Breaking News
recent

Uniknya Budaya Kenduri Laut Di Aceh Tamiang

Foto (Doc.Google)

Zawiyah News | Serba Serbi - Indonesia dikenal sebagai negara bermacam ragam suku bangsa, agama dan budaya. Indosesia sangat erat dengan adat istiadat atau budaya, Indonesia juga memilki budaya mulai dari budaya Jawa, Melayu dan lain sebagainya. setiap daerah memiliki kebudayaan masing masing atau bisa kita sebut sebagai kebiasaan yang sering di lakukan oleh masyarakat yang menjadi turun temurun ke anak cucu. Contoh seperti halnya di Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang Provinsi Aceh yang memiliki 24 desa, yang terdiri dari suku Jawa, Melayu, dan juga Aceh. Di setiap daerah memiliki  perbedaan dalam adat istiadat atau kebiasaan yang mereka lakukan seperti contoh kebudayaan yang di lakukan oleh masyarakat kampung Sungai Kuruk 3 (tiga) yaitu Kenduri Laut yang di laksanakan setahun sekali dan ini merupakan kebiasaan yang telah di laksanakan dari nenek moyang mereka dulu dan masih dijalankan oleh masyarakat sampai sekarang terkhususnya pada masyarakat persisir seperti kampung sungai kuruk 3.  Kenduri laut ini merupakan suatu jenis budaya yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena ini merupakan suatau tradisi yang harus mereka lakukan untuk kenyaman dan juga kerukunan masyarakat pesisir.

Kenduri, Bila mendengar kata kenduri memang sudah tidak asing lagi bagi kita  bukan !  ya, kenduri biasa dikenal sebagai pesta, pesejuk atau jamuan. Yang dilaksanakan untuk acara resepsi, tasyakuran, sunat rosul, atau hari-hari besar lainnya. Kenduri yang dimaksud disini juga melibatkan banyak orang hanya saja di buat oleh satu keluarga dan mengundang orang lain untuk menghadiri atau ikut serta mendoakan untuk kelancaran acara tersebut sedangkan kenduri laut dilakukan oleh seluruh masyrakat setempat secara bersamaan sebagai bentuk syukur atas nikmat yang allah berikan.

Budaya kenduri laut juga merupakan kearifan lokal yang harus tetap dilestarikan karena budaya ini hampir dikenal kesejumlah daearah pesisir sebagai ungkapan rasa syukur mereka terhadap apa yang mereka dapatkan dari hasil laut yang melimpah yang mereka manfaatkan sebagai kebutuhan sehari-hari. Dan kenduri laut ini juga di lakukan dalam bentuk berdoa agar terhindar dari bencana dan marabahaya. Kenduri laut ini sangat penting bagi masyrakat pesisir karena mereka mendapat kan hasil untuk kebutuhan mereka sehari hari hanya lah hasil dari laut. Seperti menangkap ikan, udang, kepiting, cumi-cumi dan hewan laut lainnya yang bisa bermanfaat dan boleh untuk di jual belikan. Mereka menjaga erat tradisi ini menjaga keutuhan dan juga sebagai rasa timbal balik terhadap apa yang telah mereka dapatkan.

Menurut narasumber yaitu Bapak Hamdan H, yang dikenal sebagai pawang laut didesa Sungai Kuruk 3, Kecamatan Seruway, Kabupaten aceh Tamiang, provinsi Aceh. Beliau mengatakan bahwasannya:

“ budaya kenduri laut telah di lakukan sejak 50 tahun yang lalu sampai sekarang. Berdasarkan berita yang didapat dari pawang laut bahwasannya kenduri laut rutin dilakukan setiap setahun sekali setiap akhir tahun atau dilaksanakan setiap bulan Desember dan termasuk sebagai kegiatan turun temurun”

 Pawang laut merupakan orang yang ditunjuk atau yang dipilih oleh masyarakat sebagai seseorang yang dipercayai atau sebagai orang yang memahami seluk beluk laut dan juga merupakan suatu keturunan yang harus mereka jalankan. Keturunan ini didapatkan dari nenek moyang terdahulu yang memiliki hubungan darah dan dari keturunan laki-laki, seperti contoh nenek moyang terdahulu memiliki anak laki-laki dan pada saat yang bersamaan nenek moyang tidak sanggup lagi melaksankan tugasnya otomatis tugas tersebut dialihkan atau di turunkan kepada anak laki-laki tersebut dengan bekal ilmu yang cukup dan begitu juga seterusnya sampai pawang ke-4 ini.

Seperti yang dikatakan oleh buk Melati sebagai salah satu masyarakat didesa Sungai Kuruk 3, Kecamatan Seruway menurut beliau;

” sampai saat ini posisi sebagai pawang laut sudah dijalankan oleh 4 (empat) orang secara bertahap sejak tahun 50-an sampai sekarang. Mengenai jabatan sebagai pawang laut baru digantikan apabila pawang laut yang lama sudah wafat dan merasa dirinya sudah tidak mampu lagi”.   

Antusias masyarakat dalam mengikuti kenduri laut sangat tinggi, terlihat dari banyaknya keikut sertaan masyarakat sungai kuruk 3 dalam menghadiri acara kenduri laut tidak hanya dihadiri oleh orang tua, namun juga diramaikan oleh anak-anak yang ada di sekitar kampung tersebut bahkan ada orang luar kampung yang ikut serta dalam kenduri laut tersebut. Budaya semacam ini mempunyai makna yang sangat mendalam, selain menunjukkan atas rasa syukur kenduri laut ini juga mempunyai makna rasa kebersamaan dan saling melengkapi serta dengan harapan dan doa bersama agar Allah SWT senantiasa memberikan rezeki yang berlimpah untuk hasil tangkapan yang mereka hasilkan dari laut itu.

 Kenduri laut dilakukan di pantai berango, dengan membawa 2 (dua) ekor ayam putih dan 1 (satu) ekor kambing laki-laki bewarna hitam yang sudah berumur 3(tiga) tahun. Ayam dan kambing tersebut dimasak untuk dijadikan lauk untuk dimakan bersama-sama. Ayam dan kambing ini juga di masak di pantai itu langsung dan setelah selesai memasak dilanjutkan dengan berdoa bersama atau ke acara inti kenduri lautnya, doa bersama itu dilakukan baru dilanjutkan dengan pelepasan kepala kambing oleh pawang laut dan dibantu oleh beberapa warga, didalam perut kambing di isi ampas dan sampah kelapa lalu dijahit ulang yang sekiranya membentuk utuhnya kambing dan diiringi dengan doa-doa dimana doa itu bermakna permohonan kepada Allah agar nelayan diberikan hasil tangkapan yang melimpah dan dijauhkan dari marabahaya saat mencari rezeki dilaut. Setelah acara pelepasan kepala kambing selesai dilanjutkan dengan acara zikir bersama dan doa yang di pimpin oleh Imam Desa sungai kuruk 3. Setelah doa selesai dilanjutkan dengan syukuran yaitu kegiatan makan bersama.

Saat ingin menggelar kenduri laut biasanya dilakukan pengutipan iuran kepada masyarakat untuk membelikan sepasang ayam putih dan seekor kambing laki-laki serta bahan-bahan perlengkapan lainnya. Seperti yang dijelaskan oleh bapak hamdan selaku pawang laut kampung sungai kuruk 3 bahwasan nya:

“pengutipan iuran itu dilakukan 3 atau 2 bulan sebelum acara kenduri laut itu dilaksankan, karena harus mencari kambing laki-laki yang berwarna hitam dan cukup umur takut kalau secara mendadak dikhatirkan tidak mendapatkan kambing yang cukup umur karena sedikit sulit mencari kambing berwarna hitam dan cukup umur tersebut”

dan pak hamdan juga menjelaskan

“guna dari membuang kepala kambing kelaut untuk agar ikan-ikan dilautpun dapat merasakan apa yang kami dapatkan dari laut hasil laut yang melimpah ini dan semua ini pembrian dari Allah SWT”.

Mengenai sejarah asal mula kenduri laut masih belum dapat dijelaskan secara terperinci karena atas dasar  kurangnya sumber-sumber terpercaya dan takut terjadinya kesalah pahaman terhadap apa yang di lakukan, karena masyarakat melakukan ini semata-mata hanya untuk mengucap rasa syukur terhadap apa yang sudah mereka dapatkan dalam satu tahun ini dari hasil laut.

Penulis adalah Risma Asni, Mahasiswa IAIN Langsa Program Studi Hukum Tatanegara Fakultas Syariah.

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.