Foto (Doc.Google) |
Kenduri, Bila mendengar
kata kenduri memang sudah tidak asing lagi bagi kita bukan ! ya, kenduri biasa dikenal sebagai pesta,
pesejuk atau jamuan. Yang dilaksanakan untuk acara resepsi, tasyakuran, sunat
rosul, atau hari-hari besar lainnya. Kenduri yang dimaksud disini juga
melibatkan banyak orang hanya saja di buat oleh satu keluarga dan mengundang
orang lain untuk menghadiri atau ikut serta mendoakan untuk kelancaran acara
tersebut sedangkan kenduri laut dilakukan oleh seluruh masyrakat setempat
secara bersamaan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang allah berikan.
Budaya kenduri laut
juga merupakan kearifan lokal yang harus tetap dilestarikan karena budaya ini
hampir dikenal kesejumlah daearah pesisir sebagai ungkapan rasa syukur mereka
terhadap apa yang mereka dapatkan dari hasil laut yang melimpah yang mereka
manfaatkan sebagai kebutuhan sehari-hari. Dan kenduri laut ini juga di lakukan
dalam bentuk berdoa agar terhindar dari bencana dan marabahaya. Kenduri laut
ini sangat penting bagi masyrakat pesisir karena mereka mendapat kan hasil
untuk kebutuhan mereka sehari hari hanya lah hasil dari laut. Seperti menangkap
ikan, udang, kepiting, cumi-cumi dan hewan laut lainnya yang bisa bermanfaat
dan boleh untuk di jual belikan. Mereka menjaga erat tradisi ini menjaga
keutuhan dan juga sebagai rasa timbal balik terhadap apa yang telah mereka
dapatkan.
Menurut narasumber
yaitu Bapak Hamdan H, yang dikenal sebagai pawang laut didesa Sungai Kuruk 3,
Kecamatan Seruway, Kabupaten aceh Tamiang, provinsi Aceh. Beliau mengatakan
bahwasannya:
“ budaya kenduri
laut telah di lakukan sejak 50 tahun yang lalu sampai sekarang. Berdasarkan
berita yang didapat dari pawang laut bahwasannya kenduri laut rutin dilakukan setiap
setahun sekali setiap akhir tahun atau dilaksanakan setiap bulan Desember dan
termasuk sebagai kegiatan turun temurun”
Pawang laut merupakan orang yang ditunjuk atau
yang dipilih oleh masyarakat sebagai seseorang yang dipercayai atau sebagai
orang yang memahami seluk beluk laut dan juga merupakan suatu keturunan yang
harus mereka jalankan. Keturunan ini didapatkan dari nenek moyang terdahulu
yang memiliki hubungan darah dan dari keturunan laki-laki, seperti contoh nenek
moyang terdahulu memiliki anak laki-laki dan pada saat yang bersamaan nenek
moyang tidak sanggup lagi melaksankan tugasnya otomatis tugas tersebut
dialihkan atau di turunkan kepada anak laki-laki tersebut dengan bekal ilmu
yang cukup dan begitu juga seterusnya sampai pawang ke-4 ini.
Seperti yang dikatakan
oleh buk Melati sebagai salah satu masyarakat didesa Sungai Kuruk 3, Kecamatan
Seruway menurut beliau;
” sampai saat
ini posisi sebagai pawang laut sudah dijalankan oleh 4 (empat) orang secara
bertahap sejak tahun 50-an sampai sekarang. Mengenai jabatan sebagai pawang
laut baru digantikan apabila pawang laut yang lama sudah wafat dan merasa
dirinya sudah tidak mampu lagi”.
Antusias masyarakat
dalam mengikuti kenduri laut sangat tinggi, terlihat dari banyaknya keikut
sertaan masyarakat sungai kuruk 3 dalam menghadiri acara kenduri laut tidak
hanya dihadiri oleh orang tua, namun juga diramaikan oleh anak-anak yang ada di
sekitar kampung tersebut bahkan ada orang luar kampung yang ikut serta dalam
kenduri laut tersebut. Budaya semacam ini mempunyai makna yang sangat mendalam,
selain menunjukkan atas rasa syukur kenduri laut ini juga mempunyai makna rasa
kebersamaan dan saling melengkapi serta dengan harapan dan doa bersama agar Allah
SWT senantiasa memberikan rezeki yang berlimpah untuk hasil tangkapan yang
mereka hasilkan dari laut itu.
Kenduri laut dilakukan di pantai berango,
dengan membawa 2 (dua) ekor ayam putih dan 1 (satu) ekor kambing laki-laki
bewarna hitam yang sudah berumur 3(tiga) tahun. Ayam dan kambing tersebut
dimasak untuk dijadikan lauk untuk dimakan bersama-sama. Ayam dan kambing ini
juga di masak di pantai itu langsung dan setelah selesai memasak dilanjutkan
dengan berdoa bersama atau ke acara inti kenduri lautnya, doa bersama itu
dilakukan baru dilanjutkan dengan pelepasan kepala kambing oleh pawang laut dan
dibantu oleh beberapa warga, didalam perut kambing di isi ampas dan sampah
kelapa lalu dijahit ulang yang sekiranya membentuk utuhnya kambing dan diiringi
dengan doa-doa dimana doa itu bermakna permohonan kepada Allah agar nelayan
diberikan hasil tangkapan yang melimpah dan dijauhkan dari marabahaya saat
mencari rezeki dilaut. Setelah acara pelepasan kepala kambing selesai
dilanjutkan dengan acara zikir bersama dan doa yang di pimpin oleh Imam Desa
sungai kuruk 3. Setelah doa selesai dilanjutkan dengan syukuran yaitu kegiatan
makan bersama.
Saat ingin menggelar
kenduri laut biasanya dilakukan pengutipan iuran kepada masyarakat untuk
membelikan sepasang ayam putih dan seekor kambing laki-laki serta bahan-bahan
perlengkapan lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh bapak hamdan selaku pawang
laut kampung sungai kuruk 3 bahwasan nya:
“pengutipan
iuran itu dilakukan 3 atau 2 bulan sebelum acara kenduri laut itu dilaksankan,
karena harus mencari kambing laki-laki yang berwarna hitam dan cukup umur takut
kalau secara mendadak dikhatirkan tidak mendapatkan kambing yang cukup umur
karena sedikit sulit mencari kambing berwarna hitam dan cukup umur tersebut”
dan pak hamdan
juga menjelaskan
“guna dari
membuang kepala kambing kelaut untuk agar ikan-ikan dilautpun dapat merasakan
apa yang kami dapatkan dari laut hasil laut yang melimpah ini dan semua ini
pembrian dari Allah SWT”.
Mengenai
sejarah asal mula kenduri laut masih belum dapat dijelaskan secara terperinci
karena atas dasar kurangnya
sumber-sumber terpercaya dan takut terjadinya kesalah pahaman terhadap apa yang
di lakukan, karena masyarakat melakukan ini semata-mata hanya untuk mengucap
rasa syukur terhadap apa yang sudah mereka dapatkan dalam satu tahun ini dari
hasil laut.
Penulis adalah Risma Asni, Mahasiswa IAIN Langsa Program Studi Hukum Tatanegara Fakultas Syariah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar