Breaking News
recent

Hidup Adalah Pilihan

Hidup adalah pilihan | ilustration by google

Zawiyah News | Opini - Agar bisa menanjak didunia ini, kau harus menjadi Sarjana. Dan begitulah ceritanya hingga dunia kehilangan banyak petani, pembuat roti, pedagang barang antik, pemahat dan penulis hebat. Paulo Coelho

"Memang bereh roeneh bang, hana salah rekrut nah..", ucapku dalam hati.

Pernah mengalami kebingungan dan gejolak batin tidak?
Lalu sempat bertanya pada diri sendiri, sebaiknya aku ini menjadi apa, siapa? Pernah?

Kalau pernah, aku akan memberikan dua pilihan jawaban atas pertanyaan tadi, gunanya ya agar tidak bingung dengan gejolak batin yang meledak-ledak dan mungkin buat pusing galau berkepanjangan.
Kalau belum, anggap saja ini persiapan ketika nanti datang pertanyaan itu dikepala sendiri.

Pilihan yang pertama adalah menjadi seorang Nihilist yang menganggap bahwa hidup ini tak bermakna dan tak ada tujuan.

Atau pilihan yang kedua menjadi seorang Existentialist yang menganggap bahwa dunia ini begitu bermakna dan harus diperjuangkan demi mencapai tujuan yang diimpikan.

Bukankah hidup itu pilihan? Jadi silahkan pilih sesuai hati nurani.

Sebagai bocoran :
Jika memilih menjadi Nihilist, tak perlu repot-repot memikirkan masa depan. Masa depan hanyalah ilusi imaji, cukup mikir hidup untuk hari ini dan menikmati setiap jalan hidup yang telah digariskan. Aku pastikan pilihan ini tidak akan merasa jenuh karena hasrat hidup bukan untuk merubah dan menuntut untuk memikirkan masa depan.

Atau jika memilih menjadi Existentialist, yang menganggap hidup ini bermakna dan sebagai manusia musti memiliki tujuan hidup yang jelas. Cara ini membuat lebih bersemangat menjalani hidup karena ada sesuatu yang ingin dicapai. Pikiran akan dipaksa menjadi fokus ke tujuan dan gairah hidup akan naik, sebab punya hasrat untuk menjadi lebih baik.

Tapi setelah aku telisik lagi secara lebih mendalam. Menjadi Existentialist akan membuat batin, jiwa dan raga cepat lelah. Fokus mengejar tujuan hidup sampai-sampai lupa bahwa menjalani hidup pun perlu untuk merasa bahagia. Lupa tuk menikmati hidup di hari ini dan mungkin menjadi manusia yang gila akan tujuan!

Sebelum aku menulis ini, aku telah lama memilih menjadi Nihilist yang sekaligus Existentialist. haha..
Jadinya aku begitu menikmati dunia dan hidup di hari ini. Namun tak pernah lupa bahwa aku musti memiliki tujuan hidup agar hidup lebih bermakna dan hidup menjadi lebih baik.
Aku tak ingin ketakutan dengan angan masa depan pun tak ingin menikmati hari ini sampai lupa diri. Karena hidup kita musti punya arah, agar hidup tak antah-barantah nauzubillah.

Atau ada pilihan ke 3, 4, 5, dstnya?
Silahkan saja dipilih, selama itu layak dipilih.

Tulisan Ramadhana Mahasiswa Fakultas Syariah Jurusan Hukum Tata Negara IAIN Langsa
RAMA

RAMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.