Breaking News
recent

Sawah dan Fungsinya Bagi Manusia serta Lingkungan di Gampong Asam Peutek

Essay- Sawah secara umum mengandung pengetian usaha pertanian yang dilaksanakan pada tanah basa dan memerlukan air untuk sistem irigasinya. Jenist tanaman yang biasanya berada di lahan persawahan adalah tanaham padi. Dalam melakoni bidan persawahan ini, pengolahan lahan dilakukan secara intensif dan merupakan bentuk pertanian menetap.

Sawah sangat banyak manfaatnya bagi manusia karena tanpa adanya sawah, maka tanaman padi atau yang sejenisnya tidak akan pernah kita makan dan bagaimana pula kita dapat tahu bahwa padi merupakan makanan utama rakyat Indonesia bahkan beberapa negara di Asia termasuk negara agraria yang baik dan kualitas hasil padinya juga mendapatkan predikat kualitas import.

Sawah yang umumnya di Indonesia dibedakan kedalam 4 macam, yaitu:

1. Sawah irigasi 

Merupakan sistem pertanian dengan pengairan yang terutur, tidak bergantung curah hujan karena pengairan diperoleh dari sungai atau waduk. Pertanian sawah irigasi ini biasanya dapat panen sebanyak dua kali dalam satu tahun dan pada saat musim kemarau bisa diselingi dengan menanam palawija.

2. Sawah tadah hujan

Sawah jenis ini adalah sawah yang mendapatkan air hanya pada saat musim penghujan saja sehingga ketergantungannya terhadap musim sangat tinggi. Sawah tadah hujan dapat ditanami padi jenis gogorancah namun pada saat musim kemarau beralih dengan tanaman seperti palawija, jagung serta ketela pohon.

3. Sawah pasang surut

Sawah jenis ini sangat bergantung pada persediaan air dipengaruhi oleh kondisi pasang surutnya air sungai. Pada saat air sungai pasang, maka sawah akan tergenang oleh air. Sedangkan pada saat surut air sungai, maka sawah akan kering dan barulah ditanami padi. Sawah pasang surut ini banyak terdapat di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua.

4. Sawah lebak

Sawah ini ialah sawah yang ditanami padi dan berada pada kiri dan kanan sungai. Sawah lebak jarang sekali ditemukan dikarenakan mengingat resiko yang rentan terhadap banjir. Para petani sudah jarang memanfaatkan sistem sawah lebak sebagai lahan bertanam padi. Para petani beralih ke lahan perkebunan sawit utamanya.

Adanya lahan persawahan menyuguhkan berbagai fungsi baik bagi kehidupan manusia juga bagi lingkungan. Lahan persawahan berfungsi bagi manusia sebagai salah satu sumber pangan, salah satu sumber pendapatan, salah satu tempat untuk bekerja, mencari ilmu dan lain sebagainya. Sedangkan fungsi lahan persawahan untuk lingkungan adalah sebagai tempat untuk tumbuh dan berkembangnya tumbuhan juga tempat berkembang biaknya seperti halnya cacing tanah, serangga, burung, belut, ular dan lainnya.

Lahan persawahan juga berfungsi sebagai salah satu bagian dari pencegahan banjir, erosi hingga tanah longsor. Meski demikian, apabila tidak dikelola dengan baik, lahan persawahan juga dapat menimbulkan dampak negative bagi manusia dan lingkungannya seperti halnya pencemaran air, tanah dan udara akibat dari penggunaan bahan kimia serta mekanis pertanian yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Lahan persawahan adalah salah satu contoh dari kehidupan masyarakat tradisional yang hingga kini tetap terjaga dan banyak dijumpai diberbagai daerah hingga Negara dikarenakan beras merupakan sumber pangan utama bagi penduduknya. Kegiatan pertanian lahan sawah dengan tanaman pokok padi mulai kembangkan di Indonesia disebabkan Negara ini merasa beras cocok sebagai makanan pokok, ini menyebabkan perkembangan lahan sawah di Negara-negara Asia cukup pesat.

Lahan pertanian biasanya dicirikan dengan adanya pematang yang mengelilinginya dengan tujuan utnuk membatasi antara bidang lahan sawah yang satu dengan bidang sawah yang lainnya. Selain itu pula, pematang lahan dibuat dengan tujuan untuk mencegah keluar masuknya air secara berlebihan hingga kondisi air dapat dikendalikan sesuai dengan kebutuhan. Bukan hanya itu, cirri dari lahan sawah yang dapat dilihat ialah terdapatnya jenis tanaman yang ditanami sesuai dengan cuaca atau kondisi alamnya, seperti musim penghujan ditanami tanaman padi dan tanaman palawija misalnya kacang-kacangan, jagung dan umbi-umbian, sayuran, buah-buahan dan tanaman lainnya.

Rantai makanan ini mengindikasikan bahwa setiap ekosistem saling berhubungan antar organisme lain dan juga antar lingkungan. Rantai makanan sendiri memiliki pengertian proses makan memakan dari makhluk hidup yang dapat membuat makanan sendiri ke konsumen yang membutuhkan organisme lainnya. Adapun tujuan makhluk hidup melakukan kegiatan saling makan memakan secara linear atau rantai makanan adalah semata untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Terdapat dua macam rantai makanan yaitu rantai makanan ekosistem darat dan rantai makanan ekosistem air. Rantai makanan di areal persawahan merupakan rantai makanan darat. Ini lebih dikarenakan bahwa terdapat berbagai macam makhluk hidup yang saling membutuhkan untuk saling mempertahankan kehidupannya. Apabila satu jenis makhluk hidup disawah punah, maka hal itu akan menjadikan kerusakan pada rantai makanan ekosistem sawah.

Areal persawahan juga salah satu kerajaan besar kehidupan yang menyediakan tempat hidup bagi berbagai tingkat piramida makanan dan dapat berjalan secara penuh. Diareal sawah ini akan ada berbagai jenis tumbuhan, bukan hanya padi tetapi juga sayuran hingga rumput liar dapat ditemukan. Disitu pulalah berbagai jenis satwa pemakan tumbuhan menggantungkan hidupnya. Hewan-hewan ini kemudian menjadi santapan yang lezat bagi hewan-hewan lain yang masuk dalam kategori hewan pemakan daging.

Namun, perlu disadari bahwa rantai makanan tingkat pertama bukan berarti tidak ada musuh yang membayangi. Sebut saja sejenis reptil seperti ular misalnya, akan sangat senang memangsa katak dipersawahan. Posisi ular sebagai pemangsa juga bukanlah posisi yang benar-benar aman dari musuh. Terdapat beberapa musuh dari sang ular di persawahan, yaitu manusia dan juga burung elang. Jika ekosistemnya masih baik, tak jarang burung elang akan menjadikan ular sebagai santapan dan bahkan sesama ular pun dapat saling makan.

Bagi sang pemilik lahan persawahan, tentunya urusan makan memakan tersebut ibaratnya sebuah pasar swalayan yang menyediakan kebutuhan makanan sehari-hari. Kita dapat melihat bahwa selain beras yang menjadi panganan utama di persawahan, terdapat pula tumbuhan seperti genjer, kangkung, cabai rawit, tomat, kemangi, kacang panjang dan terong yang terpampang di area pematangnya. Bukan hanya itu saja, terdapat juga sumberdaya protein hewani, sebut saja seperti misalnya belut atau keong sawah yang lezat jika dimasak oleh ahlinya. Jika beruntung, sang pemilik akan menemukan telur bebek yang tercecer dan tak terlihat oleh pemiliknya.

Hal ini tentunya dapat pula kita temukan di Desa (Gampong) Asam Peutek, dimana sebagian masyarakatnya masih menekuni tradisi menanam padi di sawah meski daerah ini merupakan jalur perlintasan utama penghubung antar Provinsi menuju pusat ibukota Provinsi Aceh. Masyarakat memilih mempertahankan tradisi ini tak lain karena sebagai sumber pangan utama dan penghasilan utama, tentunya pula dibantu dengan beberapa teknologi pertanian seadanya.

Penghasilan dari sawah ini tentunya dapat menghidupi keluarga-keluarga di Gampong Asam Peutek sebab mereka tidak semerta-merta menjual seluruh hasil panennya. Sebagian disimpan untuk persediaan hingga panen berikutnya dan juga sebagai cadangan untuk menghadapi kondisi yang tak menentu seperti saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia, mengharuskan masyarakat untuk berswasembada pangan secara mandiri maupun kelompok untuk mempertahankan perekonomian keluarga.

Setiap hari libur, pemandangan anak-anak bermain dan membantu orang tuanya dipersawahan menjadi pemandangan yang sudah biasa di Gampong Asam Peutek. Sekalipun anak-anak mereka sedang pendidikan diluar kota, itu tak menyurutkan semangat mereka untuk pulang ke kampong halaman guna membantu orang tuanya disawah.

Bagi para petani, mencangkul, menanam, memelihara dengan penuh cinta hingga menikmati hasilnya merupakan proses yang erat kaitannya dengan filosofi. Itulah sebabnya mengapa bertani bukan hanya sekedar hobi tapi juga untuk melestarikan tradisi serta menjaga alam agar tetap lestari. Tak jarang, para petani mendapatkan keduanya yakni dengan hasil menjadi kaya raya dan juga kaya hati. Inilah kondisi sejatinya para petani yang penuh dengan filosofi, hidup lebih tertata dan rendah hati sehingga boleh dikatakan jauh dari kata jemawa.

Lantas, apa sajakah filosofi tani tersebut? Berikut ulasan singkatnya.

1. Filosofi padi ; semakin berisi semakin menunjuk. Ini mengartikan bahwa sehebat apapun seseorang nantinya haruslah semakin membuatnya bersyukur, tidak merasa harus dilayani apalagi dihormati dengan berlebihan.

2. Filosofi bulir padi; kecil tapi energinya dahsyat. Rata-rata bentuk bulir padi kecil, tapi ketika sudah berubah menjadi beras dan dikonsumsi maka akan menghasilkan energi yang dahsyat (energi untuk kehidupan).

3. Filosofi sawah; tumbuh dibawah terik tapi mampu memberi makan. Filosofi ini mengajarkan bahwa sesulit apapun hidup janganlah kita menyerah dengan keadaan dan jangan pula lupa memberi manfaat kepada sesama.

4. Pertanian ; kerjasama elemen penting kehidupan. Filosofi yang terakhir ini mengajarkan bahwa kita mampu untuk bekerja sama. Bukankah pekerjaan akan lebih efisien jika dilakukan secara bersama-sama.

Penulis : Ramadandi Isni Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.