Breaking News
recent

Analisis Perbandingan Indeks Kemiskinan dan Indeks Pembangunan Manusia antara Aceh Tamiang dengan Langsa

Zawiyahnews | Essay - Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

1. Analisis Perbandingan Indeks Kemiskinan antara Aceh Tamiang dengan Langsa


Badan Pusat Statistik (BPS)  mengatakan persentase jumlah penduduk miskin di Aceh Tamiang pada tahun 2015–2016 mengalami penurunan sebesar 0,6%, pada tahun 2016–2017 mengalami kenaikan sebesar 0,18%,  pada tahun 2017–2018 mengalami penurunan sebesar 0,48, pada tahun 2018-2019 mengalami penurunan sebesar 0,83%, pada tahun 2019-2020 mengalami penurunan sebesar 0,30%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada periode 2015-2020, kemiskinan di Aceh tamiang mengalami fluktuasi dan kenaikan hanya terjadi di tahun 2017.  Sedangkan ditahun-tahun berikutnya mengalami penurunan.

Sedangkan  jumlah penduduk miskin di Langsa  pada tahun 2015–2016 mengalami penurunan sebesar 0,53%, pada tahun 2016–2017 mengalami kenaikan sebesar 0,15%,  pada tahun 2017–2018 mengalami penurunan sebesar 0,45%, pada tahun 2018-2019 mengalami penurunan sebesar 0,75%, pada tahun 2019-2020 mengalami penurunan sebesar 0,13%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada periode 2015-2020, kemiskinan di Langsa mengalami fluktuasi dan kenaikan hanya terjadi di tahun 2017.  Sedangkan ditahun-tahun berikutnya mengalami penurunan secara signifikan.

Dari kedua data tersebut, dapat disimpulkan bahwa persentase kemiskinan mengalami kenaikan pada tahun 2017 sebesar 0,18% di Aceh Tamiang dan pada tahun 2017 mengalami kenaikan 0,15% untuk Langsa . Tetapi untuk tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan. Penurunan kemiskinan di Aceh Tamiang maupun di Langsa dikarenakan adanya bantuan subsidi dari pemerintah dalam bidang pendidikan, kesehatan dan sosial  untuk masyarakat, sehingga seluruh golongan masyarakat dapat memiliki pendidikan, kesehatan serta kesejahteraaan sosial yang baik.

Indikator kemiskinan menurut bappenas (2006) adalah terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi, terbatasnya akses terhadap air bersih, lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah, memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, lemahnya jaminan rasa aman, lemahnya partisipasi, dan besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan keluarga.

Jika dilihat dari kriteria tersebut, Indeks kemiskinan di Aceh Tamiang lebih tinggi dari pada indeks kemiskinan di Langsa. Hal ini dikarenakan mutu pendidikan Aceh tamiang rendah yaitu 66,03% daripada Kota Langsa yaitu 75,51%.

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk  pembangunan. Langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan  tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan  baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Suatu pendidikan dipandang  bermutu diukur dari kedudukannya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa  dan memajukan kebudayaan nasional adalah pendidikan yang berhasil  membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter, bermoral dan  berkepribadian. Untuk itu perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu  menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang  dan menantang peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal sesuai  dengan bakat dan kemampuannya. Memberikan kesempatan kepada setiap peserta  didik berkembang secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah salah satu prinsip pendidikan demokratis.

Provinsi Aceh termasuk didalamnya Aceh tamiang dan Langsa banyak mendapatkan bantuan subsidi dari pemerintah. Bantuan subsidi pemerintah memang membantu masyarakat secara keseluruhan, namun ada dampak yang terjadi akibat subsidi tersebut terutama dalam bidang social seperti pembagian sembako. Masyarakat menjadi lebih tidak produktif karena mengandalkan bantuan dari pemerintah. Bantuan subsidi seharusnya di bagikan secara merata dan disesuaikan dengan kondisi seseorang yang memang membutuhkan.

 Disisi lain,  pada tahun 2020 kedua wilayah ini mengalami penurunan angka kemiskinan padahal di tahun inilah wabah virus covid-19 banyak menyebabkan masyarakat kehilangan pekerjaan. Namun dengan adanya bantuan subsidi masyarakat tetap bisa sejahtera. Salah satu solusi untuk menyikapi kemiskinan tersebut adalah dengan melakukan indikator strategis berupa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk mengupayakan pembangunan di berbagai bidang.

Dari hasil analisis tersebut, dapat simpulkan bahwa Aceh Tamiang dan Langsa pada tahun 2017 mengalami peningkatan indeks kemiskinan. Selain itu, indeks kemiskinan di Langsa mengalami penurunan yang lebih besar yaitu 1,18% pada periode 2015-2020 sedangkan Aceh tamiang pada periode 2015-2020 sebesar 0,77%. Dengan demikian Langsa lebih baik dalam mengatasi kemiskinan. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Langsa untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM).

2.Analisis Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia antara Aceh Tamiang dengan Langsa




Badan Pusat Statistik (BPS)  mengatakan Indeks Pembangunan Manusia di Aceh Tamiang pada tahun 2015–2016 mengalami kenaikan sebesar 0,38%, pada tahun 2016–2017 mengalami kenaikan sebesar 0,58%,  pada tahun 2017–2018 mengalami kenaikan sebesar 0,46%, pada tahun 2018-2019 mengalami kenaikan sebesar 0,89%, pada tahun 2019-2020 mengalami penurunan sebesar 0,10%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada periode 2015-2020, IPM di Aceh tamiang mengalami fluktuasi dan penurunan hanya terjadi di tahun 2020.  Sedangkan ditahun-tahun berikutnya mengalami kenaikan.

Sedangkan  persentase IPM di Langsa  pada tahun 2015–2016 mengalami kenaikan sebesar 0,67%, pada tahun 2016–2017 mengalami kenaikan sebesar 0,48%,  pada tahun 2017–2018 mengalami kenaikan sebesar 0,45%, pada tahun 2018-2019 mengalami kenaikan sebesar 0,82%, pada tahun 2019-2020 mengalami kenaikan sebesar 0,1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada periode 2015-2020, IPM di Langsa tidak mengalami fluktuasi dan dari tahun 2015-2020 mengalami kenaikan.

Dari hasil analisis tersebut, dapat simpulkan bahwa Aceh Tamiang mengalami penurunan IPM pada tahun 2020 dikarenakan pandemic covid-19 dan solusi yang dapat dilakukan adalah pemerintah maupun swasta dapat lebih memberdayakan SDM agar tidak terjadi PHK maupun mutasi SDM. Sedangkan Langsa pada tahun 2015-2020 mengalami peningkatan IPM meskipun langsa juga terkena dampak dari covid-19. Jadi, IPM Kota Langsa lebih baik daripada IPM Aceh Tamiang. Salah satu pembangunan yang yaitu di sektor pendidikan. 

Saat ini banyaknya pembangunan sektor pendidikan masih mementingkan  pembangunan infrastruktur tapi mengesampingkan pembangunan mutu pendidikan. Akibatnya, fasilitas (sarpras pendukung pembelajaran) di sebagian  sekolah di Provinsi Aceh sangat memadai tapi mutu pendidiknya sangat kurang. Kurang meratanya distribusi guru menurut mata pelajaran (mapel) ke seluruh pelosok daerah Provinsi Aceh juga diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di daerah Aceh saat ini, di samping rendahnya kualitas guru itu sendiri. Perekrutan guru sudah sangat banyak di daerah Provinsi Aceh, tetap hanya menumpuk di perkotaan, baik itu di ibukota provinsi dan ibukota  kabupaten, sementara di daerah pedalaman mengalami kekurangan guru.

Penulis: Nutia Sari, Nim.4012019108 Mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa
Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.