Zawiyah News | Opini - Tepat 5 Februari 2017, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) genap berusia 70 tahun. Pasang surut peristiwa yang dialami HMI dapat kita baca secara kritis berdasarkan data historis. Sejarah perjuangannya menjadi libido tulisan ini. Keluhuran transendental sang founding father terintegrasi dalam pribadi mahasiswa hijau-hitam.
Adalah si bungsu dari 6 bersaudara yang lahir 70 tahun silam, persis seperti miladnya lembaga. Namun ia mengubah hari lahirnya menjadi 14 April 1923 (yang seharusnya 5 Februari 1922) agar HMI tidak ditafsirkan dengan keberadaan dirinya. Inilah bentuk sikap “rasional-sufistik” yang terkadang absen pada generasi setelahnya. Panggil ia dengan nama Lafran Pane.
Estafet perjuangannya bergilir paruh zaman. Hingga pada 24 Juli 1959, berletak di Taruna Giri Puncak, dicetuskan sebuah pola pendidikan kader di HMI, yang kemudian disebut dengan Pendidikan Dasar. Ismail Hasan Metareum sebagai ketua dan Murtadha Makmur, sekjennya, bertanggungjawab atas hal itu. Dimulailah candradimuka mahasiswa bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Lantas, mengapa harus kader? Mereka adalah "who are specially choosen & trained for a particular purpose". Orang yang terpilih dan terlatih untuk mencapai tujuan. Bukan sembarangan digembleng dalam berbagai jenjang di HMI tapi untuk menciptakan mahasiswa (dan man of future) yang memiliki wawasan keislaman, keindonesiaan, kemahasiswaan, serta didukung 5 kualitas insan cita dan bersifat independen.
Berbagai jenjang formal (LK-I, LK-II, LK-III) dan non formal di HMI (SC, LKK) tujuannya untuk menggapai 5 kualitas insan cita tersebut. Kelimanya adalah Insan Akademis, Insan Pencipta, Insan Pengabdi, Insan yang Bernafaskan Islam, serta Insan yang Bertanggungjawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang Diridhai Allah SWT. Semua tersusun rapi nan indah dalam pasal 4 Anggaran Dasar (AD) HMI tentang tujuan organisasi.
Konklusinya adalah membentuk profil mahasiswa yang ideal yaitu muslim intelektual profesional. Untuk mendidik bangsa Indonesia dan membentuk integritas watak dan kepribadian serta mewujudkan pendidik berkualitas intelektual yang kritis, dinamis, progresif, dan inovatif dalam suatu kawah candradimuka bernama HMI.
Akhirnya, teruntukmu “orang tua” yang semakin dewasa dan semakin rentan akan “penyakit”, teruslah mendidik kader bangsa. Diusiamu yang tak lagi mampu tegakkan badan, masih ada kami yang menopang. Agar kau tetap gagah, memandang bangsa tersenyum dari keterpurukan. Kau temukan jiwamu hidup disana. Kami disini akan mengontrol masa lampau, untuk menguasai masa depan, dengan pendidikan. Yakin Usaha Sampai. Ber-HMI-lah.
Adalah si bungsu dari 6 bersaudara yang lahir 70 tahun silam, persis seperti miladnya lembaga. Namun ia mengubah hari lahirnya menjadi 14 April 1923 (yang seharusnya 5 Februari 1922) agar HMI tidak ditafsirkan dengan keberadaan dirinya. Inilah bentuk sikap “rasional-sufistik” yang terkadang absen pada generasi setelahnya. Panggil ia dengan nama Lafran Pane.
Estafet perjuangannya bergilir paruh zaman. Hingga pada 24 Juli 1959, berletak di Taruna Giri Puncak, dicetuskan sebuah pola pendidikan kader di HMI, yang kemudian disebut dengan Pendidikan Dasar. Ismail Hasan Metareum sebagai ketua dan Murtadha Makmur, sekjennya, bertanggungjawab atas hal itu. Dimulailah candradimuka mahasiswa bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Lantas, mengapa harus kader? Mereka adalah "who are specially choosen & trained for a particular purpose". Orang yang terpilih dan terlatih untuk mencapai tujuan. Bukan sembarangan digembleng dalam berbagai jenjang di HMI tapi untuk menciptakan mahasiswa (dan man of future) yang memiliki wawasan keislaman, keindonesiaan, kemahasiswaan, serta didukung 5 kualitas insan cita dan bersifat independen.
Berbagai jenjang formal (LK-I, LK-II, LK-III) dan non formal di HMI (SC, LKK) tujuannya untuk menggapai 5 kualitas insan cita tersebut. Kelimanya adalah Insan Akademis, Insan Pencipta, Insan Pengabdi, Insan yang Bernafaskan Islam, serta Insan yang Bertanggungjawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang Diridhai Allah SWT. Semua tersusun rapi nan indah dalam pasal 4 Anggaran Dasar (AD) HMI tentang tujuan organisasi.
Konklusinya adalah membentuk profil mahasiswa yang ideal yaitu muslim intelektual profesional. Untuk mendidik bangsa Indonesia dan membentuk integritas watak dan kepribadian serta mewujudkan pendidik berkualitas intelektual yang kritis, dinamis, progresif, dan inovatif dalam suatu kawah candradimuka bernama HMI.
Akhirnya, teruntukmu “orang tua” yang semakin dewasa dan semakin rentan akan “penyakit”, teruslah mendidik kader bangsa. Diusiamu yang tak lagi mampu tegakkan badan, masih ada kami yang menopang. Agar kau tetap gagah, memandang bangsa tersenyum dari keterpurukan. Kau temukan jiwamu hidup disana. Kami disini akan mengontrol masa lampau, untuk menguasai masa depan, dengan pendidikan. Yakin Usaha Sampai. Ber-HMI-lah.
Oleh Arif Fadhillah
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar