Oleh : Muhammad Faishal
Pekanbaru saat ini telah
menjadi salah satu kota Perdangan di Indonesia. Tapi dahulu kala kota ini
berasal dari satu kampung kecil di tepian Sungai Siak yang dikenal dengan nama
Senapelan.
Perkembangan Senapelan sangat erat dengan Kerajaan Siak Sri Indra Pura. Senapelan memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan.
Letak Senapelan yang strategis dan kondisi Sungai Siak yang tenang dan dalam membuat perkampungan ini memegang posisi silang baik dari pedalaman Tapung maupun pedalaman Minangkabau dan Kampar.
Senapelan yang kemudian lebih popular disebut Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal 23 Juni 1784 M oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah di bawah pemerintahan Sultan Yahya yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru.
Meski telah menjelma menjadi sebuah kota metropolitan, dengan deretan bangunan megah dan arsitektur modern, Pekanbaru masih meninggalkan jejak-jejak sejarah masa lalu. Jejak-jejak sejarah ini bersanding dengan tradisi budaya Melayu yang masih bertahan hingga hari ini.
Perkembangan Senapelan sangat erat dengan Kerajaan Siak Sri Indra Pura. Senapelan memegang peranan penting dalam lalu lintas perdagangan.
Letak Senapelan yang strategis dan kondisi Sungai Siak yang tenang dan dalam membuat perkampungan ini memegang posisi silang baik dari pedalaman Tapung maupun pedalaman Minangkabau dan Kampar.
Senapelan yang kemudian lebih popular disebut Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal 23 Juni 1784 M oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah di bawah pemerintahan Sultan Yahya yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Pekanbaru.
Meski telah menjelma menjadi sebuah kota metropolitan, dengan deretan bangunan megah dan arsitektur modern, Pekanbaru masih meninggalkan jejak-jejak sejarah masa lalu. Jejak-jejak sejarah ini bersanding dengan tradisi budaya Melayu yang masih bertahan hingga hari ini.
Nah, kampung bandarsenapelan
memiliki banyak tempat objek wisata untuk dikunjungi sekaligus berfoto-foto,
berikut beberapa tempat objek wisata yang saya kunjungin di kampung bandarsenapelan
yaitu :
1. Rumah
Singgah Tuan Kadi
Salah satu objek wisata yang yang patut
dikunjungi wisatan adalah rumah tuan kadi. Rumah yang berbentuk rumah panggung
berarsitek melayu ini dibangun oleh H Nurdin Putih (Mertua Tuan Qadhi H
Zakaria) Sekira tahun 1895.
Rumah ini
terletak di ditepi sungai siak, sekarang tepatnya di bawah jembatan siak III
atau jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzan Syah.
Rumah
ini didirikan sekitar tahun 1895 dan dipugar di tahun 1928. Jika diperhatikan
pada tiang tangga menuju pintu masuk, bisa dilihat ada ukiran tanggal 23 Juli
1928 yang konon merupakan tanggal pemugaran rumah milik H. Nurdin Putih,
mertua dari Tuan Qadhi H Zakaria ini.
Dulu ketika
Sultan Syarif Kasim II berkunjung ke Pekanbaru, beliau akan singgah terlebih
dulu di rumah ini. Rumah ini memang terletak di pinggir sungai. Jadi sultan
akan turun dari kapal ke rumah ini, singgah sebentar, baru kemudian berjalan
menuju Masjid Nur Alam atau yang kini dikenal dengan Masjid Raya Pekanbaru
untuk beribadah.
Saat ini, rumah singgah Sultan Siak
ini sudah tidak ada lagi yang menempati. Bagian dalamnya sudah kosong, hanya
ada beberapa foto suasana di sekitar sungai Siak dan jembatan Leighton tempo
dulu.
“rumah panggung ini terbuat dari kayu, atapnya menggunakan
Asbes. Pondasinya terbuat dari tiang tiang seperti ini karena antisipasi
pasangnya air sungai,” ujarnya Bayu Winata pemandu wisata heritage Walk.
Saat ini, rumah singgah Sultan Siak ini Sudah tidak ada lagi
yang menempatinya. Bagian dalamnya sudah kosong.
2. Rumah Tenun Kampung Bandar
Rumah tenun Kampung
Bandar ini berdiri sejak tahun 1887. Rumah ini merupakan kediaman keluarga alm
Hj. Ramnah Yahya atau Hj. Nuraini Ibrahim yang merupakan saudara kandung dari
salah seorang pejuang perintis kemerdekaan, H. Abdul Hamid Yahya. Konon dulunya
rumah ini pernah menjadi gudang logistik dan dapur umum di masa awal perang kemerdekaan.
Saat ini, rumah ini
menjadi salah satu tempat produksi tenun di Pekanbaru. Di rumah tenun ini
terdapat 3 buah Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), yang setiap harinya membuat kain
tenun khas Riau.
Untuk membuat sebuah
tenun, pengerjaannya menggunakan gerakan tangan serta gerakan kaki. Jadi jangan
heran jika harga selembar tenun mencapai ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
Proses pembuatannya
membutuhkan waktu yang lama serta ketekunan ekstra. Bahan yang digunakan juga
bahan baku khusus, yakni benang impor dari Singapura.
Harga kain tenun yang
dijual bervariasi. Kain dengan ukuran 2 meter dijual dengan harga Rp700.000
hingga jutaan rupiah. Di sini juga ada selendang tenun cantik yang dapat dibeli
sehargaRp50.000.
Tak hanya kain tenun, di rumah tenun ini juga
menjual tanjak dan gantungan kunci yang bentuknya seperti tanjak. Untuk tanjak
sendiri rata-rata dengan harga Rp 100.000 dan yang paling tinggi dengan harga
Rp 250.000. Sedangakan untuk gantungan kunci dijual mulai harga Rp 8.000.
"Kalau tanjak asli dari tenun, harganya Rp250
ribu kalau dari songket meteran itu harganya hanya Rp100 ribu, tapi kami
sesuaikan juga dengan budget customernya sesuai dengan permintaannya juga.
Disini kami tidak ada patokan harga tapi yang ready di Rumah Tenun rata-rata yang
harga Rp 100 ribu tapi jika lebih ingin kurang lagi, kami carikan bahan yang
berbeda," Ungkapnya Dani.
"Untuk
pemesanan 20 pcs satu kali 24 jam selesai untuk tanjak tapi bukan dari tenun
asli melainkan dari kain meteran ya," tutupnya Dani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar