Zawiyah News | Tempe merupakan salah satu makanan tradisional khas Indonesia. Di tanah air, tempe sudah cukup lama dikenal selama berabad-abad lamanya. Jenis makanan ini diproduksi dan dikonsumsi secara turun temurun. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi yang secara umum dikenal dengan “ragi tempe”. Tempe tidak menggunakan zat kimia. Jadi, jenis makanan ini hanya bertahan 3 atau 5 hari saja.
Usaha pembuatan tempe adalah hal yang sangat populer di masyarakat dan menjanjikan karena semua orang pasti akan menjadikan tempe sebagai lauk atau makanan sehari-hari sehingga permintaan tempe tidak akan pernah sepi. Pada saat ini perekonomian masyarakat sedang menurun. Akibat dengan ekonomi yang menurun, banyak masyarakat yang berpikir tentang mengkonsumsi makanan yang relatif murah dibandingkan dengan mengkonsumsi makanan yang mahal, banyak masyarakat yang memilih alternatif untuk beralih dari makanan mahal ke makanan murah tetapi memiliki protein yang cukup. Oleh sebab itu, untuk mengganti makanan tersebut, masyarakat Gampong Geudubang Jawa tertarik untuk membuka usaha pembuatan tempe, dimana tempe ini dapat menggantikan makanan yang mahal tetapi mengandung protein yang sama. Selain itu, tempe bisa didapatkan dengan harga yang murah dibandingkan dengan makanan mahal seperti ikan, daging, telur, dan lain sebagainya, yang memiliki kandungan cukup tinggi hampir sama dengan tempe. Tempe juga dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan, contohnya seperti tempe goreng, tempe bacem, keripik tempe dan lain sebagainya. Untuk pemasarannya sendiri, harga tempe cenderung stabil dipasaran jadi, usaha pembuatan tempe tidak takut untuk memasarkannya di pasar.
Usaha pembuatan tempe di Gampong Geudubang Jawa sudah ada sejak lama dan usaha ini sudah turun temurun. Dengan adanya keberadaan usaha pembuatan tempe ini sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Sejauh ini terbukti masih diperlukan, terutama dalam hal mendorong laju pertumbuhan usaha kecil yang umumnya masih menjadi mata pencaharian masyarakat kecil. Usaha pembuatan tempe ini memiliki peran yang sangat besar dalam upayanya membangun pemberdayaaan masyarakat Gampong Geudubang Jawa yaitu salah satunya dengan mengembangkan perekonomiannya seperti para pengrajin tempe. Dalam sekali pembuatan tempe bisa menghabiskan 10kg kacang kedelai dalam waktu sehari. Untuk pembukus tempe itu sendiri menggunakan daun pisang dan kertas bekas.
Pembuatan tempe ini dilakukan setiap hari. Adapun langkah-langkah untuk pembuatan tempe yaitu pertama-tama rebus kacang kedelai hingga mendidih, setelah mendidih lalu kacang kedelai yang sudah matang diangkat dan di diamkan selama satu malam. Kemudian keesokaan harinya, kacang kedelai tersebut digiling dan dicuci dengan air yang bersih, Setelah itu kacang direbus kembali hingga empuk, ketika sudah empuk kacang diangkat kemudian ditiriskan dan didinginkan. Setelah kacang sudah dingin lalu campurkan ragi tempe dengan tepung beras dan taburi ragi dan tepung beras kedalam kacang hingga merata, kemudian kacang pun siap untuk dibungkus menggunakan daun pisang dan kertas. Setelah semua kacang selesai dibungkus, maka tempe disusun ditempat-tempat yang baru selesai dibuat dan untuk tempe yang sudah matang maka dipindahkan kedalam kardus. Kemudian keesokan harinya tempe siap untuk dijual ke warung-warung. Biasanya warga dapat membeli tempe langsung di tempat produksinya dan biasanya juga tempe di jual di warung-warung langganan terdekat serta dapat dipesan langsung oleh orang-orang untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Untuk kisaran harga 4 bungkus tempe daun yang kecil dijual dengan harga Rp. 1000.
Usaha pembuatan tempe ini sangat tergantung dari kacang kedelai impor, karena kacang kedelai yang impor mempunyai nilai rasa yang lebih unggul, tidak memiliki bau yang langu atau bau khas yang terdapat pada tempe yang menggunakan kedelai lokal dan tidak menghasilkan rasa pahit. Dalam setiap menjalan usaha pasti akan ada yang menjadi faktor penghambatnya yang mengganggu berjalannya kegiatan, terutama dalam menjalankan usaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat. Adapun yang menjadi faktor penghambat usaha pembuatan tempe ialah tingginya harga kacang kedelai. Akibat dari tingginya harga kacang kedelai membuat para pengusaha pembuatan tempe mendapatkan penghasilan yang menurun dan lebih banyak pengeluarannya. Selain itu, yang menjadi faktor penghambat nya ialah sarana dan prasarana alat produksi yang digunakan masih tradisional. Walaupun pembuatan tempe ini masih menggunakan cara tradisional harus tetap memperhatikan kebersihan peralatan dan tempat pembuatannya. Dengan adanya usaha pembuatan tempe ini dapat memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat khususnya masyarakat Gampong Geudubang Jawa. Mereka dapat merasakan manfaatnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun pengembangan perekonomian atau dalam meningkatkan kesejahteraan. Selain itu, upaya pengusaha pembuatan tempe ini dalam memberantaskan kemiskinan sudah tercapai.
(Sabilla Ayuni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar