Breaking News
recent

AKANKAH HARI AHAD KEMBALI LAGI ?

Husnul Yakin Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI)

Zawiyah News | Langsa - Hari merupakan ruang waktu yang memiliki makna untuk diperdebatkan, hilangnya hari Ahad yang tergantikan dengan hari Minggu menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat khususnya umat Muslim.

Seiring berjalannya waktu, kata seorang pemuda mahasiswa IAIN Langsa tentang hari ahad mengatakan, sudah tak lagi ditemukan, bahkan ketika kita bertanya kepada siswa atau mahasiswa dan khalayak umum, mereka sudah tidak lagi tahu asal-usul Minggu yang berasal dari hari Ahad, kemudian dengan mudahnya mereka menyebut hari Ahad dengan hari Minggu.
Terlebih lagi banyak yang tidak mengetahui bahwa nama-nama hari yang ada di Indonesia berasal dari bahasa Arab.

Sebelum Tahun 1960, tak pernah dijumpai nama hari yang bertuliskan “Minggu” selalu tertulis hari “Ahad”. Demikian juga penanggalan di kalender tempo dulu, masyarakat Indonesia dulunya tidak mengenal sebutan “Minggu”.

Kita semua sepakat bahwa kalender serta penanggalan di Indonesia telah terbiasa dan terbudaya untuk menyebut hari “Ahad” di dalam setiap pekan (7 hari) dan telah berlaku sejak periode yang cukup lama. Bahkan telah menjadi ketetapan di dalam Bahasa Indonesia, lalu mengapa kini sebutan hari Ahad berubah menjadi hari Minggu…?.

Kelompok dan kekuatan siapakah yang mengubahnya? Apa landasannya? Resmikah itu dan adakah kesepakatan pengubahan kata Ahad tersebut?.

Setelah Mahasiswa IAIN Langsa atau penulis ini menelusuri dari berbagai literatur, bahwa hari Minggu adalah nama yang diambil dari bahasa Portugis yaitu “Domingo” dan dari bahasa Latin Dies Dominicus yang berarti “Dia Do Senhor”, atau “Hari Tuhan Kita”.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kemudian kata ini dieja sebagai Minggu. Hari tersebut bagi salah satu umat yang ada di dunia yaitu umat Kristen, nama hari Minggu selain diidentikkan dengan Hari Tuhan, juga sebagai hari kebangkitan, hari peristirahatan dan hari untuk beribadah dan juga pada hari tersebut umat gereja memperingati hari Minggu sebagai hari perhentian bagi orang Kristen sekaligus hari peringatan akan kebangkitan Yesus Kristus.

Sungguh sangat disayangkan, ketika lembaga pendidikan dan lembaga-lembaga lainnya memulai aktifitasnya dengan hari kedua, yang seharusnya jika mengikuti arti bahasanya, aktifitas atau kegiatan apapun dimulai dari hari Ahad, bukan hari Senin.

Mengapa…? Karena hari Senin berarti hari kedua dari satu pekan. Namun implementasi budaya hari libur pada hari Minggu kini telah melekat pada masyarakat Indonesia, Padahal jika mengikuti makna seharusnya memulai aktifitasnya adalah hari Ahad (hari pertama dalam satu pekan).

Kita ketahui ungkap seorang mahasiswa IAIN Langsa bahwa nama hari yang telah resmi dan kokoh tercantum ke dalam penanggalan Indonesia sejak sebelum zaman penjajahan Belanda dahulu yakni dengan sebutan:

Ahad : Al-Ahad (hari kesatu)
Senin : Al-Itsnayn (hari kedua)
Selasa: Al-Tsalaatsa (hari ketiga)
Rabu : Al-Arba’aa (hari keempat)
Kamis : Al-Khamsatun (hari kelima),
Jum’at : Al-Jumu’ah (hari keenam yakni hari berkumpul/berjamaah)
Sabtu. : As-Sabat (hari ketujuh).


Nama hari tersebut sudah menjadi kebiasaan dan terpola di dalam semua kerajaan di Indonesia, Bermula dari jasa positif interaksi budaya secara elegan dan damai serta besarnya pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia yang membawa penanggalan Arab.

Ada yang mengatakan dengan dana yang cukup besar dari luar Indonesia, telah dilakukan sistem monopoli pencetakan kalendar selama bertahun-tahun di Indonesia. Percetakan dibayar agar melenyapkan kata “Ahad” yang diganti dengan “Minggu” Setetah kalender jadi, lalu dibagikan secara gratis atau dijual dengan harga yang sangat murah.

Hingga saat in dampak penyebaran kalender tersebut secara tak sadar masyarakat Indonesia hanya mengenal hari ahad dengan sebutan hari Minggu. Lantas apakah sebutan hari Ahad akan kembali lagi? Bagi umat Islam, kata “mahasiswa IAIN Langsa ini mengingatkan kepada nama Allah yang Maha esa, Ahad yakni sama dengan “Maha Satu atau Maha Esa” sebab Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Upaya mengembalikan kata Ahad dapat dilakukan dengan membiasakan diri mengubah sebutan kata hari Minggu menjadi Ahad. Apabila dalam tujuh hari biasa disebut “Seminggu”, maka yang tepat adalah disebut dengan “Sepekan”, bukan lagi “Minggu Depan” tetapi “Pekan Depan”. Setiap individu harus mengaplikasikan percakapan kesehariannya.

Penulis : Husnul Yakin
Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.