Breaking News
recent

Supplier Bawang di Desa Seuneubok Pidie Pada Masa Pandemi

 

Foto : (Doc.Istimewa)

Zawiyah News | Serba Serbi - Ekonomi merupakan suatu ilmu sosial yang mengatur keuangan dalam rumah tangga yang berkaitan dengan aktivitas produksi, konsumsi barang dan jasa dalam memenuhi kehidupan. Dalam kehidupan bermasyarakat semuanya perlu biaya,oleh karena itu kata uang tidak asing lagi bagi masyarakat, karena setiap orang mempunyai kebutuhan hidup masing-masing, untuk  memenuhi kebutuhan hidup. Jika tidak bekerja maka tidak bisa menghasilkan uang,oleh karena itu  seorang supplier bawang yaitu yang memasukkan atau menjualkan produk kepada orang lain baik itu ke perorangan maupun ke perusahaan agar bisa dijadikan produk barang atau jasa yang matang. Menjadi seorang supplier tentunya mempunyai tugas yaitu memenuhi kebutuhan bahan baku tanpa supplier produsen bisa kebingungan dalam mencari bahan baku,apalagi jika bahan baku tersebut harus melalui proses pencarian yang rumit atau jauh oleh sebab itu produksi pun jadi terhambat jika ada masalah pada supplier

Kita sebagai manusia merupakan makhluk sosial tidak luput dari kehidupan bermasyarakat, hidup dalam masyarakat merupakan hidup dalam lingkungan yang berkelompok, yang berinteraksi antara individu dengan individu lainnya yang sama-sama tinggal di suatu tempat dan saling berhubungan. Manusia  mulai dari dilahirkan kita membutuhkan orang sampai mati pun kita perlu orang lain. Sama halnya juga dengan uang, semua sekarang butuh uang, uang sekarang susah dicari tapi sangat mudah untuk dihabiskan. Dominal uang pada zaman sekarang tidak berharga lagi. Sebagai rakyat kecil yang bukan PNS untuk mendapatkan uang sehari-hari sangat sulit. Oleh karena itu, rakyat-rakyat kecil sangat susah mencari rezeki untuk menafkahi keluarganya di rumah. Apalagi kalau ada anak-anak dalam pendidikan, harus mengutamakan kepentingan anak ketimbang kepentingan sekunder.

Ekonomi rumah tangga (ERT) merupakan upaya mempertahankan  kelanjutan hidup keluarga. Maka sebab itu,kepala keluarga bertanggung jawab untuk mencari nafkah dalam berbagai situasi. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam keluarganya seperti: kebutuhan sekunder, kebutuhan  primer dan kebutuhan  tak terduga (jajan anak-anak). Di masa pandemi covid ini kepala keluaraga harus extra dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dikarenakan  lapangan pekerjaan yang  semakin sempit. Dimasa pandemi covid-19 yang seperti ini semua usaha mengalami penurunan tetapi kebutuhan baik itu sekunder maupun primer mengalami peningkatan. Sehingga membuat rakyat kesusahan dalam memenuhi kebutuhan itu. Rakyat kecil yang bukan PNS sangat sulit dimasa sekarang bekerja sehari  untuk memenuhi kebutuhan seharinya.

Di desa Seuneubok Pidie Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur, terdapat sebuah usaha dagang yang bernama UD. Rahmat Nur yang menjual berbagai  bawang dan rempah-rempah. Bapak Masrizal  adalah pemilik dari usaha tersebut. Bapak Masrizal adalah salah seorang subplayer bawang ke seluruh Aceh. Para penduduk setempat ketika mengadakan suatu acara mereka mengambil bawang dan rempah-rempah dari usaha  bapak Masrizal karena harga jual di UD. Rahmat Nur termasuk lebih murah daripada harga pasaran biasanya, dikarena barang-barang yang dijual belikan di pasar adalah  barang yang  distribusikan dari bapak Masrizal.  Beliau membuka usahanya dari tahun 2016. Beliau mengambil atau dikirim bawang langsung dari Medan, Padang, dan Jawa.

Sehubungan dengan adanya  covid cukup terpengaruh dengan  permintaan konsumen yang dratis menurun di karenakan ekonomi masyarakat yang melemah dan dikarenakan sekolah yang sedang libur, warung-warung pada  tutup  untuk menghindari keramaian. Dan acara-acara resepsi pernikahan  atau tempat-tempat yang mengundang orang banyak juga pada dilarang maka sebab itu  pendapatan menjadi menurun.  Yang biasanya dalam 1 bulan bisa menghabiskan  sampai 100 ton bawang perbulannya, tetapi karena sedang pandemi covid-19 ini cuma menghabiskan 30 ton bawang dalam satu bulan atau perbulan. Bapak Masrizal mengungkapkan bahwasanya di masa pandemi mengalami sangat banyak kerugian, apalagi dibulan hujan bawang banyak yang membusuk  kipas angin perlu sangat banyak dan harus mengupahkan orang untuk memisahkan bawang yang bagus dan yang busuk, dalam satu kg upahnya 300 rupiah. Biasanya yang membersihakan ibu-ibu yang dekat dengan UD. Bekerjanya dari pagi sampai sore, mungkin dalam sehari satu orang dapet 200 kg sehingga menjadi uang 60 ribu rupiah untuk bawang merah. Beda dengan bawang putih yang potong ujungnya upahnya dalam 1 kg 400 rupiah.

Menjadi seorang kuli dalam pembongkaran bawang yang upahnya tidak seberapa, dalam 1 ton Cuma 40 ribu. Seorang kuli yang bernama bapak Abdullah yang berkerja sebagi kuli dan pemotong rumput untuk ternak dalam 1 guni upahnya cuma 5 ribu rupiah. Dengan pendapatan yang tidak seberapa itu beliau sanggup membiyai keluarganya, padahal menjadi kuli pembongkaran bawang tidak setiap hari. Selain bapak Abdullah yang jadi kuli pembongkaran bawang ada bapak Ridwan juga, bapak Ridwan juga bekerja sebagai kuli pembongkaran bawang dan padi di pabrik yang ada di Desa Seuneubok Pidie Kecamatan Madat, jadi kuli pembongkaran padi yang upahnya Cuma 30 ribu rupiah dalam 1 ton dan uangnya tidak langsung dikasih. Membuat pak Ridwan kesulitan dalam memenuhi ekonomi keluarganya.

Oleh karena itu, penurunan penjualan yang sangat drastis menurun menyebabkan  pendapatan dalam perbulan yang biasanya mencapai  50 juta perbulan, sedangkan sekarang cuma mencapai 15 juta perbulannya. Dengan demikian, pengeluaran perbulan mencapai 40 juta. Jadi, di semua sektor mengalami kendala baik dari segi kredit maupun pengeluaran sehari-hari. Beda halnya dengan biaya karyawan, dalam perbulan mencapai 9 juta perbulannya, baik  dari segi biaya  karyawan pengutipan dan bongkar muat dan biaya  alat transprotasi  mencapai 3 juta perbulannya, Jadi dengan penurunan di masa covid sekarang sangat terpengaruh terhadap pendapatan kuli bongkar muat di karenakan barang yang dulunya banyak sekarang menjadi sangat menurun sehingga biaya yang di dapatkan tidak mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.  Karena biaya kuli dalam 1 ton cuma 50 ribu rupiah sedangkan yang membongkar muat bukan hanya sendiri bahkan sampai 3 atau 4 orang  dalam 1 ton.

Oleh sebab itu, maka pemerintah jangan  membiarkan barang import seperti: bawang merah dan bawang putih masuk ke Indonesia. Disebabkan bisa terpengaruh harga barang lokal menurun sehingga membuat petani mengalami penurunan harga  dan pedagang mengalami kesulitan dalam sistem pendagangan.Pada masa pandemi (covid-19) mengalami penurunan terhadap sistem perekonomian khususnya terhadap pendagang yang mengalami kerugian yang sangat besar, sehingga pemasukan dengan pengeluaran tidak stabil.

Penulis adalah Ulvia Rahmi, Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN langsa

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.