Oleh : Arif Fadillah
Arif Fadillah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab |
"Dengan mengucapkan Alhamdulillah, berakhirlah forum KONFERCAB HMI Cabang Langsa ke-XX". Begitulah ucapan akhir presidium sidang I, menutup forum KONFERCAB dan diakhiri dengan ketukan palu sebanyak tiga kali. Terpilihlah saudara HAMID sebagai ketua umum HMI Cabang Langsa periode 2017-2018. Konferensi Cabang adalah pengambilan keputusan tertinggi tingkat Kabupaten /Kota, ajang pencarian pemimpin baru untuk satu tahun kedepan. Artinya, sudah 25 periode HMI berkiprah di Kota Langsa dan telah melahirkan pemimpin berkualitas dan berintegritas di setiap periodenya. Berbagai dinamika berhasil dilalui dengan apik oleh organisasi tertua di Indonesia ini.
Mekanisme dalam memilih pemimpin di HMI sudah tersusun rapi dan termaktub jelas di dalam AD/ART. Hanya tinggal diaplikasikan dalam forum secara sistematis, poin per poin, dan selesai. Tak jumawa jika kita katakan, HMI merupakan miniatur administrasi Indonesia.
Dalam setiap proses mencari pemimpin, tidak jarang terjadi polemik yang menegangkan, chaos, bahkan upaya distorsi terhadap fakta yang ada. Konflik horizontal sesama peserta, peluang baku hantam - seperti sudah- membudaya di setiap prosesi pemilihan calon yang diusung berbagai pihak.
Hal seperti itu juga terjadi di HMI. Namun uniknya, berakhirnya forum, berakhirlah segala pertikaian, polemik, chaos, dan berbagai perihal mencekam lain. Semua masalah, problematika, diselesaikan di forum. Keluar dari forum, kita kembali bersaudara. Begitulah HMI.
Ada sebuah ungkapan, - entah siapa yang menciptakannya pertama sekali - yang sangat bertanggung jawab, "Di HMI, Kita Berteman Lebih Dari Saudara". Sekilas ungkapan tersebut biasa-biasa saja, namun sebenarnya memiliki filosofi yang begitu dalam. Ikatan emosional yang terbina di HMI, mulai dari mahasiswa hingga alumni, meluluhlantakkan segala kejadian negatif yang terjadi selama forum berlangsung.
Ikatan yang melebihi persaudaraan juga yang mengikis isme-isme kefakultasan dan background kampus masing-masing. Tidak ada yang diunggulkan, tidak ada yang diprioritaskan. Semua sama. Semua sekufu, menyatu dalam himpunan. Berkompetisi untuk menajamkan taji, itu hal yang lumrah. Toh, semua ingin eksis dengan kebesaran fakultasnya masing - masing.
Setiap pertarungan, kalah menang sebuah kepastian. Berbesar hati menerima kekalahan, ciri petarung idaman. Gugatan, ketidakpuasan, dan pembatalan keputusan konsideran itu sih sebuah kewajaran. Selama memiliki landasan yang relevan dengan permasalahan, silahkan layangkan tuntutan. Berproses di HMI, terkadang butuh pengorbanan. Lalui prosesnya perlahan. Bertikai argumen, baku hantam pemikiran, ah, itu biasa kawan. Toh, setelahnya kita juga kembali sahabatan.
Begitulah HMI.
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Pendidikan bahasa Arab Fakultas Tarbiyah kampus Institut Agama Islam Negeri Langsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar