Mahasiswa KKN berada di industri Batu bata merah (Foto:Nur Salsa Maulidia) |
Penulis : Nur Salsa Maulidia (Peserta KKNMS Kelompok 7)
Kegiatan yang dilakukan pada tanggal 07 Agustus 2024 di Desa Pantai Balai, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang.
berfokus pada pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam industri batu bata merah. Dalam konteks ini, Pak Jasadin sebagai pemilik UMKM batu bata merah berperan penting dalam proses produksi yang melibatkan 12 pekerja Perempuan 15 pekerja laki laki asli Masyarakat kampung Pantai balai , hal ini menjadi salah satu peluang kerja untuk warga lokal .
Proses Produksi Batu Bata Merah
Sebelum memproduksi terdapat bahan untuk pembuatannya anatar lain, tanah liat, pencetak, kayu bakar, tandah kosong buah sawit sebagai pemancing bakaran batu bata.
Proses Produksi batu bata dimulai dengan pengadukan tanah liat, pencetakan, pengeringan, dan pembakaran. Namun, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, seperti:
• Keterbatasan Produksi: Pekerja hanya mampu mencetak 1.000 batu bata per hari.
• Waktu Pengeringan: Proses pengeringan memakan waktu dua hingga tiga minggu karena kadar air yang tinggi pada cetakan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan menciptakan alat pencetak batu bata otomatis. Alat ini dirancang untuk menghasilkan batu bata dengan ukuran dan bentuk yang seragam, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk.
Tahapan Implementasi
Kegiatan ini meliputi beberapa tahapan:
1. Persiapan: Menyusun rencana dan kebutuhan.
2. Sosialisasi: Mengedukasi mitra tentang teknologi baru.
3. Pengadaan Mesin: Memperoleh alat pencetak otomatis.
4. Perakitan Alat: Menggabungkan komponen mesin.
5. Uji Coba: Menguji fungsi alat.
6. Penerapan Teknologi: Mengintegrasikan alat ke dalam proses produksi.
7. Pendampingan: Memberikan dukungan kepada mitra dalam penggunaan alat.
Dengan adanya alat pencetak otomatis, diharapkan:
• Peningkatan Produksi: Target produksi dapat meningkat lebih dari 15.000 batu bata per bulan.
• Kualitas yang Lebih Baik: Batu bata yang dihasilkan memiliki kadar air yang lebih rendah, sehingga waktu pengeringan lebih singkat.
Permasalahan yang Dihadapi
Walaupun alat baru telah diterapkan, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi:
• Ketergantungan pada Permintaan: Produksi batu bata sangat tergantung pada permintaan konsumen. Tidak setiap hari ada pesanan, sehingga mengurangi potensi pendapatan.
• Pemasaran Terbatas: Penjualan masih dilakukan secara lokal dan bergantung pada hubungan personal, sehingga pangsa pasar sangat terbatas.
Batu bata merah Desa Pantai Balai.(Foto:Nur Salsa Maulidia) |
Dari pengamatan, terdapat perbedaan signifikan antara ekonomi di Desa Pantai Balai dan Kota Langsa. Di Kota Langsa, batu bata dijual dengan harga yang lebih tinggi (1.500 per batu bata) dibandingkan dengan harga di tempat produksi (300-500 per batu bata).
Namun, konsumen di Kota Langsa mendapatkan kenyamanan dalam pengantaran, sementara konsumen yang membeli langsung harus mempertimbangkan biaya transportasi.
Melalui kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa pengembangan UMKM batu bata merah di Desa Pantai Balai memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan ekonomi lokal. Dengan penerapan teknologi baru, diharapkan produksi dapat meningkat dan kualitas batu bata dapat bersaing di pasar. Namun, tantangan dalam pemasaran dan ketergantungan pada permintaan tetap perlu diatasi agar usaha ini dapat berkembang lebih lanjut.
(Rilis)
Editor : Widya Dwi Putri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar