Zawiyah News | Langsa-Singkong, ketela pohon, ubi kayu atau apapun sebutan dari umbi umbian ini, yang kita ketahui bahwa jenis umbi ini sudah sangat familier bagi masyarakat Indonesia. Tumbuhan ketela pohon ini selain dari umbi atau akarnya, daunnya juga bisa dimanfaatkan sebagai makanan. Umbi singkong memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi tetapi sangat sedikit sekali proteinnya.
Keripik singkong juga salah satu hasil kreasi pengolahan dari umbi singkong yang telah lama dikenal oleh masyarakat mulai semenjak beberapa generasi terdahulu, keripik singkong dalam perkembangan saat ini sudah tidak dianggap sebagai makanan yang tidak berkelas, karena dari segi pengolahan, cita rasa maupun tampilan semakin membaik serta munculnya kreasi baru dalam pengolahan dan kemasan membuat keripik singkong semakin populer di jajaran makanan ringan.
Di Karang Anyar sendiri terdapat beberapa industry kecil dan menengah (IKM ) yang ada yaitu pembuatan keripik singkong UD Aduhai. Usaha ini sudah di rintis semenjak 23 tahun yang lalu. Awalnya hanya mengolah keripik singkong dengan original rasa. Kemudian berkembang dengan berbagai rasa seperti rasa balado, sapi panggang, jagung manis, pedes manis. Seiring berkembangnya usaha menambah jenis produk yaitu keripik pisang dan ubi ungu. Rata- rata produksi dalam sehari berkisar 100- 200 kg/hari. Kecuali menjelang hari Raya Idul Fitri dan Tahun Baru bisa mencapai 600kg/hari. Usaha ini memperkerjakan 3 orang pekerja untuk bagian produksi dan pengemasan. Dengan mempertahankan kualitas yang baik, bahan baku maupun rasanya keripik singkong ini cukup di gemari dan di kenal di Kota Langsa. Namun dalam masa covid-19 penjualan keripik singkong UD Aduhai mulai mengalami menurun penjualannya. Menurut pemilik usaha merasa ada beberapa kendala dalam usaha keripik singkongnya, diantaranya adalah
1. Pemasaran
Dari segi pemasaran masalah yang timbul seperti pemasaran, dalam kondisi covid-19 aktivitas masyarkat terbatas sehinnga dengan teknik pemasaran pada umumnya yang masih bersifat tradisional yaitu pembeli datang langsung sehingga produksi didasarkan atas pesanan yang
ada penjualan pun menurun. Hal ini tentu saja sangat merugikan karena pembeli hanya sebatas yang mengetahui lokasinya dan sebatas masyarakat langsa. Selain itu pemasaran dengan metode konvensional memerlukan biaya tinggi, misalnya membuka cabang baru, ikut pameran, pembuatan dan penyebaran brosur dan sebagainya. pada era digital seperti ini berkembangnya Internet menjadi sarana yang efisien untuk membuka jalur pemasaran model baru bagi produk UKM. Di samping biayanya relative murah, dengan memanfaatkan Internet penyebaran informasi akan lebih cepat dan jangkauannya lebih luas.
2. Teknologi
Dari segi teknologi pelaku usaha ini masih terbatas dalam kepemilikan teknologi tepat guna yang digunakan dalam proses produksi dan masih menggunakan alat tradisional. Misalnya dalam memotong bahan baku singkong masih menggunakan tenaga manusia sehingga produksi kurang efektif dan efisien.
3. Permodalan
Dari segi permodalan bisa dikatakan pelaku usaha memiliki modal yang kecil. Ditambah sangat sulit untuk mendapatkan pinjaman modal usaha dari lembaga keuangan, dan saat ini belum ada dari pihak pemerintahan yang membatu dalam bidang permodalan.
Dari beberapa permasalahan yang ada, pemilik usaha ingin melakakukan melakukan trobosan untuk meningkatkan penjualannya dengan mengunakan internet marketing yaitu dengan menngunakan beberapa media sosial, Whats App, Instagram, Facebook, yang terintergrasi oleh website.
Penulis: Mulianda, KPI, FUAD, IAIN Langsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar