Jadi disini ibu tersebut mencari tiram dari pagi sampai sore, hal ini dikarenakan tergantung kondisi air yang membuat ibu tidak bisa pulang siang dan harus pulang sore.
Setelah mencari tiram keesokan harinya ibu Saidah membakar tiram tersebut agar mudah dikupas. Tiram tersebut dibakar selama kurang lebih 30 menit. Setelah dibakar kemudian masuk ke proses pengupasan tiram. Pengupasan tiram harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena cangkang tiram yang tertutup dan sangat keras maka ketika kita membukanya harus menggunakan pisau dan sarung tangan.
Pengupasan tiram yang dilakukan oleh ibu Saidah dibantu dengan anak-anak sekitar, salah satu anak yang sering membantu ibu tersebut mengupas tiram bernama Humairah yang masih duduk dibangku SMP kelas 1. Dalam mengupas tiram ini anak tersebut dibayar Rp.5.000 perkilo. Tiram ini yang telah dikupas dijual dengan harga Rp. 30.000 sampai Rp. 35.000 perkilo.
Selain daging dari tirom tersebut yang kaya akan manfaat dan nutrisinya, ternyata limbah dari cangkang tiram ini juga bisa dimanfaatkan, namun ketika kita melewati jalan Kuala Langsa pasti ada lumayan banyak tumpukan-tumpukan limbah cangkang tiram tersebut yang dibiarkan dan tidak diolah. Tumpukan limbah cangkang tiram yang dibiarkan begitu saja sehingga mengakibatkan menganggu pemandangan yang ada. Ketika para wisatawan melewati jalan tersebut maka tumpukan limbah tersebut akan mengurangi nilai dari keindahan yang ada di desa Kuala LangsaS.
Padahal limbah dari cangkang tiram ini bisa dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan yang unik serta dapat mengahasilkan cuan yang lebih. Namun disayangkan para warga Kuala Langsa belum mengetahui bagaimana cara mengolah limbah cangkang tiram tersebut. Limbah cangkang tiram ini dibiarkan begitu saja, padahal jika limbah ini diolah oleh masyarakat setempat malah akan menambah penghasilan mereka. Dibeberapa daerah lain limbah dari cangkang tiram ini sudah banyak dibudidayakan, seperti membuat kerajinan tangan.
Dengan adanya pencarian tiram ini sangat membantu perekonomian para warga Kuala Langsa. Oleh karena itu kita sebagai manusia yang baik maka kita harus bersyukur serta menjaga alam sekitar kita dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan sebaik-baiknya. Ketika kita dapat mengelola sumber daya alam yang ada maka itu akan menjadi berkah serta memiliki dampak positif bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar