Breaking News
recent

Kajian Histori Rumoh Aceh

Zawiyah News | Sejarah Rumoh Aceh

Rumoh Aceh dipercaya sudah ada sejak tanah Aceh dipimpin oleh raja. Melansir Gerakan Literasi Nasional (GLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) rumoh aceh dulunya bukan dikenal sebagai rumah adat.

Hal ini karena setiap masyarakat Aceh memiliki rumah yang bentunya nyaris sama dengan rumoh aceh yang dikenal saat ini. Rumah tinggal dari pahlawan nasional seperti Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia juga merupakan rumoh aceh.

Rumoh aceh tempat tinggal Cut Nyak Dhien terletak di Gampong Lampisang, Aceh Besar, sementara rumoh aceh tempat tinggal Cut Meutia terletak di Matangkuli, Aceh Utara. Kedua rumah tersebut saat ini dijadikan objek wisata sejarah dan budaya Aceh.

Hingga saat ini, rumoh aceh masih digunakan oleh masyarakat Aceh khususnya yang tinggal di pedesaan. Menurut Herman RN dalam "Arsitektur Rumah Tradisional Aceh" rumoh aceh masih bisa ditemukan di wilayah Aceh Besar, Aceh Barat Daya, dan Aceh Selatan.

Ciri Khas dari Struktur Bangunan Rumoh Aceh

Ciri khas utama dari rumoh aceh adalah struktur bangunannya yang berbentuk panggung dan memanjang. Menurut Herman, bentuk panggung rumoh aceh berfungsi sebagai pelindung penghuni rumah dari ancaman hewan buas dan bencana banjir.

Jumlah tiang yang ada pada rumoh aceh juga menandakan banyaknya ruangan di dalam rumah. Menurut Kiki Ratnaning Arimbi dalam "Berselancar ke 34 Rumah Adat Indonesia Yuk!" rumoh aceh dengan 16 tiang biasanya terdiri dari 3 ruangan. Sementara, rumoh aceh dengan jumlah tiang yang lebih banyak, yaitu 18, 22, dan 24 biasanya memiliki lebih dari 5 ruangan.

Selain tiang, ciri khas lainnya yang tampak dari rumoh aceh adalah ukuran pintu masuknya. Ukuran pintu masuk rumoh aceh hanya berukuran 120 hingga 150 cm, cukup kecil untuk tinggi rata-rata orang dewasa.

Pintu rumoh aceh sengaja didesain rendah agar orang yang masuk ke dalam rumah harus menunduk. Ini sebagai bentuk penghormatan pada tuan rumah, baik ia kaya, miskin, tua ataupun muda. Filosofi menunduk ini menurut dijelaskan oleh Arimbi cocok dengan kepribadian masyarakat Aceh yang tidak suka menyombongkan diri.

Rumoh aceh sendiri juga memiliki ciri khas sebagai rumah adat yang tahan gempa. Hal ini karena struktur bangunan rumoh aceh adalah kayu dengan atap yang terbuat dari daun rumbia yang kering dan ringan.

Selain itu, rumoh aceh tidak dibangun menggunakan paku atau besi yang bisa memberatkan beban rumah. Setiap kayu dan tiang disatukan bajoe atau pasak yang saling mengunci satu sama lain. Konstrusksi semacam ini justru lebih tahan gempa dibanding rumah modern dari beton yang rawan retak.

Kekuatan rumoh aceh dibuktikan ketika gempa 8,9 SR dan tsunami yang melanda Aceh pada 2004 lalu. Meskipun dilanda gempa, rumoh aceh masih berdiri dan tidak mengalami kerusakan yang berarti.

Fungsi Bagian-bagian Rumoh Aceh

Rumoh aceh memiliki berbagai bagian dan ruangan dengan fungsi yang berbeda-beda. Berikut berbagai fungsi bagian-bagian rumoh aceh menurut Herman RN:

1. Kolong rumah

Tempat bermain anak-anak;

Tempat menyimpan jeungki (lesung kaki) untuk menumbuk beras;

Tempat aktivitas para ibu menumbuk tepung bersama-sama;

Tempat memarkir kendaraan;

Tempat menyimpan peralatan pertanian dan memancing;

Tempat menjemur pakaian.

2. Seuramoe keue (serambi depan)

Menyambut tamu;

Berkumpul bersama keluarga dan kerabat.

3. Seuramoe likot (serambi belakang)

Ruang khusus untuk saudara dan sanak kerabat perempuan;

Tempat ibu dan anak-anak berkumpul;

Area paling dekat dengan dapur.

4. Rumah inong (rumah perempuan)

Tempat tinggal tuan rumah;

Berisi kamar tidur utama;

Kamar untuk istri atau permaisuri.

5. Anjong

Kamar untuk perempuan;

Tempat istirahat ibu;

Tempat meletakan ayunan kain untuk menidurkan bayi.

6. Rambat

Ruang kosong untuk berlalu-lalang

Penghubung antara serambi depan ke serambi belakang.

Dari bagian-bagian rumah tersebut, tidak satupun dijelaskan dimana laki-laki beristirahat. Hal ini berkaitan dengan budaya masyarakat Aceh dimana anak laki-laki tidak tidur di dalam rumah melainkan di meunasah (surau).

Anak laki-laki biasa berkumpul di surau untuk mengaji dan beribadah, kemudian tidur di sana lalu pulang ketika selesai salat subuh. Maka dari itu, rumoh adat biasanya hanya membangun kamar untuk anak perempuan.

Tradisi ini dilakukan masyarakat setempat untuk melindungi dan menghargai kaum perempuan, sekaligus memberikan kepercayaan untuk anak laki-laki untuk hidup mandiri.

Namun, bukan berarti anak laki-laki tidak boleh tidur didalam rumah. Ada kalanya ketika anak laki-laki sakit, ia bisa beristirahat di serambi depan. Selain itu, beberapa keluarga juga menempatkan anak laki-laki di serambi depan sebagai pengawal bagi seisi rumah.

Rumah adat Aceh atau yang biasa disebut dengan rumoh Aceh secara anatomi biasanya memiliki tiga sampai lima ruangan, yang terdiri dari seuramoe keue (serambi depan), seuramoe teungoh (serambi tengah), dan seuramoe likot (serambi belakang), serta bagian tambahan yaitu dapur.

Rumah adat ini kaya akan nilai filosofis dan estetis. Hal tersebut terlihat dari berbagai ornamen yang menghiasinya. Secara kasat mata, ornamen pada setiap rumoh Aceh mungkin akan terlihat sama. Tapi jika ditelisik, ornamen pada satu rumoh Aceh akan berbeda dengan ornamen pada rumoh Aceh yang lain. Perbedaan tersebut konon menjelaskan daerah rumoh Aceh itu berasal.

Sementara, untuk bagian pancang yang menyanggah bangunan rumah, biasanya terdiri dari 16-24 batang kayu. Bagian bawah rumah yang disebut dengan yup meh ini biasa dipergunakan untuk memelihara ternak. Selain itu, bagian ini juga difungsikan oleh para ibu sebagai tempat untuk membuat songket. Di masa lalu, penyangga pada rumoh Aceh berfungsi agar binatang buas tidak dapat masuk ke dalam rumah.

Nilai-nilai Islam yang begitu melekat di masyarakat Aceh juga memberikan pengaruh cukup besar pada bentuk serta tata letak rumoh Aceh. Salah satunya, rumoh Aceh dibangun menghadap ke timur dan sisi belakangnya menghadap ke barat. Hal ini dikarenakan agar rumah selalu menghadap ke arah kiblat (Mekkah), sebagai simbol orang yang menetap di rumah tersebut selalu menjalankan perintah agama.

Sayangnya, saat ini rumoh Aceh semakin jarang ditemukan. Masyarakat Aceh lebih memilih membuat rumah dengan bahan dan desain yang lebih modern. Tetapi, bagi Anda yang ingin melihat bentuk asli rumoh Aceh, dapat berkunjung ke Banda Aceh. Di kota ini, masih dapat ditemukan rumoh Aceh dalam bentuk aslinya.

Rumoh Aceh merupakan salah satu kekayaan kebudayaan Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan. Karena, mencintai budaya bangsa berarti mencintai Indonesia. Cinta budaya cinta Indonesia. 


Nama : Ade Novita Sari

Nim : 3022019047

Jurusan : Bimbingan Konseling Islam

Admin

Admin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.