Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menjelaskan bagaimana proses penangkapan ikan kerling (jurung) yang berkembang biak di perairan hulu sungai tamiang, tepatnya di Desa Tampur Paloh. Ikan kerling hidup di sungai yang cukup deras, biasanya di area batu karang.
Penelitian di lakukan di dataran tinggi tanah gayo Desa Tampur Paloh Kecamatan Simpang Jernih Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh, penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Desa yang terbilang terpencil ini pun memiliki banyak potensi ekonomi dengan berbagai kearifan lokal, salah satunya pencaharian ikan kerling pada sungai. Penelitian ini juga menjelaskan proses penangkapan ikan dengan berbagai alat, diantaranya yaitu seperti tembak ikan, jaring, jala dan sebagainya.
kata kunci : Proses Penangkapan Ikan, Kendala Penangkapan
Pendahuluan
Desa Tampur Paloh merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Provini Aceh. Desa yang berbatasan langsung dengan Desa Tampur Boor dan Desa Melidi. Desa tersebut memiliki luas wilayah 3.386,77 Hektar. Jalan menuju Desa Tampur Paloh dari Kuala Simpang Aceh Tamiang masih melalui Sungai dengan transportasi But. Perjalanan menuju Desa Tampur Paloh menggunakan But biasanya berdurasi 5 sampai 7 jam, hal ini dikarenakan perjalanan melawan arus sungai. Perjalanan menyusuri Sungai Tamiang yang tepatnya di Kecamatan Simpang Jernih memiliki keindahan yang memanjakan mata, kiri dan kanan masih terlihat hutan yang rindang dan alami, setelah melewati beberapa Desa tepatnya di Desa Batu Sumbang, memiliki spot kearifan lokal yakni batu katak.
Luas Desa Tampur Paloh sendiri yakni 70 Hektar (Ha). Jumlah penduduk Desa Tampur Paloh lebih kurang 500 jiwa, data tersebut diambil dari profil desa. Desa Tampur Paloh di kelilingi oleh pegunungan leuser yang membuatnya tampak indah, gunung leuser seolah menjadi dinding kokoh yang mengelilingi Desa dan di tambah dengan aliran sungai yang memajakan mata saat aliran sungai sedang surut. Mayoritas penduduk Desa Tampur Paloh dan desa tetangga bersuku gayo, hampir rata-rata profesi warganya merupakan petani, mata pencaharian ekonomi masyarakat Desa Tampur Paloh kebanyakan dari hasil kebun, dan setiap tahunnya masyarakat Desa Tampur Paloh menanam padi di pegunungan dikarenakan sawah masyarakat telah tertimbun oleh lumpur bercampur pasir saat banjir pada tahun 2006 silam hal ini membuat masyarakat engan menanam padi sawah sebab akan menghabiskan banyak modal dan tenaga. Kendati demikian beberapa masyarakat memilih bekerja mencari ikan kerling, atau biasa di sebut ikan jurung. Warga yang bekerja sebagai pemburu ikan biasanya akan pergi ketika air sedang surut.
Ikan semah (Tor douronensis) tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Ikan semah di Indonesia memiliki nama-nama lain di setiap daerah seperti: ikan jurung (Sumatra Utara), ikan garing (Sumatera Barat), ikan kerling (Aceh), iken merah (Gayo), ikan gariang (Padang), ikan semah (Palembang), ikan lomi (Kalimantan), ikan dewa (Jawa Barat), ikan kancara bodas, kencara (Kuningan Jawa Barat), ikan tambra, tombro (Jawa), ikan kelah, ikan sultan (Malaysia), ikan mahser (Internasional). Jenis-jenis dari ikan semah itu sendiri yang memiliki genus yang sama yaitu genus torada empat jenis yaitu Tor douronensis, Tor tambra, Tor soro dan Tor tambroide Ikan semah (Tor douronensis) juga merupakan ikan konsumsi bernilai tinggi dengan tekstur daging yang tebal dan lezat, sehingga banyak digemari masyarakat.
Ikan air sungai menjadi salah satu pendapatan yang menjamin keuntungannya apabila banyak mendapatkan ikan tersebut, salah satunya ikan kerling atau yang disebut ikan jurung, ikan ini termasuk salah satu ikan yang harganya terbilang sangat mahal karna perkilonya mencapai 200 ribu. Salah satu penyebabnya adalah karena ikan ini tidak bisa didapatkan setiap harinya melainkan hanya bisa didapatkan pada waktu tertentu saja, seperti ketika saat musim kemarau panjang, airnya yang sangat jernih dan deras. Ikan kerling terkenal ikan yang sangat cepat saat memangsa dan menghindari ancaman. Ikan kerling ini sangat sulit didapatkan, apabila terjebak pada jeratan biasanya akan memberontak sekuat tenaga untuk kabur dan jika tidak menggunakan alat bantu seperti jaring bisa dikatakan ikan kerling ini sangat liar dan pergerakannya sangat cepat didalam air, ikan ini juga pandai bersembunyi dibebatuan besar bahkan berenang ke arah hulu dengan melawan arus dan aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari ikan ini lebih memilih bersembunyi di bebatuan. Ketika musim hujan, ikan kerling sangat sulit di dapatkan karena air sungai sangat keruh. Ikan kerling memiliki ciri-ciri seperti cuping dengan ukuran sedang pada bagian bibir bawah tidak mencapai pada sudut mulut dan jari-jari sirip punggung yang keras. Pada tubuh ikan kerling berbentuk pipih memanjang dengan warna tubuh yang keperakan pada ikan muda. Pada tubuh ikan kerling memiliki warna yang berangsur-angsur akan berubah menjadi kuning kehijauan.
Teknik atau cara penangkapan ikan juga diperhatikan dengan sangat ketat oleh para nelayan. Hal ini disebabkan oleh faktor bahwa teknik penangkapan yang kurang tepat dapat menyebabkan penurunan harga jual ikan jika ikan tersebut mengalami kerusakan maka harganya akan menurun. Masyarakat lokal Desa Tampur Paloh sudah menjalani pekerjaan sebagai pencari ikan jurung beberapa tahun yang lalu bahkan sebelum banjir bandang 2006 melanda Desa tersebut. Tak ayal jika pendapatan pada pencari ikan mengalami peningkatan pada saat kondisi cuaca sedang bagus, dan akan berkurang disaat cuaca sedang tidak baik. Harga jual ikan di Desa tidak semahal menjual kepada konsumen luar. “Orang sini itu jualnya ke saya karna mereka tau kalau saya yang selalu jual ke Restoran Medan, kadang pun ada yang pakai nama saya di fibernya tapi ya udah di kabarin ke saya duluan”, tutur Pak Hasbi salah satu Tokoh Adat sekaligus pencari ikan kerling dan juga agen ikan kerling di Desa Tampur Paloh.
Penurunan mutu dan tingginya kerusakan ikan tergantung pada proses penangkapannya, dan akan mahal harganya bila di jual dengan keadaan masih hidup. Sejauh ini proses penangkapan ikan kerling atau ikan jurung masih dilakukan dengan cara menggunakan jaring, jala, pancing, dan tembak. Untuk mendapatkan hasil ikan yang bagus biasanya pencari ikan lebih sering menggunakan jaring dan jala hal ini disebabkan dapat mengurangi kerusakan pada ikan.
Data dan Metode
Data yang kami peroleh menggunakan wawancara dan observasi lapangan. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif guna menjelaskan hasil dari wawancara dan observasi lapangan. Penggunaan data dan metode deskriptif dapat memberikan penjelasan kuat bahwasanya ikan kerling atau ikan jurung merupakan salah satu cara masyarakat untuk memperbaiki ekonomi masyarakat lokal.
Untuk menuju ke lokasi pencarian ikan kerling (jurung) biasanya menempuh perjalanan setengah hari bahkan sampai satu hari dari desa menuju lokasi. Jarak yang sangat jauh dari Desa pun di tempuh oleh para pencari ikan ini dengan menggunakan alat yang dapat di bilang seadanya yaitu perjalanan menggunakan sampan dan jalan kaki di daerah Batu Suasa salah satu nama lokasi. Pencari ikan pun harus memiliki persediaan yang mencukupi hal ini dilakukan karena untuk para pencari mereka biasanya menginap 2 sampai 3 hari lamanya untuk mencari ikan kerling atau (jurung). "Kami biasanya bawa beras satu satu bambu bawa pulot (beras pulot yang belum di masak) kadang pun bawa apa gitu yang ada untuk dimakan disana maklum lah kitakan perginya enggak sebentar" tutur salah Rusli. "Kami masak itu pake bambu iya bambu untuk masak nasi, kalau untuk ikan kami masaknya ya di bakar yang mudah mudah aja" balik jawaban dari salah satu nelayan.
Analisis Data
Analisis penelitian dilakukan untuk menentukan bagaimana proses penangkapan ikan dengan berbagai alat mulai dari menggunkan jala, tembak ikan dan jaring. Proses penangkapan ikan yang awal mulanya di lakukan murni 100% menggunkan jala, hal ini dilakukan sejak dulu disebabkan juga pada saat itu ikan masih banyak di area sungai tempat pemukiman warga. Setelah banjir yang menyebabkan kerusakan parah pada area pinggir sungai Desa Tampur pun mengalami pencemaran sungai yang besar mulai dari keruhnya air sungai sampai banyaknya pohon-pohon tumbang dalam sungai. Ikan yang dulunya di dataran rendah dengan area yang masih bebatuan kini berimigrasi ke arah yang masih banyak bebatuan dengan air sungan yang jernih nan asri. Perbandingan penangkkapan dengan tembak ikan akan mengakibatkan banyak hal buruk terjadi mulai dari kerusakan pada bagian tubuh ikan yang terkadang mencapai 30% kerusakan dan belum lagi mengalami penurunan harga jual. Sama halnya dengan daerah Aceh Barat Daya Ikan kerling paling digemari oleh sebagian masyarakat, sehingga harganya pun paling mahal. Namun sayangnya, ikan ini mulai sulit diperoleh, sehingga dinilai perlu dibudidayakan.“Ikan yang sudah mulai langka ini pada zaman dahulu adalah makanan raja-raja di Mandailing ketika menjamu tamu-tamunya. Demikian juga di Abdya, ikan kerling ini menjadi menu favorit bagi sebagian orang berduit, namun sayangnya ikan yang mulai langka ini masih sangat jarang dibudidaya,” papar Harmansyah, salah seorang Pemerhati Lingkungan dan Pengembangan Potensi Lokal di Abdya, kepada Serambi News. Harmansyah menyarankan kepada Dinas Perikanan (Diskan) dapat mendorong masyarakat membudidayakan ikan kerling yang merupakan bagian dari potensi lokal tersebut. Sebab, jika ikan tersebut dikembangkan, dia yakin akan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kesimpulan
Ikan kerling merupakan salah satu sumber potensial daerah Tampur Paloh Kecamatan Simpang Jernih Kabupaten Aceh Timur Provinsi Aceh. Ikan kerling sering sekali dijuluki ikan jurung dimana jenis ikan air tawar ini memiliki ciri khas pada mata yang besar dan menonjol. Ikan kerling tidak mudah untuk didapatkan dipasar-pasar umum, ikan ini menjadi ikan lokal, sehingga membutuhkan waktu dan upaya ekstra untuk melakukan pencarian khusus agar mendapatkan ikan ini. Ikan kerling memiliki nilai ekonomi yang tinggi baik untuk konsumsi maupun sebagai ikan hias. Ikan kerling memiliki daya tarik bagi pecinta ikan hias yang tertarik dengan penampilan yang unik dan menarik, sehingga ikan kerling ini menjadi mata pencarian warga di Desa Tampur Paloh yang memiliki potensi wisata atau tempat tinggal yang dekat dengan sumber daya alam seperti sungai dan pegunuggan.
Sebagai mata pencarian beberapa masyarakat, ikan kerling atau ikan jurung dapat menjadi sumber kehidupan yang baik bagi masyarakat desa. Penangkapan ikan yang dilakukan masyarakat dengan tidak merusak lingkungan dapat mencegah kelangkaan dan perkembang ikan pun tidak punah. Ikan kerling (jurung) yang hidup dan berkembang biak pada area yang sangat ekstrem ini tidak dapat dengan mudah di budidayakan kembali oleh masyarakat Desa Tampur Paloh. Faktor penyebab kegagalan panen ikan kerling yang tidak sesuai harapan, diantaranya : area pertambakan yang kurang ekstrim sehingga ikan tidak memiliki pergerakan yang gesit, hal ini dapat memperlambat proses pertumbuhan pada ikan kerling yang biasanya bergerak lincah melawan arus serta di area yang deras.
Daftar Pustaka
Hasbi (Tokoh Adat sekaligus nelayan ikan jurung di Desa Tampur Paloh)
Rusli (Salah satu nelayan tetap ikan jurung Desa Tampur Paloh)
Pemerhati : Budidaya Ikan Kerling, Serambinews.com, 16 September 2011.
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Langsa.
Oleh: Mita Agesti, Ummul Lainah, Hayaturriza, Wulida Shaliha
Dosen Pembimbing Lapangan : Anwar S.Ag. M. Kom
Editor: M. Iqbal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar