Ilustrasi : (Google) |
Zawiyah News | Serba Serbi - Pandemi covid 19 tengah melanda dunia hingga hari ini . melumpuhkan berbagai sektor kehidupan yang ada, hingga berdampak pada anjloknya perekonomian dunia. Hingga beberapa Negara dinyatakan mengalami resesi enokomi. Negara yang telah dinyatakan mengalami resesi di antaranya adalah, Amerika serikat, Jeman, Hongkong, Singapura , dan Korea Selatan.
Di
Indonesia sendiri tercatat oleh BPS (Badan Pusat Statistik) pada triwulan
pertama perekonomian Indonesia tumbuh 2,97 persen atau melambat dibanding
capaian triwulan pertama 2019 yang sebesar 5,07 persen. Pada triwulwn kedua
tahun ini perekonomian Indonesia tumbuh minus 5,32 persen ini merupakan
penurunan pada perekonomian dibandingkan dengan triwulan yang sama 2019
yang tercatat 5,05 persen.
Beragam upaya telah di lakukan baik oleh pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah , yaitu di antaranya pembatasan sosial berskala
besar (PSBB), yang mengakibatkan penurunan tingkat konsumsi dan investasi,
penutupan sekolah dan beberapa kegiatan bisnis.
Dampak di berlakukanya PSBB yang paling terasa dalam sektor pertaian yaitu, Pertumbuhan negatif (biasa disebut dengan istilah kontraksi) ini memberikan tekanan yang cukup besar bagi perekonomian yang ada di berbagai daerah.
Pertanian sebagai penyangga perekonomian di masa pandemi
Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang mendominasi struktur PDB
menurut lapangan usaha pada kuartal pertama tahun ini. Padahal, periode
Januari-Maret 2020, dunia sudah mulai dilanda pandemi COVID-19. Sedangkan untuk
sektor yang paling merosot yaitu pada
zona jasa dan manufaktur.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian, kehutanan, dan kelautan masih menjadi sektor penting pada struktur produk domestik bruto (PDB). Tercatat, pada kuartal I tahun 2020, peran dan kontribusinya terhadap PDB mencapai 12,84%. Angka ini di sektor pertanian merupakan ketiga tertinggi setelah industri pengolahan (19,98%) dan perdagangan besar dan eceran (13,30%).
Selain kontribusi terhadap PDB, sektor pertanian, kehutanan, kelautan
juga mengalami pertumbuhan sebesar 9,46% pada kuartal I/2020 jika dibandingkan
kuartal IV/2019. Kondisi ini turut dipacu oleh masa tanam yang dimulai pada
akhir Desember dan adanya masa panen pada Februari dan Maret 2020.
Meningkatnya produksi pertanian di pengaruhi
dengan bergesernya masa panen yaitu dari maret menjadi April sehingga puncak
panen raya terjadi pada triwulan kedua di tahun 2020. Di tinjau dari sisi
epidemologi virus covid sendiri banyak tersebar di kawasan padat penduuk dan
perkotaan sehingga di daerah pertanian yang notabenenya adalah daerah pedesaan
masih aman untuk saat ini.
Namun, pemerintah dan yakyat tidak boleh lengah karena pandemi berpotensi besar mengancam persediaan pangan dunia, karena pembatasan sosial berskala besar. Untuk itu pemerintah hendaknya terus menunjukkan keberpihakan terhadap sektor pertanian.
Keberpihakan pada Petani
Kuntoro menyebutkan bahwa pemerintah sangat memahami pandemi COVID-19 berdampak besar pada tatanan pembangunan pertanian nasional, terutama terhadap petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Ia menegaskan, “Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen untuk menjalankan program dan kebijakan berorientasi pada kesejahteraan petani,”
Sebagai bukti nyata keberpihakan pemerintah pada sektor pertanian Anggaran Belanja Negara (APBN), di fokuskan sebagai insentif petani dalam berproduksi yaitu baik dalam bentuk pupuk maupun alat-alat pertanian.
Selain itu pemerintah memberikan bantuan berupa Keredit Usaha Rakyat (KUR), kepada petni kecil, juga membantu dalam pemberian benih, menstabilkan harga pangan, serta distribusi pertanian kepada para petani. Peran penyuluh juga di maksimalkan sebagai bentuk kepada petani kecil.
Upaya lain yang dilakukan yaitu pemanfaatan
lahan yakni memanfaatkan lahan kosong yang ada di sekitar rumah sebagai tempat
bercocok tanam , tak hanya dengan media tanah masyarakat di harap lebih
kreatif, yakni memanfaatkan system tanam hidrophonik yang sangat cocok untuk
pertanian di laha kecil.
Intinya kita tidak boleh kalah dalam menghadapi pandemi, beragam cara
dan upaya bisa di lakukan baik oleh petani sendiri maupun pemerintah.
Pemerintah dan petani hendaknya bersinergi bersama dalam menghadapi pandemi .
Seperti, Pada rapat kerja dengan DPR, Senin (22/6/2020), Menteri Pertanian
telah mengusulkan tambahan anggaran Rp10 triliun untuk peningkatan kapasitas
produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik
pangan, serta pengembangan pertanian modern dan peningkatan ekspor.
Komitmen Menjaga Target Produksi
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada
Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR, Senin (22/6/2020) menegaskan tetap
berkomitmen menyediakan pangan bagi 267 juta penduduk dengan mencanangkan
target beberapa komoditas di tahun 2021. “Dalam memperkuat ketersediaan dan
stabilisasi harga, kami telah mengembangkan Pasar Tani atau Toko Tani untuk
memangkas rantai pasok. Kemudian mendorong masyarakat untuk memperluas pilihan
makan melalui diversifikasi pangan,” tegasnya.
Selain itu kementrian pertanian tengah berupaya untuk menaikkan nilai
ekspor produk pertanian. Nilai yang cukup tinggi pada produk pertanian
pada bulan April 2020 tumbuh sebesar 12,66%, nilai ini lah yang menjadi
landasan kementrian pertanian untuk meningkatkan nilai ekspor.
Capaian lainnya adalah kinerja produksi beras selama masa tanam MT-I
tahun 2020. Kenaikan bahkan mencapai 16,65 juta ton. Belum lagi adanya tambahan
stok di akhir Juni 2020 yang diperkirakan mencapai 7,49 juta ton.
Angka yang cukup menenangkan di tengah lesunya sektor-sektor lain di Indonesia . Syahrul memaparkan,“Untuk mempertahankan kecukupan stok beras sampai Desember 2020, Kementan telah melakukan akselerasi tanam padi MT-II seluas 5,6 juta hektare (ha) dengan menggerakkan seluruh komponen sumberdaya yang didukung oleh ketersediaan air yang cukup di sentra produksi dan wilayah lainnya,”.
Mentri pertanian optimis, seluruh kerja nyata ini akan berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian dapat mencapai target pertumbuhan yang signifikan di masa pandemi. Kementrian telah memaksimalkan semua potensi sumber daya yang ada baik itu manusia dan sumber daya alam yang ada.
Tentunya semua kabar ini telah memberikan angin
segar di tengah keringnya perekonomian pada bidang lain. Pertanian telah
membuktikan diri sebagai panjaga stabilitas perekonomian di tengah pandemi.
Setidaknya dalam keterbatasan pandemi ini Indonesia masih harus menghela nafas
lega karena sebagai Negara Agraris Indonesia mampu membuktikan diri dengan
terus tumbuhnya pendapatan dari sektor pertanian. Dengan ini masyarakat di
himbau untuk tetap tenang karena stok pangan akan tercukupi selama pandemi.
Penulias adalah Sri Ramadhona, Mahasiswi Prodi PBI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN langsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar