Zawiyah News | Aceh Tamiang-Desa Sekumur adalah desa kecamatan Sekerak kabupaten Aceh Tamiang. Jarak yang harus ditempuh ke desa tersebut sekitar satu jam lebih, dimulai dari Kota Kuala Simpang hingga memasuki kecamatan Sekerak. Adapun Kecamatan sekerak meliputi 14 Desa yaitu terdiri dari Baling Karang, Bandar Mahligai, Juar, Kebon Batang Ara, Lubuk Sidup, Pantai Perlak, Pantai Tinjau, Pematang Durian, Sekerak Kanan, Sekerak Kiri, Sekumur, Suka Makmur, Sulum, dan Tanjung Gelumpang. Desa sekumur termasuk desa yang paling banyak jumlah penduduk di Kecamatan Sekerak, banyak jumlah penduduk mencapai 275 KK yang mayoritas penduduk desa adalah suku Tamiang hulu.
Tamiang adalah suku melayu yang mempunyai yang mempunyai kerajaan tersendiri juga tergabung dalam wilayah melayu serumpun. Tamiang pada masa lalu pernah terpecah dua kerajaan yaitu kerajaan Karang dan Kerajaan Benua Tunu. Namun kedua kerajaan tersebut tetap tunduk pada negeri Karang. Dalam buku Taming Dalam Lintas Sejarah disebutkan bahwa kerajaan Tamiang dijadikan dua kerajaan otonom. Jadi, suku Tamiang yang ada dikabupaten Aceh Tamiang dibagi dua wilayah yaitu Suku Tamiang bagian hulu dan Suku bagian hilir.
Desa Sekumur masih menggunakan Getek yang masih jadi andalan transportasi mereka untuk menyeberangi sungai, yang beroperasi setiap hari selama 1x24 jam sebagai alat penyeberangan keluar masuknya warga desa tersebut. Sekitar 17 tahun sudah warga Sekumur menyeberangi sungai selebar 200 meter meski aliran deras sekalipun mereka masih menggunakan getek sebagai alat transportasi karena belum dibangunnya jembatan penghubung di desa sekumur. Pendatang maupun warga desa sendiri harus menggunakan getek tersebut untuk menyeberangi sungai, karena tidak adanya akses jalan lain menuju ke desa tersebut.
Getek yang digunakan sekarang warga Sekumur menggunakan bahan yang terbuat dari baja dan besi, alternatif ini sudah jadi andalan warga yang sudah berlangsung sejak tahun 2006 silam dan masih bertahan hingga sekarang. Sebelum ada nya getek yang sekarang warga menggunakan bot sebagai alat penyeberangan keluar masuknya warga. Oleh sebab itu warga merasa kurang nyaman karena terlalu kecil yang tidak bisa menampung banyak penumpang dan harus menggunakan minyak.
Getek alat penyeberangan sekarang mereka gunakan merupakan bantuan hibbah dari Dinas Perhubungan. Penumpang yang boleh menaiki getek hanya mampu menampung 10 roda dua untuk sekali jalan, getek ini tidak hanya membawa penumpang orang tetapi juga pengangkutan barang, kendaraan, dan hasil pertanian.
Didesa Sekumur sebagian besar warga berpropesi sebagai petani dan pekebun, sehingga warga merasa kesusahan harus membawa hasil panen seperti sawit dan karet mereka harus dengan melewati getek terlebih dahulu agar bisa hasil panen mereka bisa terjual keluar. Namun, jika sungai banjir getek tidak bisa dioperasikan karena sungai sedang meluap mencapai lebar sungainya menjadi 300 meter, resiko yang dialami warga ialah hasil panen mereka tidak bisa dijual keluar. Dengan sebab meluapnya air sungai terhentinya pekerjaan mereka sehingga mencampai tiga hari lamanya air tersebut meluap, padahal warga hanya mengandalkan sektor perkebunan kelapa sawit, karet dan pertanian sebagai mata pencaharian utama mereka. Tidak hanya hasil panen warga menjadi korban anak sekolah yang bersekolah diluar kampung terpaksa harus libur akibat getek tidak bisa digunakan. Sebab desa Sekumur hanya terdapat dua tingkatan pendidikan yaitu Sekolah Dasar atau SD dan SMP, sedangkan untuk tingkat SMA tidak ada didirikan didesa tersebut, jadi untuk menempuh pendidikan SMA mereka harus keluar dari Desa Sekumur ke Babo Kecamatan Bandar Pusaka. Jarak yang mereka tempuh ke Babo sekitar 30 menit, sehingga mereka harus bangun lebih pagi untuk pergi ke Sekolah agar sampai dengan tepat waktu.
Adapun biaya jasa getek bagi warga Desa Sekumur maupun pendatang itu sama, kecuali anak sekolah mereka tidak di kenakan biaya. Untuk yang berkendaraan roda dua Rp. 5000, sedangkan roda 4 dikenakan tarif sebanyak Rp, 10.000 sampai Rp. 15.000 tergantung jenis kendaraannya tesebut. Pekerjaan menarik getek ini dilakukan secara bergantian dengan warga yang lain, warga mengoprsikan getek di mulai dari pagi hingga petang. Meski sungai yang mereka seberangi cukup luas, tidak membuat khawatir akan keselematannya. Dalam sehari mereka mampu mengantogi uang kurang lebih dari Rp. 500.000, penghasilan tersebut dirasa cukup oleh mereka untuk mencukupi kehidupan hidup sehari-hari nya.
Harapan warga kedepanya dalam waktu dekat akan adanya membangun sebuah jembatan di Desa Sekumur supaya lebih mudah dalam mengakses jalan keluar masuk kedesa tersebut, dan dengan adanya jembatan warga dengan mudah mengangkut hasil panen perkebunan dan pertanian mereka keluar.
(Nurfadillah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar