Breaking News
recent

Mengatasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Meutuah Indah di Era Milenial

Zawiyah News | Geuchik Yasir Bukit Meutuah, Persiapkan PAUD 2018 Mendatang. Kamis, 24 Agustus 2017 Masyarakat gampong bukit Meutuah, Kecamatan Langsa Timur, sangat mendambakan terbagunnya sarana tempat belajar mengajar bagi pendidikan anak usia dini (PAUD).

Gampong Bukit Meutuah sudah punya rencana untuk mendirikan pembangunan PAUD. “Hanya saja waktu yang belum bisa dilaksanakan untuk pembangunan tersebut,” ungkap Geuchik Yasir kepada Wartawan diruangan kerjanya, kemarin Rabu (23/8Geuchik Yasir seraya menjelaskan lebih lanjut, ia menyadari selama ini kerepotan para kaum ibu warga setempat,dalam melakukan antar jemput anaknya yang di titipkan di sarana PAUD yang terletak jauh dari desanya)

Insya Allah tahun depan 2018 sarana pendidikan PAUD di gampong Bukit Meutuah sudah terwujud demi membantu pendidikan yang sudah lama keinginan itu,” imbuhnya.

Kenyataan tersebut tentu sangat merepotkan, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari kami selaku aparatur Pemerintahan di gampong Bukit Meutuah ini. 

Saya berharap dukungan semua pihak masyarakat Insya Allah di Tahun 2018 PAUD sudah kami bangun,” tutup Yasir

Sejak kecil anak harus ditanamkan rasa percaya diri pada dirinya sendiri agar sejak dini anak sudah terlatih untuk berani tampil di depan banyak orang dan berani menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. 

Mendidik anak tanpa kekerasan dan selalu mendukung apapun yang dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Mendidik dengan kelembutan dan kasih sayang juga dapat menumbuhkan karakter tersebut pada dirinya.

Mendidik anak juga harus didasari dengan niat yang benar, niatkan untuk ibadah kepada Allah SWT. Jika sudah didasari niat beribadah maka apapun yang anak lakukan terutama dalam berbuat kesalahan, orang tua pasti akan sabar dalam menyikapi hal tersebut. 

Apabila anak dinasihati dengan cara yang baik, anak akan menerima nasihat yang diberikan oleh orang tuanya dengan baik pula. Jika anak dinasihati dengan emosi dan nada tinggi, anakpun akan terbawa emosinya sendiri dan cara menasihati yang dicontohkan oleh orang tuanya juga tidak menutup kemungkinan untuk menjadi karakter anak tersebut

 Didiklah anak dengan agama sejak dini, sehingga anak kedepannya lebih mudah dalam proses hablumminallah. Sehingga akan menciptakan generasi bangsa yang sholih-sholihah dan berguna bagi agama, nusa, bangsa serta negara. 

 Anak lahir dalam keadaan fitrah dan bersih seperti kertas putih tanpa goresan sedikitpun, kita sebagai orang tua harus pandai dalam menciptakan setiap goresannya agar garis-garis tersebut dapat menciptakan lukisan yang indah dan bermakna bagi banyak orang.  

Goresan-goresan tersebut bisa dari ilmu agama dan ilmu dunia, keduanya harus seimbang, seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, seorang ilmuan yahudi, pernah mengatakan "ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh". Alangkah lebih baiknya lagi bila anak disekolahkan di pondok pesantren.

Dalam mendidik anak, ibu dan ayah harus berkontribusi dengan baik dan maksimal. Anak memiliki otak yang jumlahnya milyaran dan siap untuk diisi. Maka dari itu, anak butuh pola asuh dari kolaborasi maksimal antara ayah dan ibu serta masa depan anak tergantung dari apa yang ia dapatkan sejak dini. 

Jadilah contoh yang baik, jangan seperi komandan yang hanya bisa menyuruh, dan didiklah anak dengan kasih sayang tanpa kekerasan. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh ibnu majjah yang artinya "muliakanlah anak-anakmu dan perbaiki akhlaq mereka". Bantu anak dalam membentuk karakter baik. 

Dampak Perilaku Anak Usia dini di Era Milenial di Paud Meutuah Indah 

Pada berbagai macam kasus permasalahan perilaku menyimpang di dunia anak, maka saya akan 

membahas 3 dampak peilaku yang sering ditemui di lapangan. Yakni:

1. Berbohong

Menurut Muhaimin (2014), berbohong merupakan suatu perilaku buruk yang bisa merusak hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Apabila sekali melakukan kebohongan biasanya akan diikuti kebohongan-kebohongan berikutnya. Ketika dia melihat modeling melakukan suatu hal kebohongan dan berhasil, maka anak pun akan mencoba melakukannya. Ini merupakan hasil belajar sosialnya. 

Pada hakikatnya, setiap anak memiliki sikap yang jujur dalam dirinya. Apabila potensi kejujurandalam dirinya diperkuat oleh stimulus, maka kejujuran dapat terpatri pada diri anak hingga ia telahdewasa kelak. Jika kejujuran tidak diperkuat dalam diri anak, maka kebohonganlah yang akanmendominasi. Dampak perilaku berbohong, memang tidak bisa sepenuhnya kita lihat saat anak usiadini. Namun akan sangat terlihat saat ia mulai beranjak remaja dan dewasa. Sebagaimana munculnyapara koruptor, hal ini merupakan salah satu manifestasi kebohongan yang dilakukan oleh anak saatberusia dini. Saat anak berbohong, maka berikut adalah faktor penyebabnya;

1. Meniru orangtua

Orangtua yang berbohong baik disengaja ataupun tidak disengaja, kepada orang lain dihadapan anaknya maupun kepada anaknya sendiri. Secara tidak langsung orangtua mengajari anaknya untuk berbohong. Contohnya, seorang ibu bilang kepada anaknya, “Apabila ada yang mencari ibu bilang saja, ibu tidak ada rumah.” Padahal ibunya sedang berada di dalam rumah. Namun orangtua marah apabila anaknya tidak jujur padanya. 

2. Orangtua yang tidak kenal kompromi

Sebagai orangtua, mereka memiliki alasan untuk melakukan apapun demi kebaikan dan masa depan anaknya. Sehingga banyak dari orangtua yang menggunakan cara yang kurang humanis. Salah satunya adalah orangtua tidak melakukan kompromi atas kesalahan yang dilakukan anak. Mereka bahkan tidak bisa mentolelir kesalahan yang dilakukan oleh anaknya. Bahkan banyak ditemui di lapangan, orangtua akan memarahinya dengan ucapan yang kurang baik, bahkan ada pula dengan menggunakan kekerasan fisik. Demi menginginkan anaknya beperilaku yang baik. Pada hakikatnya hal ini tidak mengenakan bagi sang anak. Anak merasa tertekan oleh sikap orangtuanya. Sehingga anak sering mengambil jalan selamat dengan suka berbohong. Hal ini dilakukan, agar ia tidak mendapatkan marah atau hukuman dari orangtuanya. 

3. Anak suka berimajinasi

Anak usia dini memiliki daya imajinasi yang tinggi. Hal ini merupakan bagian dari masa perkembangannya. Akan tetapi, ada beberapa anak yang belum bisa membedakan mana yang hanya imajinasi dan mana yang sesuai dengan kenyataan. Alhasil bagi anak yang belum bisa membedakannya, ia akan bercerita bukan berdasarkan kenyataannya. Dan apabila ia bercerita mengenai hal yang nyata baginya, ia akan melebih-lebihkan dalam penyampaiannya.

4. Menutupi kekurangan atau ingin dipuji

Seorang anak dapat melakukan suatu kebohongan yang menurutnya itu bisa menutupi kekurangan dan dapat dipuji oleh orang lain. Sehingga tidak heran apabila anak akan menutupi kejujurannya tersebut melalui kebohongan.

2. Perilaku Agresif 

Menurut Rahman dalam Delfiana, dkk (2017), Perilaku agresif adalah perilaku yang dapat melukai orang lain baik secara fisik maupun psikis. Agresifitas dapat terjadi pada masa perkembangan. Perilaku agresif, sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 2 tahun. Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku agresif muncul pada tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah. Baik itu di rumah, lingkungan sekolah maupun lingkungan sosial. Perilaku agresif yang muncul pada anak berupa menyerang, menyakiti, atau melawan orang lain baik secara fisik maupun verbal. Dan perilaku tersebut, disalurkannya lewat pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainnya, atau berbentuk cercaan, makian, ejekan, bantahan, dan semacamnya. 

3. Kecanduan Gadget 

Di era milenial gadget sudah menjadi konsumsi publik. Keberadaannya dapat dijangkau oleh seluruh kalangan, baik itu bayi maupun yang sudah kakek dan nenek. Hampir di seluruh pelosok indonesia menggunakan yang namanya gadget. Semakin banyaknya pengguna, maka semakin banyak pula orangtua yang lebih asyik memainkan gadget dibandingkan bercengkrama dengan anak-anaknya.Banyaknya anak yang lihai memaikan gadgetnya di usia dini, merupakan salah bukti modeling dari orang dewasa yang ia temui. Menurut Inasari (2017), Anak tidak dengan sendirinya bisa menggunakan gawai dan menjelajah internet. Modeling tersebut merupakan kemampuan yang muncul dari proses adaptasi dengan lingkungannya, melihat, mencoba, dan meniru. Selain itu, faktor utamanya dukungan dari orangtua dan fasilitas. Seperti halnya aplikasi tik-tok yang sedang marak dioperasikan oleh anak yang masih berusia usia dini.

SOLUSI DARI DAMPAKNYA PERILAKU ERA MILENIAL PAUD MEUTUAH INDAH 

Pada permasalahan diatas, maka berikut adalah problem solving atau solusi yang bisa kita 

gunakan untuk mengatasi dampak perilaku negatif di era milenial:

1. Menjadi orangtua kekinian yang cerdas

Orangtua memiliki peran penting atas terbentuknya perilaku yang muncul pada anak. Orangtua di era kini, banyak yang lebih memprioritaskan urusan perkerjaan dibandingkan mengasuh anaknya sendiri. Ada yang menitipkan anaknya di tetangganya, pengasuh di rumah, pembantu rumah tangganya, ke rumah neneknya, dan tempat penitipan anak. Bekerja boleh saja dilakukan oleh kedua orangtua, karena hasilnya pun juga buat kebutuhan hidup dan untuk mempersiapkan biaya pendidikan anaknya. Sebab tidak bisa dipungkiri, tuntutan kebutuhan semakin kompleks dan rupiah yang keluarkan pun juga banyak. Sehingga mau tidak mau, orangtua perlu bekerja untuk memenuhi itu semua. Namun perlu disadari bagi para orangtua, bahwa pekerjaan tidak boleh melupakan perannya sebagai orangtua terhadap anaknya. Mereka membutuhkan sentuhan hangat dan rasa kasih sayang orangtua dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Bagi orangtua kekinian yang cerdas, tentunya harus membagi-bagi waktu dengan bijak antara perannya sebagai orangtua, karirnya, dan memiliki waktu untuk mengupgrade ilmunya sebagai orangtua dalam mendidik anak. Orangtua perlu sesering mungkin melakukan sentuhan dan berkomunikasi pada anak, setidaknya sebelum berangkat dan pulang dari bekerja. Selain itu kita perlu menyediakan quality time untuk sekedar bercengrama hangat dengan melakukan kegiatan yang melibatkan anak dan orangtua.

2. Menciptakan lingkungan sosial yang ideal

Berdasarkan teori Albert Bandura, yakni social learning theory perilaku muncul atas dasar proses belajarnya seorang anak di lingkungan sosialnya. Mereka akan meniru modeling yang dilihatnya. Tanpa memikirkan akibat dari perilaku tersebut, baik itu perilaku yang baik maupun yang buruk akan ditirukan. Lingkungan sosial era milenial, memiliki beragam permasalahan perilaku negatif yang lebih mendominasi dibandingkan perilaku positif. Banyaknya orang dewasa yang menjadi model perilaku yang kurang baik terhadap anak usia dini, menjadikan anak lebih meniru perilaku tersebut. Sehingga solusi atas dampak perilaku negatif era milenial, bisa kita mulai untuk menciptakan lingkungan yang baik melalui terapi modeling.

Modeling harus memberikan contoh yang baik terhadap anak usia dini. Perilaku-perilaku negatif lebih diarahkan pada perilaku yang positif. Bisa dimulai dengan saling memberikan support dan reward atas pencapaian perilaku baik bagi modeling maupun bagi PAUD . Sehingga perilaku negatif bisa dinetralisir dengan baik Terapi modeling bisa dilakukan dengan penggunaan media film. Sebagaimana Bandura dalam Boeree (2008), ia menggunakan media film dalam terapi modeling. Hasil yang ditunjukkan tidak jauh berbeda dengan “pertunjukkan langsung” atau yang dilihat secara langsung. Terapi ini memberikan treatment perilaku yang buruk melalui modeling yang baik Hal ini bertujuan agar modeling ini dapat memberikan atau mewujudkan perilaku yang baik bagi anak, khususnya anak usia dini.Orang dewasa sebagai modeling anak, hendaknya memikirkan perilaku yang akan dilakukannya. Jika merasa ragu apakah tindakan yang akan dilakukan itu baik atau tidak, bertanyalah kepada diri sendiri. Apakah kita mengharapkan anak melakukan hal yang sama seperti yang kita lakukan? Jika jawabannya tidak, maka jangan lakukan. Dan apabila dilakukan, hal ini dapat berdampak buruk terhadap diri kita, selain itu juga akan berpengaruh pada orang lain terutama PAUD 

Pada QS. Luqman ayat 17; “Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.”

Ayat tersebut dapat kita ambil hikmahnya bahwasannya, lingkungan yang perlu kita ciptakan bagi anak usia dini adalah melakukan segala sesuatunya yang makruf (kebaikan) dan tidak mencontohkan untuk melakukan yang mungkar (keburukan). Dan memulainya dari orang dewasa yang melakukan kebaikan terlebih dahulu.

3. Menanamkan nilai agama pada anak sejak sekarang

Agama adalah hal yang fundamental dalam kehidupan manusia. Bagi anak usia dini, sangat perlu ditanamkan dan diajarkan nilai-nilai agama sejak sekarang. Mulai dari masa kehamilan, post kelahiran, dan masa setelahnya. Sebagaimana terjemahan dalam QS. Luqman ayat 13: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya,”Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”Berdasarkan terjemahan tersebut dapat kita ambil hikmahnya, bahwa penanaman nilai agama adalah yang tidak bisa kita hilangkan dalam mendidik AUD. Dan ini adalah bekal dalam menjalani proses kehidupannya hingga dewasa kelak.

Pada penanaman nilai agama dalam diri ini anak, ada 3 hal mendasar yang bisa kita ajarkan, yakni akidah, akhlak, dan syariah. Akidah mengajarkan bagaimana anak harus mengenal Sang Pencipta dalam kehidupannya. Melalui akidah, anak akan menjadikan Tuhan sebagai prioritas dalam kehidupannya. Akhlak mengajarkan anak untuk berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran islam yang terdapat pada Al-Qur‟an dan Al-Hadist. Perilaku tersebut meliputi berbuat baik terhadap Rabnya, sesama manusia, dan lingkungan alamnya. Syariah mengajarkan anak untuk mengetahui mana batas perilaku yang baik dan buruk. Dan syariah dapat mengajarkan anak untuk mengetahui dampak-dampak dari perilaku baik dan buruk. 

4. Memperlakukan anak dengan sopan

Pada umumnya orangtua menginginkan diperlakukan sopan oleh anaknya. Seperti dihormati dan dipatuhi terhadap apa yang diperintahkannya. Akan tetapi lupa bahwasannya anak juga perlu untuk diperlakukan sopan oleh orangtuanya. Sopan disini memiliki artian dalam berbicara dan berperilaku sopan pada anak. Banyak ditemui dilingkungan sekitar, orangtua akan marah apabila anaknya tidak berperilaku sopan padanya. Hal ini juga sering terjadi di lingkungan sekolah. Perlu kita sadari, bahwasannya kita tidak akan dihargai oleh anak, apabila kita sendiri belum bisa menghargai keberadaan anak. 

Menurut Vidya (2017), Jika kita ingin anak-anak menjadi orang yang sopan dan menghargai orang lain, hal yang perlu dilakukan ialah memperlakukan mereka dengan sopan dan penuh penghargaan. Salah satunya saat berbicara dengan anak, sejajarkan mata kita dengan mata anak agar ia merasa setara dengan kita. Selain itu, rasa menghargai juga bisa ditunjukkan dengan kita mendengarkan dan menyimak cerita anak dengan tujuan untuk memahami yang ia rasakan. Bukan untuk memuaskan nafsu kita sebagai orang dewasa untuk menasihati. 

Cara Belajar  Paud Meutuah Indah yaitu meraka pertama ada shalat dhua lalu mereka belajar membaca iqra dan lalu bernyanyi menghafal hadis dan bermain. 

1. Angka serta Berhitung

Saat memasuki PAUD, anak umumnya akan semakin mengenal seperti apa angka dari 0-9, dan menamainya dengan benar 

Setelah anak sudah bisa mengenali berbagai angka dan urutannya, nantinya dia mulai diajari hitungan sederhana. Misalnya pengajar memegang dua buku lalu menyebutkan, "ada berapa buku yang dipegang oleh ibu?". Anak lalu diminta untuk menyebutkan hasilnya tersebut.

Orang tua bisa mengasah kemampuan berhitung anak juga di rumah dengan mencoba menghitung objek yang sehari-hari ada di rumah. Seperti berapa jumlah mainannya, krayon, maupun ba

 2. Mengenal Huruf dan Suara

 Hal mendasar yang akan dipelajari anak ketika di PAUD adalah mengenali huruf dari A-Z. Tidak hanya nama hurufnya tapi juga gimana cara pengucapan atau bunyinya

 Mengajari huruf dan bunyi juga perlu dilakukan secara perlahan dan jangan memaksakan anak. Kamu bisa mengajarinya juga di rumah dengan cara memperkenalkannya pada puzzle alfabet atau mainan magnet alfabet yang ditempel di kulkas.

Biar lebih mudah diingat, bisa juga mengajarkan huruf alfabet ini sambil bernyanyi atau membaca buku. Tentunya bakalan lebih menyenangkan dan disukai oleh anak

 3. Bentuk, Warna, serta Mengenal Bagian Tubuh

 Materi lainnya yang umumnya diajari di PAUD atau preschool adalah mengenal berbagai bentuk dasar, nama warna dan bagian tubuh.

Untuk berbagai bentuk, anak dapat diajarkan melalui bermacam objek yang ada di sekitarnya. Seperti apa bentuk kotak makanan, mainannya, serta lain sebagainya.

Sementara itu, untuk mengenal anggota tubuh, bisa dipelajari sambil bernyanyi. Misalnya dengan lagu "head shoulder knees and toes" yang pasti membuatnya lebih bersemangat saat menyanyikannya

 4. Menggambar, Mewarnai, dan Menggunting

 Menggamar, mewarnai, menggunting, atau bermain kertas lipat sangat penting untuk kemampuan motorik anak. Selain itu, berbagai kegiatan ini juga semakin menstimulasi koordinasi antara tangan serta matanya.

Bagi orang tua maupun pengajar, tetap perlu dampingi si kecil ya saat dia memegang pensil, spidol, maupun gunting, agar tida membahayakan dirinya.

5. Melatih Kemampuan Sosialnya

Ini juga penting diajarkan di PAUD, sebelum akhirnya anak masuk ke jenjang sekolah yang berikutnya.

Di mana anak mulai diajarkan berbaur dengan teman sebayanya, berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, bekerja sama, mengikuti instruksi, hingga menghormati guru.

Itu dia apa saja yang dipelajari di PAUD. Pada masa ini, penting juga bagi orang tua untuk selalu mendampingi setiap tumbuh kembangnya hingga dia masuk ke sekolah yang lebih formal

Alasan Pentingnya PAUD untuk Anak Usia Dini

Mengapa PAUD dinilai penting untuk anak? Karena pendidikan paud dapat merangsang dan menstimulasi kemampuan anak yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang usia prasekolah. Aktivitasnya yang dilakukan di dalam PAUD berdasarkan pendekatan bermain sambil belajar, sehingga anak bisa lebih nyaman dalam melakukan transfer pengetahuan

Namun penerapan PAUD ini sendiri memang masih kontroversi. Ada yang berpendapat bahwa anak tidak harus mengikuti pendidikan diusianya yang terbilang muda. Sebaiknya para orang tua memberikan waktu bermain yang cukup untuk anak.

Terlepas dari itu, mimin berpendapat bahwa PAUD menjadi salah satu cara orang tua dalam menerapkan pendidikan dini terhadap anak anaknya. Walaupun penting tidaknya tergantung dari kebutuhan si anak tersebut.

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.