.
ilustrasi: irwansyah |
Di era globalisasi tahun tinggi ini tentu saja pendidikan itu
sangat di peruntukan untuk kecerahan masa depan begitu juga dengan qu yang
bercita-cita belajar setinggi-tinggi nya, sebelum nya qu perkenalkan nama ku
IRWANSYAH aqu di lahirkan di sebuah desa yang kehidupan masyarakat nya
bertani kelapa sawit, padi, kacang,
jagung, petani tebu dan petani tambak aqu yang di lahirkan sebagai anak ke 4
dari 5 bersaudara ayah yang bersukukan Aceh dengan kediaman nya di kabupaten Pidie dan ibu
bersukukan Melayu, ayah dan ibu bertemu dalam sebuah forum diskusi.
Dalam kehidupan semua orang punya yang nama
nya cinta-cita yang tinggi se tinggi pandangan mata memandang itupun berawal
dari sekolah Madrasah ibtidayah (MIN) yang awal mula nya aqu mengenal kata
cita-cita.
ketika
aqu kerumah sakit berjumpa dengan seorang dokter dan keinginan besar untuk aqu
menjadi seorang dokter, setelah naik kelas dua timbul lah pemikiran baru yang
membuat ke inginan besar itu berubah menjadi seorang polisi melihat gagah nya
seorang bapak polisi yang sedang bertugas, namun, cita-cita tidak berakhir
sampai disitu karena kenapa naik kelas enam cita-cita itu berubah lagi kem bali
lagi ke inginan qu untuk menjadi seorang guru, lalu di Tanya oleh se orang
teman, irwan “iya ada apa?” dia bertanya dengan nada bingung , kok cita-cita
kamu setiap naik kelas ber beda ? jawaban qu pun ku jawab dengan pasti, “ aqu
punya ambisi untuk mengejar suatu impian” ooooo…. Mantap juga ya… heehehehehehe
Masa
saat pertama kali terjun di pendidikan sekolah MIN atau yang setingkat dengan
sekolah dasar itu, tentu saja kita semua punya cita-cita yang setinggi-tinggi nya, yang
mana banyak anak-anak lain nya yang ber keinginan untuk menjadi seorang
presiden RI, Gubernur, buoati dan wali kota, impian itu mungkin saja ter wujud
dengan berbagai usaha, teguh, tekun dalam belajar, mencintai ilmu juga
mencintai guru, demi terwujud-nya cita-cita yang membuat kita mencapai suatu yang kita nikmati, (hasil dari
perjuangan) terkadang ber khayal itu identik dengan menatap lurus menaruh
tangan di dahi, meng hayalkan angan yang begitu besar khayalan yang tak pasti
bila tak di kejar.
Ada juga
yang bilang kalow cita-cita itu ibarat bermimpi di siang bolong, mungkin itu
benar tapi aqu berusaha untuk mewujudkan mimpi itu dengan berbagai support dari
senior sahabat kerabat dengan motivasi-motivasi yang mendorong agar terus maju
untuk berjuang mempelajari apa yang di impikan dengan berbagai harapan yang di impi-impikan.
Anak yang tinggal di pedalaman seperti qu tidak
membuat pendidikan qu putus karna kurang nya biaya apa lagi pemerintah yang
mewajibkan sekolah 12 tahun, yang membuat setiap anak bersemangat untuk
melanjutkan sekolah nya, begitupun aqu seorang anak sederhana juga meng impikan
bersekolah setinggi tinggi nya dengan harapan untk mengapai cita-cita, seperti
sebuah lirik lagu yang di nyanyikan oleh pasya ungu dan raysa dengan judul “kupinang
kau dengan bismillah” qu dengarkan dari
telefon genggam yang di mikiki oleh
kakak, lirik lagunya “ apa yang qu genggam, tak mudah untuk aqu
lepaskan” tentu saja semua orang akan termotivasi dengan kalimat itu, layak
nya kita ibaratkan saja bila kita genggam sebuah “pendidikan” maka tak akan
kita leaskan kita akan terus berlanjut-berlanjut dan akan terus berlanjut
sampai pendidikan itu sudah tak terhingga.
Setelah
lubur panjang karna telah mengikuti ujian nasional datang lah suatu berita yang
sangat menegangkan yaitu berita bagus, bagai mana tidak semua yang satu
angkatan pada saat itu semua lulus, yang paling menggembirakan itu setelah trankrip nilai di umumkan telah keluar
oleh kepala sekolah yang pada saat itu aqu memegang SKHU yang di berikan untuk
melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama sekoah yang qu lanjutka
yaitu; madrasah stanawiyah negri MTsN.
Hidup
memank penuh retorika kehidupan setiap insan terkandung arti dan makna, di
sertai langkah yang kita lakukan , terkadang kita ber jalan lurus, kadang kita
jumpai jalan yang berliku-liku yang membuat kita harus fokus agar tak salah
arah, biar tak terjerumus dalam jalan yang tak pasrti yang membuat kita
tersesat akan langkah kaki kita sendiri.
Seperti
sebuah pantun dari pakde, seorang petani dari desa, iya berpantun:
Pohon limau
dimana tumbuh
Tumbuh dekat
pohon rambutan.
Tuntutlah ilmu
bersungguh sungguh
Supaya selamat
dihari kemudian.
Kelapa muda
dipasar batu
Dibawa orang dari kuala.
Masa muda giat
berguru
Supaya senang
dihari tua.
Begitu mendalam makna yang dari isi pantun
pakde, kita kutip “Tuntutlah ilmu bersungguh sungguh Supaya selamat dihari
kemudian” itu pun seperti yang di sampaikan oleh ustad tuntun lah ilmu sampai
kenegri cina, dalam mengingin kan suatu perubahan yang tertanam dalam diri kita
tentunya harus hijriah atau berpindah tempat, itu pun aqu lakukan setelah
menyelesaikan pendidikan di MTsN ter sebut, pada saat itu untuk usia yang
menginjak 15 beranjak 16 tahun usia ku, membuat aqu menjadi seorang remaja yang
akan tumbuh dewasa.
Untuk sekolah yang di di kata-kan masa terindah
oleh banyak para remaja pada umum nya,
masa masa SMA masa-masa bahagia, yang sebagian mengenal sebuah kalimat yang
bermakna besar itu lah “CINTA” aqu pun melanjutkan study pendidikan qu ke luar
kota, yang mana sekolah itu termasuk sekolah ternama di kabupaten kota itu,
setelah aqu bersekolah di dua sekolah negri ingin rasanya qu coba untuk
bersekolah di sekolah suwasta, Yayasan Al-widyan Tingkat madrasah, mengingat
pada saat itu, sekolah itulah yang sanggup menandingi sekolah yang lain bagai
mana tidak, begitu banyak siswa-siswi ber prestasi yang di ciptakan, kecerdasan
dari seorang siswa itu di kembangkan oleh sekolah yang memanfaatkan dana Biaya
Operasional Sekolah (BOS), maka tak diragukan kalau prestasi setiap siswa itu di
asah dan di kembangkan di sekolah itu.
Begitu juga dengan qu yang mengasah kemampuan
pada saat di adakan nya perlombaan oleh osis sangking bersemangat nya dari 5
cabang lomba yang di adakan semua terdaftar nama qu, mulai dari lomba, Baca
Puisi, Hafal Surah Yasin, Pidato Bahasa Asing, Pidato Bahasa Indonesia, dan
lomba pantu. Dari 5 lomba ternyata aqu temukan kemampuan yang tertanam dalam
diri yang mana saat itu, 3 lomba baca puisi yang karangan qu, pidato karangan
qu, dan baca surah yasin bimbingan ustad Tarmizi. Prestasi itulah yang membuat
aqu membawakan piala sekaligus, tiga tiga nya yang membuat sekolah qu gempar
dan sekolah meng apresiasi pertasi yang qu punya dengan memberikan Slempang,
rangkayan Bunga, dan piagam perhargaan. Sungguh sangat menyenangkan masa masa
SMA. Kalow bahasa keren nya Suwer kewer kewer kewer.
Dalam keramaiyan aqu bermimpi dengan angan dan
cita cita qu, dengan hayalan untuk dapat memecahkan Rekor mury. Sungguh sangat
the best mungkin karna kenapa pemuda sederhana yang datang dari desa, dengan
prestasi yang patut di acumi jempol. Prestasi seseorang siapa yang dapat
menduga. Bagai mana tidak seorang pemuda kecil yang datan dari desa deengan
hijrah nya ke kota untuk melanjutkan pendidikan ternyata oh ternyata dia punya
minat dan bakat yang besar untuk menjadi se orang pemuda yang lagi menuju
kesuksesan dan kehidupan yang lebih
gemilang.
Anak SMA pada masa itu sedikit dari banyak nya
yang berhubungan dengan istilah pacaran, namun
buat seorang anak desa yang cinta akan “pendidikan” cinta monyet tak
berlaku terhadap qu, cinta itu hanya sebatas sahabat semata, perasaan cinta dan
sayank terungkapkan ke pada seorang gadis mungil yang berparas melati, se
anggun delima, dengan wajah nya yang berseri-seri seperti ada cahaya di wajah
nya.
Sebagai seorang pelajar yang cendikia kemampuan
yang ada pada diri qu itu terus qu asah, hingga ada kakak-kakak yang
mempromosikan bahwa mereka akan mengadkan Leadership basic training (LBT) pada
bulan puasa yang membuat setiap pelajar pelajar di sekolah qu ikut organisasi
pelajar itu selama satu minggu lamanya, di dalam nya terdapat suatu
pembelajaran yang begiti mendidik, mengajarkan bagai mana terampil, mengasah
prestasi, dengan banyak nya motivasi yang di ajarkan oleh kakak instruktur pada
saat training tersebut, membuka wawasan dan cakrawala kehidupan, mengajarkan
beradaptasi dengan masyarakat Sekitar.
Begitu banyak training (pelatihan) dan kursus
yang qu ikuti dalam lembaga pelajar tersebut termasuk melatih karakter, menjaga
yang nama nya prifasi, menampilkan profil yang baik di hadapan publik.
Setelah menyelesaikan sekolah masa-masa
terindah qu, kembali berhijriah ke sebuah kota yang mana di sana aqu kuliah di
sebuah kampus ternama di kota itu, mengambil jurusan Komunikasi dan penyiaran
islam(KPI) di kampus terlatih lah ilmu yang di pelajari di sebuah organisasi
yaitu “ ke pemimpinan” kampus bukan lah
awal kepemimpinan qu untuk orang bnyak sebelum nya juga pernah menjabat sebagai
OSIM di sekolah, dan komandan brigade di PD PII Aceh timur, dengan tiba nya di
kampus memegang jabatan ketua di Snat mahasiwa fakultas (SEMA). Di masa
perkuliahan membuat cita-cita qu berubah, karna arah dari jurusan yang qu pilih
itu lebih ke jurnalis (penulis) sering kali aqu menulis di media massa, menulis
Opini dan berita-berita acara. Cita-cita yang aqu inginkan di masa kuliah qu
komitmen untuk menjadi seorang “cendikia muslim” menulis setiap kata yang bermanfaat untuk
pembaca. Sebagai muslim pekerjaan itu merupakan suatu perbuatan yang sangat
mulia.
Dalam hidup yang semakin dewasa, setelah
terselesaikan nya study strata 1.(S1) di kampus kembali aqu melanjutkan study
pasca sarjana ke kota terbesar ke tiga di Indonesia yaitu kota medan,
“horasbah” kota metropolitan yang masyarakat pribumu nya di huni oleh suku
batak. Di kota itulah CINTA Itu tumbuh, ketika berjumpa dengan seorang gadis
yang tampilan sederhana namun, iya seprti bidadari, Orang orang pasti mengira bidadari itu hanya
ada di surga tapi, tak di sangka sangka bidadari itu ada di dunia, unstad
arifin bilang “wanita dunia bidadari surga” hingga se orang sahabat mengenalkan
nya pada qu di sebuah Forum, hingga melanjutkan pernikahan. Ternyata iya
seorang kader PII juga yang tinggal di Surabaya yang melanjutkan S1 nya ke
medan. Hingga keseriusan kami mengantar kan ke jenjang pernikahan, sehingga
tuhan anugrahkan dua buah hati.
Subhanallah, allah akan mengabulkan setiap doa
dari hambanya yang taqwa.
Syukran katsiran ya akhi wa ukhti yang telah membaca
tulisan saya.
Penulis Irwansyah (mahasiswa IAIN langsa jurusan komunikasi dan penyiaran islam KPI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar