Zawiyah News | Toleransi merupakan sebuah sikap yang harus dikembangkan masyarakat Indonesia di tengah beragam perbedaan. Sebab, sikap toleransi membantu masyarakat untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. Dengan adanya sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam beraktivitas dan berinteraksi sesama manusia, kita bisa saling menghargai, menghormati, menyampaikan pendapat ataupun pandangan, serta kepercayaan kepada sesama manusia.
Di Indonesia, toleransi menjadi sangat penting sebab negara tercinta ini merupakan negara dengan jumlah suku bangsa mencapai 1340 yang tersebar hampir diseluruh Indonesia. Maka tak heran bila dalam suatu wilayah dapat ditemukan beberapa suku yang mendiami wilayah tersebut. Bukan rahasia lagi keragaman budaya di Indonesia ialah wajah penuh warna yang tidak dapat dimanipulasi. Dengan jumlah penduduk mencapai 260 juta individu, yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, mereka mendiami wilayah dengan kondisi geografis yang beragam, mulai pegunungan sampai pesisir pantai, tepian hutan hingga di hutan belantara, dataran rendah dan tinggi, pedesaan, hingga perkotaan.
Kondisi tersebut memunculkan beberapa pendapat. Mereka yang tinggal di padang gersang cenderung temperamental, sama seperti yang tinggal di pesisir. Sementara itu, yang menghuni perbukitan hijau, penuh kebun teh, dengan suhu dingin, cenderung memiliki sifat pendiam. Tidak ada yang salah dengan penilaian-penilaian tersebut selama dapat hidup berdampingan serta saling memahami perbedaan, kekayaan warna bangsa akan semakin indah dan harmoni.
Nyatanya, keragaman di Indonesa bukan hanya dalam hal budaya, melainkan juga agama dan keyakinan-keyakinan, termasuk kehidupan manusia, tata cara, pola pikir, kebiasaan, dan praktik-praktik interaktif antar anggota masyarakat. Sedemikian beragamnya bangsa ini, tidak akan mudah menghindari konflik budaya, tetapi bukan berarti tidak bisa.
Berkaitan dengan keragaman budaya, dewasa ini kerap kali konflik mengemuka sebagai reaksi keragaman yang tidak dipahami sebagai kemajemukan dan keharmonisan. Sudah demikian banyak contoh kejadian yang merujuk pada perkara tersebut.
Padahal kesadaran atas budaya yang berbeda memungkinkan untuk saling mempelajari cara-cara berkomunikasi yang unik sehingga semangat keragaman budaya terus bertumbuh dan menjadi benih harmoni.
Gampong Geudubang Jawa adalah salah satu contoh desa di Kota Langsa, Aceh, dengan keberagaman sukunya. Gampong ini merupakan wilayah Gampong yang masuk dalam Kecamatan Langsa Baro dalam pemerintahan Kota Langsa Provinsi Aceh dengan luas wilayahnya ± 5.40 Km2 yang dibagi menjadi 4 Dusun yaitu Dusun Seulanga, Dusun Bahagia, Dusun Cendana, dan Dusun Damai. Wilayah Gampong Geudubang Jawa terletak pada posisi sebelah barat Kota Langsa.
Masyarakat Geudubang Jawa sangat heterogen. Berdasarkan informasi yang didapat ada beberapa suku yang ada di desa ini seperti suku Jawa, Aceh, Gayo, Batak, Karo, Mandailing, dan Melayu. Dalam kesehariannya, masyarakat juga menggunakan bahasa yang beragam seperti bahasa Aceh, bahasa Jawa, bahasa Indonesia, dan lain sebagainya. Masyarakat disini bisa hidup damai dengan tetap menjaga harmoni di tengah heterogenitas masyarakat yang ada. Heterogenitas tersebutlah yang selalu dijaga oleh masyarakat sehingga tidak pernah ada konflik komunal di Gampong Geudubang Jawa.
Kedai kopi biasanya digunakan oleh kaum laki-laki sebagai wadah untuk saling bertemu dan bercengkrama antar warga tanpa mementingkan strata sosial, suku, ataupun atribut sosial lainnya. Di warung kopi inilah warga kerap mendiskusikan tentang berbagai hal yang terjadi dalam masyarakat sehingga menjadi titik dimulainya perubahan karena komunikasi yang sifatnya spontan/non formal.
Selain itu, bidang agama juga menempati posisi penting sehingga tercipta harmoni antar warga Geudubang Jawa. Sejak diberlakukannya Syariat Islam sesuai Qanun Nomor 11 Tahun 2002, sebagai jabaran UU Nomor 44 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh, oleh karenanya kegiatan-kegiatan yang berbasis keagamaan terus dikembangkan dan ditingkatkan untuk menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan di kalangan warga.
Kita mengerti bahwa agama sangat berperan penting dalam mengatur sendi-sendi kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada kebaikan bersama. Salah satu contoh kegiatan keagamaan yang sangat terasa semangatnya dalam membangun generasi muda yakni Balai Pengajian Tahfiz Qur’an Ummi Mariana yang ada di Gampong Geudubang Jawa.
Disini anak-anak dari usia dini sudah diberikan program mengaji iqro’, hafalan surah-surah serta mepelajari kisah-kisah nabi. Penting bagi mereka, karena akan turut berpengaruh pada perkembangan psikis dan spiritual anak di masa mendatang. Guna terciptanya generasi yang berwawasan islami.
Memberikan wawasan islami terhadap anak sejak dini tentu akan memberikan dampak. Nilai-nilai islami akan tertanam dalam diri anak yang mendorong mereka bersikap bijak dan adil dalam setiap kegiatan yang dilakukannya kemudian hari. Misalnya, berkaitan dengan toleransi antar suku. Di lingkungan sekeliling tempat tinggal mereka pasti mempunyai teman dengan suku yang berbeda. Maka sepatutnya sebagai orang tua, kita mengajarkan cara berbudi pekerti yang baik meskipun kepada orang yang berbeda keyakinan sehingga anak bisa mengambil sikap yang positif dalam menghadapi perbedaan.
Pada intinya toleransi menjadi kunci terciptanya harmoni dalam masyarakat agar perbedaan yang ada menjadi sebuah keindahan. Dengan iman yang tertanam pada anak tentu akan menguatkan toleransinya terhadap sesama karena pada dasarnya agama Islam sangat menjunjung tinggi toleransi.
(Siti Maharani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar