Oleh : Muhammad Faishal
ZAWIYAH NEWS | Riau - Tanama budaya riau adalah wadah untuk melestarikan wadah untuk kebudayaan di provinsi riau. Di resmikan berdasarkan SK Mendikbud No.0221/0/1991, tanggal 23 April 1991.
Pada
tahun 2001 taman budaya provinsi Riau sempat berganti nama menjadi balai
Pengkajian dan Pelatihan Dinas Kebudayaan Kesenian dan Parawisata, namun pada
tahun 2009 melalui PERDA namanya kembali menjadi Taman Budaya Dinas Kebudayaan
dan Parawisata Provinsi Riau.
Di
taman budaya tidak hanya menampilakn kesenian tradisional saja yang dilakukan
namun ada pameran seni kriya juga. Seni kriya ini masih terdengar baru di
telingan awam. Seniman M.nasir menampilkan pemeran seni kriya di samping
pameran seni tulisan yang di ketua oleh mas hendra.
Seni
kriya ini di rakit dengan terbentuknya sendiri oleh alam natural lalu di rawat
oleh seniman ini menjadi seni kriya fosil kayu, berbagai macam fosil kayu yang
di tampilkan oleh seniman ini mulai dari kayu krenas, klakok, pedu, leban dan
masih banyak lagi jenis fosil kayu tapi dan ada juga yang berkualitas yang di
gali dari tanah langsung.
Lalu,
seniman tersebut memanfaatkan limbah hasil dari tebangan liar atau
limbah-limbah yang tersisa di kebun sawit jadi, limbah-limbah tersebut di
manfaatkan oleh seniman tersebut untuk menjadi motivasi kepada yang berbakat di
bidang kayu bahwa supaya tau limbah bisa dimanfaatkan menjadi nilai ekonomi
yang mahal.
Proses
produksi seniman tersebut dalam 1 seni dapat memakan waktu mulai dari
pengambilan, lalu di remdamkan dalam air selama 1 malam, setelah itu di
jemurkan atau kenak hujan selama 2 bulan kemudian di lanjutkan pembersihan dan
di lajut dengan proses pembakaran.
Seniman
tersebut tidak hanya pemaren saja yang dilakukan tapi menjualkan seni tersebut
jika ada yang berminat untuk membeli seni nya itu, harga yang dijual nya di
lihat dari fosilnya atau dari tingkat keunikan seni tersebut. “ada harga yang
mahal dan ada juga yang mahal tergantung keunikan yang kemudian mudah nya bahan
yang di dapatkan kalau bahan yang susah di dapat itu harganya lebih
tinggi”,ungkapnya bapak M.nasir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar