Breaking News
recent

Tradisi Meugang Rakyat Aceh Dalam Menyambut Lebaran

 


Zawiyah News | Tradisi meugang di Aceh sudah di mulai sejak tahun 1907, pada saat Sultan Iskandar Muda menjadi pemimpin kerajaan Aceh Darussalam pada saat itu. Tradisi meugang yang di bawakan Sultan Iskandar Muda ini masih tetap bertahan dan menjadi sebuah kebiasaan di setiap tahun pada generasi milenial sekarang ini.

Ma’meugang (bahasa Aceh) yaitu merupakan suatu tradisi atau kebiasaan masyarakat Aceh yang sampai sekarang ini masih dilestarikan. Ma’meugang atau sebagian masyarakat menyebutnya dengan kata Meugang ialah sebuah tradisi memakan daging atau jual-beli daging sapi pada saat sebelum memulai  lebaran Idul Fitri , Idul Adha dan bulan suci Ramadhan. Bagi masyarakat Aceh ini merupakan suatu tradisi yang tidak boleh ketinggalan di setiap tahunnya dan sangat penting . Praktik jual beli daging atau meugang ini dirayakan oleh setiap masyarakat Aceh baik itu masyarakat yang tinggal di desa maupun di kota.

Akan tetapi tradisi meugang ini di hadapkan dengan harga daging sapi yang melunjak tinggi seiring permintaan masyarakat yang semakin bertambah pada saat di hari meugang . Salah seorang pedagang di Pasar tradisional Kota Kuala Simpang,  Ridwan, ia mengatakan pada saat ini , harga daging sapi di Pasar tradisional Kota Kuala Simpang mencapai  Rp 150.000 per kilogram. Faisal, Seorang generasi milenial menyebutkan , keluarganya masih melakukan dan menerapkan tradisi meugang atau jual beli daging secera turun menurun.

“ini sudah menjadi tradisi kami sebagai masyarakat Aceh, sampai sekarang kami masih membeli daging pada saat meugang” ucapnya.

Pada umumnya di Aceh mengadakan dua kali meugang yaitu meugang ubeut (kecil) dan meugang rayeuk (besar) . Meugang ubeut ( kecil) ialah meugang dua hari sebelum lebaran atau dua hari sebelum menyambut bula suci Ramadhan . Sedangkan meugang rayeuk (besar) ialah meugang yang di lakukan sehari sebelum lebaran atau sehari sebelum menyambut bula suci Ramadhan. Tradisi atau perayaan meugang ini juga menjadi suatu momen penting bagi keluarga. Khususnya para orang tua yang ingin berkumpul dengan keluarganya. Lazimnya pada saat hari meugang anak dan sanak saudara yang merantau atau yang bertempat tinggal jauh dan sudah berkeluarga akan pulang dan berkumpul dengan keluarga di rumah orang tuanya. Pada hari perayaan meugang ini tidak ada yang terlalu spesial akan tetapi acara intinya yaitu memakan daging yang telah di masak dengan berbagai macam masakan secara bersama sama dengan keluarga .

Di beberapa tempat di Aceh , memasak daging ini ada berbagai macam variasi sesuai khas di masing masing daerah tersebut. Pada hari perayaan meugang ini sebagaian orang ada yang mengundang anak anak yatim kerumah-nya  untuk memakan bersama sama masakan daging yang sudah dimasak, akan tetapi tidak semua orang yang melakukan hal ini. Diperkirakan mereka yang melakukan ini orang yang mempunyai pengetahuan agama yang baik atau orang yang mampu saja. Lazimnya sebagian besar masyarakat yang melakukan perayaan meugang hanya memakan daging bersama keluarga, anak, dan sanak saudaranya sendiri. Daging tersebut di masak dengan berbagai macam masakan sesuai selera dan menyantapnya secara bersama.

Oleh karena itu,pada tradisi meugang yang di buat rakyat aceh dalam menyambut lebaran ini merupakan sebuah bentuk dari tafsir agama yang di aplikasikan dalam bentuk tradisi atau budaya masyarakat Aceh sejak zaman dahulu sampai saat ini yang masih di lestarikan. Karena, pada saat perayaan ini keluarga dan sanak saudara yang bertempat tinggal jauh akan pulang kerumah orang tua nya. Dan masyarakat aceh juga meyakini dengan adanya tradisi meugang ini bisa mempererat hubungan kekeluargaan dan memperkokoh silaturahmi keluarga.




(Nur Fadilla)

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.