Breaking News
recent

Dayah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam di Aceh

Zawiyah News | Firda Khairani, Alfiana Resya

Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata

Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Iain Langsa 

Abstrak

Dayah adalah sebuah lembaga pendidikan islam tradisional di Aceh untuk mempelajari, memahami,menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Pada  dayah terdapat beberapa elemen seperti pondok, masjid, Teungku, Abu atau Abi (pimpinan/guru) dan pengajaran kitab-kitab klasik uang merupakan karakteristik dari dayah itu sendiri. Dayah merupakan lembaga pendidikan tertua di Aceh yang sudah mengakar sejak islam bertapak pada abad pertama hijriyah. Dayah telah banyak menyumbangkan tenaga dan pemikirannya dalam membangun peradaban pendidikan islam yang ada di Aceh. Pada awal terbentuknya masyarakat Islam di Aceh sudah dikenal tiga jenis lembaga pendidikan dasar, yaitu: Rumoh, Meunasah dan Dayah. Setiap dayah yang didalamnya terdapat ulama yang secara spesifik diistilahkan dengan Teungku.  Teungku berperan sebagai pusat pertumbuhan dan pengetahuan Islam yang mana dayahnya menjadi tempat komunikasi sosial.

Kata Kunci: Dayah, Pendidikan Islam Tradisional, dan Teungku

PENDAHULUAN

Islam merupakan agama yang paling banyak di anut oleh hampir seluruh masyarakat Aceh. Islam pertama muncul di aceh pada abad ke 7 M atau abad ke 1 H (630 M), sebagai bukti dengan berdirinya kerajaan islam pertama di Nusantara, yakni kerjaan islam perlak di Aceh Timur. Salah satu program terbaik kerajaan perlak yang berhubungan dengan pendidikan islam adalah membangun pusat-pusat pendidikan kader-kader dakwah di tiap-tiap gampong yang dikenal dengan madrasah , yang kemudian menjadi meunasah. Dayah di Aceh merupakan lembaga pendidikan tradisional islam yang bertujuan untuk membimbing anak-anak untuk menjadi manusia yang lebih bertakwa, beradab dan nantinya berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Diharapkan dengan pendidikan dari dayah yang penuh dengan keislaman dapat  melahirkan insan-insan yang berakhlakul karimah.

Peranan dayah sebagai pusat lembaga pendidikan islam di Aceh membentuk karakter yang baik terhadap santri yang menuntut ilmu pada dayah tersebut. dayah juga lembaga pendidikan yang berada di tengah-tengah masyarakat, melayani masyarakat, dan dihidupi masyarakat.namun sebaliknya masyarakat mengambil manfaat berupa output lembaga pendidikan. 

Lembaga pendidikan khas aceh yaitu dayah juga merupakan sebuah lembaga yang pada awalnya memposisikan dirinya sebagai pusat pendidikan dan pengkaderan ulama. Keberadaan lembaga dayah dan meunasah bagi pengembangan pendidikan di Aceh sangatlah urgen, dan kebermaknaan kehadirannya sangat dibutuhkan dalam membentuk umat yang berpengetahuan, jujur, cerdas, rajin dan tekun beribadah yang kesemuanya itu sarat dengan nilai. Sejarah membuktikan bahwa Sultan pertama di kerajaan Peureulak (840 M.), meminta beberapa ulama dari Arabia, Gujarat dan Persia untuk mengajar di lembaga ini. Untuk itu sultan membangun satu dayah yang diberi nama “Dayah Cot Kala” yang dpimpin oleh Teungku Muhammad Amin, belakangan dikenal dengan sebutan Teungku Chik Cot Kala. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan tinggi Islam pertama di kepulauan Nusantara. 

Bila di tinjau dari sudut historis kultural, dayah di Aceh dapat dikatakan sebagai pusat pelatihan yang secara otomatis menjadi pusat budaya Islam yang disahkan atau dilembagakan oleh masyarakat di Aceh. Dayah-Dayah di Aceh dapat dikatakan sebagai “bapak” dari pendidikan Islam yang didirikan berdasarkan tuntutan dan kebutuhan zaman, yang mana Dayah dilahirkan atas kesadaran kewajiban islam iah, yaitu menyebarkan dan mengembangkan agama Islam, sekaligus mencetak kader-kader ulama dan da’i.

PEMBAHASAN

Dayah sangat dikenal oleh masyarakat Aceh sebagai pusat pendidikan terbaik yang melahirkan lulusan-lulusan insani yang sangat religius. Di dayah pula diajarkan banyak hal mengenai pendidikan islam, mulai dari pendidikan akhlak sampai dengan hukum fiqih dan tajwid dalam membaca al-qur’an. Tak hanya itu di dayah juga mengajarkan muhadarah dan juga tak jarang ada dayah yang mengajarkan hafalan alqur’an.

Istilah dayah sudah sangat populer dikalangan masyarakat Aceh. Dayah CotKala dikenal sebagai dayah pertama di Asia Tenggara, disini diajarkan pelajaran agama dan pelajaran umum sekaligus, dikarenanakan pada waktu itu dayah cotkala adalah salah satunya pendidikan yang ada dalam masyarkat Aceh. Fungsi dayah pada waktu itu masih terbatas untuk tujuan mengislamisasikan masyarakat disekitar dayah dan untuk menjaga pengamalan Islam oleh pemeluk-pemeluk Islam di sekitar dayah.

Terkhusus di Aceh, kehadiran dayah merupakan lembaga pendidikan islam yang telah berjasa dalam mencetak para pendakwah yang kemudian menyebarluaskan islam ke pelosok nusantara. Lembaga dayah telah memberikan begitu banyak sumbangan besar bagi terbentuknya NKRI. Dalam perjalanan sejarahnya, dayah memiliki posisi strategis dalam sistem pendidikan di Aceh secara khusus dan Indonesia secara umum nya. Lahirnya kebijakan pendidikan pesantren dan dayah adalah indikasi bahwa lembaga pendidikan agama ini sangat berpengaruh dalam pendidikan anak bangsa. 

Faktor penyebab terjadinya dinamika perkembangan pendidikan islam di dayah yaitu:

1. Faktor tuntutan masyarakat atau dunia kerja yang semakin hari semakin meningkat. 

2. Faktor arus modernisasi dan globalisasi yang begitu massiv.

Bersamaan dengan mainstream perkembangan dunia (globalisasi), lembaga pendidikan islam seperti dayah dihadapkan pada perubahan sosial budaya yang tak terelakkan . pada abad ke 20 sebagaian dayah (pesantren) mulai menampakkan wajah baru dengan menerapkan sistem pendidikan berjenjang , memasukan kurikulum umum mulai dari ilmu eksakta, bahasa dan lain sebagainya disamping agama, serta memanfaatkan beberapa fasilitas modern. 

Dayah adalah salah satu pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Aceh, juga masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan dayah. Karena keduanya memiliki kepentingan, dayah merupakan lembaga formal yang di serahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranan nya dimasa depan dalam bidang agama. 

Keterlibatan partisipasi masyarakat terhadap Dayah sangat penting. Tanpa partisipasi masyarakat, Dayah hanya akan merupakan organisasi yang kering dan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan tujuan masyarakat. Partisipasi masyarakat memiliki kewenangan dalam segala aspeknya. Dayah mempunyai kewajiban secara legal dan moral untuk selalu memberikan penerangan kepada masyarakat tentang tujuan, program, kebutuhan dan keadaannya, dan sebaliknya Dayah harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat. Semakin baiknya kerjasama Dayah dan masyarakat akan pentingnya pendidikan anak-anaknya, maka merupakan kebutuhan vital bagi Dayah dan masyarakat untuk membangun sinergisitas.

PENUTUP

Dayah sebagai pusat pendidikan islam di Aceh, sejarah telah membuktikan bahwa dayah berhasi melahirkan para ulama dan teungku. Para ulama dan teungku ini pun telah mampu mendirikan dayah-dayah baru juga sebagai pemimpin pada dayah tersebut yang memungkinkan melahirkan ulama-ulamadan para teungku lainnya.mesjid dan meunasah pula digunakan sebagai tempat ibadah kaum muslimin dan yang dimpin oleh imam. 

Keberadaan dayah juga merupakan teman yang ideal bagi institusi pemerintahan untuk bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan yang ada. Dayah merupakan wadah yang mengajarkan berbagai aktivitas dan pengajaran keislaman. Diantaranya mengajarkan tentang ilmu tauhid, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, ilmu hadis, ilmu tafsir dan lain sebagainya. Anak-anak yang belajar didayah juga memiliki aktivitas keislaman lainnya seperti, mengisi majelis ilmu, majelis taklim untuk masyarakat, melaksanakan kegiatan hari besar islam dan lain sebagainya. Selain itu santri diajarkan berdakwah dan mengaji.

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.