Essay-Dari kejauhan terlihat sebuah gapura yang berdiri kokoh, ada tulisan di gapura tersebut yang belum jelas dipandang mata, kemudian saya mendekati gapura tersebut, dan baru terlihat jelas tulisan “ selamat datang di Makam Sultan Alaidin Said Maulana Abdul Aziz Syah” tulisan tersebut tertulis rapi pada pintu masuk dalam Monumen Islam Asia Tenggara atau disingkat dengan MONISA. Monumen makam raja pertama dari kerajaan Islam ini berada di kabupaten Aceh Timur.
Ketika memasuki perkarangan Monisa,
terdapat beberapa bangunan kecil, dan beberapa balai pengajian yang digunakan
oleh santri sebagai salah satu wadah menimba ilmu didesa tersebut. Dan terdapat
pula satu masjid, di depan masjid itulah
makam Raja dari Kerajaan Islam pertama, Sultan Alaidin Said Maulana Abdul Aziz
Syah disemayamkan bersama dengan kekasih hatinya, Putri Meurah Makhdum Khudawy.
Pada Makam tersebut terdapat empat tiang penyangga dari beton sebagai
penopangnya yang beratap bagaikan rumah, tidak ada keributan disana melainkan
lantunan zikir merdu dari para santri,
yang membuat suasana semakin sejuk dan damai.
Dari kejauhan saya melihat hamparan
tanah seluas kurang lebih 50 meter di ujung sudut kanan monisa, siapa yang
mengira bahwa disana terdapat makam seorang kadi atau hakim dan seorang
panglima yang dimakamkan dalam satu liang hingga memiliki panjang kurang lebih
6-7 meter. Siang itu ada dua orang penziarah sedang melantunkan ayat suci
disamping makam tersebut. Makam yang dipagari dan ditaburkan batu gundukan
krikil yang memberitahu bahwa makam tersebut merupakan makam terpanjang di
Monisa, dan terdapat beberapa makam lain disampinngnya.
Monisa ini terletak di desa Paya
Meuligoe kecamatan Peureulak kabupaten Aceh Timur, kesultanan perlak disebut
sebagai kerajaan tertua di Indonesia karena berdiri sejak tahun 840 M. Raja
pertama yang memimpin di kerajaan perlak adalah Sultan Alaidin Said Maulana
Abdul Aziz Syah yang merupakan buah hati dari pasangan Ali Bin Muhammad Bin
Ja’far Shadiq yang merupakan pendatang islam, dengan Makhdum Tansyuri, adik
dari Syahir Nuwi yaitu pemimpin perlak sebelum memeluk Islam. Sejak
kepemimpinanya Sultan Alaidin Said Maulana Abdul Aziz Syah mengganti nama
Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah.
Siang itu, Saya berbincang singkat dengan Bapak Saiful S.pd
selaku geuchik gampong Paya Meuligoe, beliau menceritakan bahwa kehebatan
lahirnya monisa adalah salah satu icon yang sangat besar dari segi situs
sejarah Asia Tenggara yang hari ini sangat patut untuk dibanggakan. Karena
disitulah napak tilasnya penyebaran islam pertama kali di Asia Tenggara
dimulai. Namun sayangnya hari ini, situs sejarah Monisa sangat minim diketahui
keberadaannya oleh masyarakat. Dan sungguh sangat disayangkan apabila kaum
milenial tidak ikut ambil andil dan peran dalam mengembangkan sejarah. Sayang
sekali jika situs sejarah tersebut tidak dimanfaatkan lebih, karena
dengan adanya sejarah, anak cucu kita bisa bercermin kepada masa lalu untuk
lebih maju di masa kini dan yang akan datang.
Tidak ada peninggalan sejarah berupa candi atau bangunan di
Monisa yang membuktikan bahwa dimasa lalu ada sebuah kerajaan besar yang
menyebarkan Islam keseluruh Nusantara. Bekas kerajaan tersebut hanya berupa
gundukan tanah. Namun masih ada bukti nyata bahwa dahulu di kota Peureulak ada
sebuah Kerajaan yang menjadi pengaruh besar penyebaran islam dan merupakan
kerajaan pertama islam di Nusantara, yaitu mata uang kerajaan peureulak yang
masih tertinggal hingga saat ini.
Monisa merupakan tempat yang sangat sakral, disitulah awal
mula islam disebarkan, pak Saiful sangat berharap jika Monisa mendapat
perhatian lebih dari pemerintah ataupun kalangan masyarakat, terutama para kaum
milenial yang merupakan calon penerus bangsa agar lebih peduli terhadap
sejarah, karena sejarah merupakan cermin untuk masa depan yang lebih baik.
Monisa berperan penting terhadap perkembangan agama Islam di Nusantara, dan
makam Sultan Alaidin Said Maulana
Abdul Aziz Syah merupakan identitas dari muslim Aceh, sudah
sepantasnya kita peduli, menjaga, dan melestarikan keberadaannya. Bangsa yang
hebat adalah bangsa yang peduli akan sejarah bangsanya.
Penulis: Maulida Hanafiah
Mahasiswi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, IAIN Langsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar