Ilustrasi: Google |
ESSAY - Tradisi
merupakan suatu kebiasaan yang telah di lakukan sejak dulu dan masih terlaksana
hingga hari ini. Tradisi bersifat turun temurun. Dan tradisi juga merupakan
kebiasaan suatu kelompok masyarakat, suatu tempat, komunitas, ataupun suatu negara
yang dilakukan secara berulang-ulang serta terus menerus secara sadar. Tradisi
juga merupakan suatu gagasan dan material untuk membangun diri untuk bertindak
pada masa ini serta masa depan. Apabila tradisi ini ditinggalkan serta tidak
dilestarikan maka akan hilanglah ciri khas dari suatu daerah tersebut.
Tak
berbeda halnya dengan tradisi peusijuek di Aceh. Peusijuk atau tadisi tepung
tawar merupakan suatu kegiatan prosesi adat di dalam kebudayaan Aceh yang masih
di laksanakan hingga hari ini secara turun temurun. Hampir di seluruh kegiatan
adat dalam masyarakat Aceh masih menerapkan tradisi peusijuk ini. Dan kegiatan
adat ini tidak boleh ditinggalkan dan sebagian masyarakat Aceh menganggap
kegiatan ini sangat sakral. Bahkan adapula yang sampai sangat ekstrim,
peusijuek dianggap amalan agama yang tidak boleh tertinggal. Apabila
meninggalkan kegiatan ini maka akan tertimpa musibah ataupun ketika
melaksanakan kegiatan maka kegiatan tersebut tidak akan berjalan dengan mulus.
Peusijuek
berasal dari kata sijuek yang berarti
dingin. Tradisi peusijuek ini
dianggap sebagai symbol upacara adat yang dilakukan dengan tujuan memohon
keselamatan dan kedamaian serta dapat juga berupa rasa syukur kepada Allah SWT.
Ayat – ayat Al-Quran, shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, serta doa dilantunkan
pada saat prosesi peusijuek.
Hampir
di seluruh kegiatan adat Aceh melaksanakan tradisi peusijuek ini. Baik itu
berupa acara pernikahan, khitanan, bahkan ketika memiliki rumah baru ataupun
kendaraan baru, prosesi adat peusijuek ini masih tetap terlaksana. Peusijuek
juga dilaksanakan ketika seseorang memperoleh keberuntungan, misalnya ketika
seseorang lulus sarjana ataupun diterima bekerja ditempat yang layak maka
prosesi peusijuk juga dilakukan sebagai symbol rasa syukur terhadap nikmat yang
telah Allah berikan. Peusijuek
juga dapat mendamaikan pertikaian yang terjadi di dalam masyarakat Aceh. Prosesi
adat ini dilakukan pada masa konflik untuk mendinginkan serta mendamaikan
pertikaian-pertikaian yang terjadi pada masyarakat.
Tradisi ini dilaksakan
dengan harapan pihak-pihak yang bertikai dapat saling memaafkan sehingga tidak
terjadi keributan antar masyarakat sekitar.Tradisi adat ini merupakan pagar
hukum yang dibuat sejak masa terdahulu jika
kita menilik sejarahnya, tradisi ini sama halnya dengan ritual yang dilakukan
oleh penganut agama Hindu.
Namun, dalam kepercayaan masyarakat Aceh, tradisi
ini dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat Islam yang berlaku dan tidak
dianggap melenceng.Para ulama Aceh pun berpendapat bahwa kegiatan adat ini
masih diperbolehkan untuk dilaksanakan serta dilestarikan karena tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Sebagai praktik-praktik animisme dan kegiatan
yang biasa dilakukan oleh penganut agama Hindu yang terkadung didalam kegiatan
adat ini, ulama Aceh masih memperbolehkannya selama mengubah ritual ritual
tersebut sesuai dengan aturan yang ada diajaran Islam.
Peusijuek
merupakan kegiatan salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Aceh
dimana telah membaur dengan ajaran Islam, sehingga tradisi ini masih diakui
eksistensinya hingga hari ini. Unsur yang diubah dalam kegiatan ini berupa
mantra-mantra yang digunakan dalam prosesi kegiatan peusijuek digantikan dengan
doa doa berbahasa Arab. Orang yang hendak melakukan kegiatan peusijuek ini haruslah
diniatkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan dalam bentuk doa doa
sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah dilimpahkan.
Biasanya
pada saat prosesi peusijuek ini dapat dilakukan oleh tertua adat ataupun
Teungku sebagai orang yang dianggap paham agama atau juga dapat dilakukan oleh
wanita yang dianggap tua atau dituakan didalam masyarakat Aceh tersebut.
Ada
beberapa hal penting yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan prosesi
peusijuek ini. Orang yang hendak melaksanakan kegiatan peusijuek ini haruslah
mempersiapkan alat-alat serta bahan peusijuek. Biasanya alat dan bahan dalam
prosesi peusijuek yakni talam sebagai wadah untuk meletakkan perlengkapan
peusijuek, teupong taweue yakni
tepung yang dicampur dengan air, oen sikuek-kuek yaitu daun cocor bebek,
manek manoe yaitu beberapa jenis daun-daunan, bu leukat yaitu
nasi ketan, breueh pade atau disebut beras, calok atau yang biasa
disebut tempat cuci tangan, serta sangee atau sering disebut tudung
saji. Bagi masyarakat Aceh, setiap bahan dan alat yang digunakan pada saat
peusijuek memiliki makna dan filosofinya tersendiri. Dedaunan yang digunakan
memiliki khasiatnya tersendiri, juga terkadang masyarakat menganggapnya sebagai
obat.
Pelaksanaan
peusijuek pada saat dasarnya sebenarnya dapat mempererat ukhuwah islamiah.
Semisal ketika saudara atau tetangga di sekitar rumah tempat kita memiliki
rumah baru, biasanya pada saat itu akan di lakukan kegiatan peusijuek dan akan
mengundang tetangga sekitar rumah ataupun saudara terdekat. pada saat
tersbutlah terjalin ukhuwah antarsesama masyarakat.
Di
tengah perkembangan zaman tradisi ini masih dipertahankan agar tidak tergerus
oleh modernisasi zaman. Hingga hari ini tradisi Peusijuek masih tetap di
lestarikan. Bahkan generasi milenial di Aceh masih menggunakan tradisi ini
ketika melaksanakan kegiatan acara-acara besar. Dengan adanya campur tangan
milenial ini maka diharapkan tradisin ini tidak lenyap ditelan oleh pesatnya
perkembangan zaman.
Melalui
media social yang tersedia pada zaman ini diharapkan generasi milenial dapat
memperkenalkan tradisi ini pada dunia. Karena tradisi ini merupakan ciri khas yang
lahir dari bumi Aceh yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya.
Penulis : Karima Putri
Ocky Chairunisha
Nurma Yanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar